Pendekatan Kepemimpinan

26 September 2022 21:17:16 Dibaca : 3090

Teori pendekatan sifat (trait approach theory) disebut sebagai greath man theory merupakan pendekatan teori kepemimpinan awal. Teori ini menganggap pemimpin itu dilahirkan (given), bukan karena faktor pendidikan dan pelatihan. Teori ini didefinisikan sebagai pola terpadu dari karakteristik pribadi yang mencerminkan berbagai perbedaan individual dan efektivitas kepemimpin yang konsisten di berbagai kelompok dan situasi organisasi (Zaccaro, Kemp, & Bader, 2004).

Konsep kepemimpinan dalam teori orang besar adalah atribut tertentu yang melekat pada diri pemimpin, atau sifat personal, yang membedakan pemimpin dari pengikutnya. Teori ini secara garis besar merupakan penjelasan tentang orang besar atau pahlawan dengan pengaruh individualnya berupa karisma, intelegensi, kebijaksanaan, atau dalam bidang politik tentang pengaruh kekuasaannya yang berdampak terhadap sejarah.

Teori pendekatan sifat menyatakan bahwa beberapa orang dilahirkan dengan atribut yang diperlukan yang membedakan mereka dari orang lain dan memiliki sifatsifat bertanggung jawab atas posisi mereka dengan asumsi kekuasaan dan otoritas. Dengan kata lain atribut-atribut yang ada dalam seorang pemimpin berbeda dangan seorang pengikut. Seorang pemimpin adalah seorang pahlawan yang mengarahkan tujuan melewati rintangan bagi para pengikutnya.

Teori ini menunjukkan bahwa mereka yang berkuasa layak berada di sana karena  anugerah khusus mereka. Selanjutnya, teori ini menyatakan bahwa sifat-sifat tersebut tetap stabil sepanjang waktu di seluruh kelompok yang berbeda. Dengan demikian, hal itu menunjukkan bahwa semua pemimpin besar menunjukkan karakteristik tersebut terlepas dari kapan dan di mana mereka tinggal atau peran yang tepat dalam sejarah mereka.

kesimpulan dari teori sifat ini diketahui bahwa tidak ada korelasi sebab akibat antara sifat dan keberhasilan manajer, sehingga mendorong Keith Davis yang disarikan oleh Miftah Thoha (1995:33) untuk merumuskan empat sifat umum yang mempengaruhi terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, yaitu:

  1.  Kecerdasan, Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin. Namun demikian, yang sangat menarik dari penelitian tersebut ialah pemimpin tidak bisa melampaui terlalu banyak dari kecerdasan pengikutnya.
  2. Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial. Pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil, serta mempunyai perhatian yang luas terhadap akitivitas-aktivitas sosial. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.
  3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi. Para pemimpin seara realatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja berusaha mendapatkan penghargaan yang intrinsik dibandingkan dari yang ekstrinsik.
  4. Sikap sikap hubungan kemanusiaan. Pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya. Dalam istilah penelitian Universitas Ohio pemimpin itu mempunyai perhatian dan kalau mengikuti istilah penemuan michigan pemimpin itu berorientasi pada karyawan bukanya beorientasi pada produksi.

Pendekatan Kekuasaan

Kekuasaan itu penting karena dengan kekuasaan, orang dapat memerintahkan kemauannya dan mengontrol kepatuhan orang lain. Dengan kekuasaan, perubahan dapat diciptakan sehingga pemimpin dapat mewujudkan visi dan obsesinya.

Menurut Miriam Budiardjo (1984), ada satu inti bahwa kekuasaan dianggap sebagai kemampuan pelaku untuk mempengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku pelaku terakhir menjadi sesuai dengan keinginan pelaku yang mempunyai kekuasaan. Sedangkan Sallie Westwood (2002) membagi kekuasaan dalam:

  1. Kekuasaan Rasialis (Kekuasaan yang mengunggulkan ras-ras tertentu)
  2. Kekuasaan Kelas (Kekuasaan terjadi berdasarkan derajat sosial orang)
  3. Kekuasaan Gender (Kekuasaan yang di dominasi oleh kaum lelaki)
  4. Kekuasaan Spasial (Kekuasaan yang mencakup daerah-daerah tertentu)
  5. Kekuasaan Visual (Kekuasaan dunia pencitraan dimana televisual power menjadi sangat penting karena kekuasaan visual dapat mengalahkan kekuasaan spasial, hal ini disebabkan karena televisual power tak mengenal batas wilayah sejak ditemukannya internet).

Kekuasaan sesungguhnya netral. Namun, ia bisa dipakai untuk kebaikan dan kesejahteraan atau sebaliknya disalahgunakan alias diselewengkan untuk kepentingan si penggenggam kekuasaan. Menurut Wirawan, kekuasaan memiliki beberapa karakteristik. Pertama, kekuasaan merupakan sesuatu yang abstrak. Kedua, kekuasaan merupakan milik interaksi sosial, bukan milik individu. Ketiga, pemegang kekuasaan yang egois cenderung menyalahgunakannya.

Kekuasaan bukan sejenis benda yang bisa diraba atau dicium, tetapi hanya bisa dirasakan pengaruh dan dampaknya. Kalau tidak ditegaskan, kekuasaan bersifat illegible, tidak kelihatan. Maka instansi tertentu membutuhkan seragam yang mencantumkan tanda pangkat. Contohnya, polisi dan tentara. Beda pangkat beda pulakewenangannya.

Kekuasaan cenderung identik dengan social power, maka ia harus berada dalam suatu sistem sosial. Harus ada komunitas sosial. Oleh karena itu, kekuasaan ada di mana-mana, di sekolah, di rumah, di kantor, di pasar, di pemerintahan, dan sebagainya. Karena harus ada sistem sosial, itu berarti melibatkan banyak orang.

Pendekatan Perilaku

Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443) Tingkah Laku pemimpin lebih terkait dengan proses kepemimpinan

Tingkah laku pemimpin lebih terkait dengan proses kepemimpinan. Karena itu, ada dua dimensi utama kepemimpinan yang dikenal dengan nama konsiderasi danstruktur inisiasi. Dua macam kecenderungan perilaku kepemimpinan tersebut pada hakekatnya tidak dapatdilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan.

Pendekatan Situasi

Pendekatan situasional yaitu pendekatan yang menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektifitas kepemimpinan bervariasi dengan situasitugas-tugas yangdilakukan, keterampilan dan penghargaan bawahan, lingkungan organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan. Pandangan situasional ini telah menimbulkan pendekatan contingency pada kepemimpinan, yang bermaksud untuk menetapkan faktor-faktor situasional yang menentukan seberapa besar efektifitas gaya kepemimpinan tertentu.

Pendekatan situasional menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dansituasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau memperkirakan ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan dengan garis pedoman perilaku yang bermanfaat yang didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dansituasional. Pendekatan situasional juga menekankan factor konstektual yang mempengaruhi proses kepemimpinan. Variabel situasional yang penting seperti karakteristik bawahan, sifat pekerjaan pemimpin, jenis organisasi dan sifat lingkungan eksternal. Pendekatan ini berangkat dari asumsi bahwa tidakada satupun gaya kepemimpinan yang cocok dengan semua situasi. Pendekatan situasional atau pendekatan kontingensi merupakan suatu teori yang berusaha mencari jalan tengah antara pandangan yang mengatakan adanya asas – asas organisasi dan manajemenm yang bersifat universal, dan pandangan yang berpendapat bahwa tiap organisasi adalah unik dan memiliki situasi yang berbeda- beda sehingga harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tertentu.

Kepemimpinan dipengaruhi oleh beberapa factor situsional :

  1. Faktor Leader (Pemimpin)
  2. Followers (Pengikut)
  3. Organisasi

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong