Tipe Kepemimpinan Serta Perilaku Individu & kelompok
Tipe - Tipe Kepemimpinan
kepemimpinan secara ilmiah berkembang bersamaan dengan pertumbuhan ilmu tentang memimpin. hal ini dapat dilihat dari banyaknya literatur yang mengkaji mengenai kepemimpinan dengan berbagai sudut pandang atau perspektifnya. Kepemimpinan tidak hanya dilihat dari buku saja, akan tetapi dapat dilihat dari penyiapan sesuatu secara berencana dan dapat melatih calon-calon pemimpin. Pemimpin biasanya memilki kemampuan verbal yang luar biasa, sehingga dapat mengkomunikasikan apa yang diinginkannya kepada para pengikutnya. Dorongan yang luar biasa dalam dirinya untuk memenuhi keinginan-keinginannya. Sehingga menimbulkan keinginan untuk memimpin orang agar semua keinginannya dapat terpenuhi. Seorang pemimpin mengerti pentingnya kerja sama. Mereka mencapai sukses dalam peranan kepemimpinan adalah mereka berhasil menggerakkan pengikut mereka untuk bekerja sama.
Berikut ini macam-macam tipe Kepemimpinan, yaitu.
- Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis mempunyai kekuatan daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri.
- Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Materialistis
Kepemimpinan paternalistis lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
- Tipe Kepemimpinan Militeristik
kepemimpinan militeristik sangat mirip dgn kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (I) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan sering kali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, seperti upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
- Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (I) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan sesuai pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
- Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada kepemimpinan tipe ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai suatu simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukannya sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena nepotisme. Oleh karenanya organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
- Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
- Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan administratif adalah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpin ini biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta suatu sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, industri, manajemen modem dan perkembangan sosial di tengah masyarakat.
Perilaku Individu dan Kelompok
Perilaku individu dan kelompok dapat dipengaruhi oleh suatu usaha, kemampuan dan kondisi lingkungan, dan doa. Jika semua itu dijalankan dengan baik maka terciptanya suatu tujuan.
- Effort atau usaha seorang individu yang berupa motivasi. Motivasi adalah mendorong dan membangkitkan semangat tingkah laku seorang individu maupun kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai suatu tujuan bersama.
- Ability yaitu Seorang individu memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang berbeda-beda. Sejak lahir setiap individu dianugerahi Tuhan dengan kemampuan, bakat adalah sebuah kecerdasan yang alami yang bersifat bawaan dari lahir.
Teori Kepemimpinan : Bj Habibie
Pada tahun 1957 Stogdill mengembangkan Teori Harapan-Reinforcement untuk mencapai peran. Dikemukakan, interaksi antar anggota dalam pelaksanaan tugas akan lebih menguatkan harapan untuk tetap berinteraksi. Jadi, peran individu ditentukan oleh harapan bersama yang dikaitkan dengan penampilan dan interaksi yang dilakukan. Kemudian dikemukakan, inti kepemimpinan dapat dilihat dari usaha anggota untuk merubah motivasi anggota lain agar perilakunya ikut berubah. Motivasi dirubah dengan melalui perubahan harapan tentang hadiah dan hukuman. Perubahan tingkahlaku anggota kelompok yang terjadi, dimaksudkan untuk mendapatkan hadiah atas kinerjanya. Dengan demikian, nilai seorang pemimpin atau manajer tergantung dari kemampuannya menciptakan harapan akan pujian atau hadiah.
Teori kepemimpinan lain, yang perlu dikemukakan adalah Teori Perilaku Kepemimpinan. Teori ini menekankan pada apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Dikemukakan, terdapat perilaku yang membedakan pemimpin dari yang bukan pemimpin. Jika suatu penelitian berhasil menemukan perilaku khas yang menunjukkan keberhasilan seorang pemimpin, maka implikasinya ialah seseorang pada dasarnya dapat dididik dan dilatih untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif. Teori ini sekaligus menjawab pendapat, pemimpin itu ada bukan hanya dilahirkan untuk menjadi pemimpin tetapi juga dapat muncul sebagai hasil dari suatu proses belajar.
Kepemimpinan BJ Habibie
Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang kerap dikenal dengan BJ Habibie merupakan seorang yang sangat berjasa dan memiliki kontribusi besar bagi Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai ketua Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang merupakan salah satu organisasi paling berpengaruh pada saat orde baru.Tak hanya itu, ia juga seorang teknokrat yang mendorong perkembangan sains dan industri kedirgantaraan Indonesia. Kontribusinya pada kemajuan sains di Indonesia semakin besar dengan perannya sebagai Menteri Riset dan Teknologi selama 20 tahun yakni pada tahun 1978-1997.
Tak hanya dalam bidang sains dan teknologi, BJ Habibie juga pernah mendampingi Presiden Soeharto sebagai Wakil Presiden. Karena gejolak politik dan desakan masyarakat untuk menggulingkan Presiden Soeharto saat orde baru, akhirnya BJ Habibie menggantikan posisi Soeharto sebagai Presiden dan resmi dilantik menjadi Presiden ketiga Republik Indonesia pada tahun 1998 (Supriatma, 2019).
Walaupun masa kepemimpinannya hanya berlangsung selama kurang lebih satu tahun yakni hingga 1999, masa kepresidenan BJ Habibie tetap bukanlah hal yang mudah. Masa transisi dari kepemimpinan Soeharto yang telah berlangsung selama 32 tahun kerap menimbulkan berbagai tekanan terhadap dirinya. Ia sulit menemukan sumber daya material dan manusia pada masa pemerintahannya. Belum lagi, Ia memimpin pada saat kondisi Indonesia sedang mengalami krisis moneter dan ketidakstabilan politik sehingga sangat rentan akan perpecahan (Sihombing, 2020).Meskipun begitu, masa kepemimpinannya yang sebentar dinilai sangat baik dan memberikan dampak yang signifikan. Melalui pemikiran intelektualnya yang banyak ia dapat di Jerman dulu, ia berhasil membawa berbagai gagasan atau perubahan baru bagi Indonesia. Ia memerintah lebih berdasarkan atas naluri (gut feeling) ketimbang kalkulasi politik (Supriatma, 2020). Keberhasilannya tersebut juga didukung dengan gaya kepemimpinannya yang cemerlang.
- Pemimpin Transformatif yang Berorientasi Pada Perubahan
Menurut Yukl (2013) gaya kepemimpinan change-oriented mengutamakan pemahaman lingkungan dan kemampuan beradaptasi sehingga pemimpin dapat mengembangkan strategi inovatif dalam meningkatkan kompetensi organisasi. Hal tersebut berkaitan dengan kepemimpinan transformatif di mana pemimpin cenderung mendukung, mengembangkan, dan berorientasi pada pemikiran inovatif.
Pada saat menjadi presiden, BJ Habibie sangat aware terhadap hal yang sedang terjadi di masyarakat. Ia paham betul bahwa masyarakat menginginkan adanya reformasi, perubahan total sendi-sendi negara yang mengarah pada perbaikan. Masyarakat ingin pemerintah memberikan kebebasan dalam berpendapat, mendengarkan aspirasi mereka, sekaligus memperkuat partisipasi masyarakat dalam pemerintahan.
BJ Habibie dapat melihat peluang tersebut dan berani mengambil langkah yang jauh berbeda dengan pemerintahan Soeharto sebelumnya. Momentum yang tepat membuatnya berani mengambil langkah demokrasi sebagai landasan pemerintahannya. Hal tersebut ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers yang menjadi pembuka bagi masyarakat untuk bersuara dan memberikan kritik.
Selain itu, ia juga melakukan perubahan terkait penghapusan dwi fungsi ABRI, pemisahan antara TNI dan POLRI, serta pembatasan kekuasaan presiden. Pada masa pemerintahannya, dikeluarkan Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden yang maksimal hanya dua kali periode (Supriatma, 2020).BJ Habibie juga melakukan berbagai inovasi dalam perbaikan ekonomi. Pada masa pemerintahannya, nilai rupiah berada dalam titik terlemah sepanjang sejarah yakni mencapai Rp 16.800/US$ pada 1 Juni 1998. BJ Habibie langsung bergerak membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan unit Pengelola Aset Negara, melikuidasi bank yang bermasalah, meyakinkan pasar global, dan menjinakkan tekanan atas rupiah meski tanpa dukungan intervensi Bank Indonesia-yang kala itu belum memiliki kewenangan stabilisasi rupiah. Atas berbagai upayanya, nilai rupiah perlahan kembali naik bahkan hingga mencapai nilai terkuatnya sepanjang sejarah, yakni Rp 6.550/US$ AS pada 28 Juni 1999 (Saragih, 2019).
- Pemimpin yang Partisipatif
Gaya kepemimpinan ini disebut juga dengan democratic leadership. Mulyasa dalam Sugiono et al (2006) mengatakan bahwa kepemimpinan partisipatif adalah pemimpin yang mengikutsertakan bawahan atau pengikutnya untuk bersama-sama berperan di dalam proses pengambilan keputusan.BJ Habibie dikenal sebagai Bapak Demokrasi Indonesia. Selain membuat Undang-Undang kebebasan pers dan pembatasan kekuasaan presiden, ia juga membentuk tiga UU yang bersifat demokratis, yaitu UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik, UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu, dan UU No. 4 tahun 1999 tentang Susunan Kedudukan DPR/MPR.
Ia membentuk lembaga independen yang salah satunya adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan berhasil menjalankan Pemilihan Umum multipartai pada 1999. Pemilu tersebut diikuti oleh 48 partai politik dengan asas Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil (Dewi, 2019).Selain itu, BJ Habibie juga memperhatikan keterwakilan rakyat daerah dalam pemerintahan. Ia menetapkan asas desentralisasi dengan otonomi daerah seluas-luasnya. Hal tersebut tertera dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. UU tersebut akhirnya berhasil meredakan gejolak disintegrasi yang sebelumnya sempat pecah di Indonesia (Utami, 2021).
Prinsip demokrasinya juga digunakan pada pengambilan keputusan terkait masalah Timor Leste. Dalam menyelesaikan masalah tersebut, BJ Habibie lebih memilih untuk meminta pendapat rakyat dengan melakukan referendum. Referendum tersebut menghasilkan suara bulat (78,50%) rakyat Timor Timur memilih untuk berpisah dari Indonesia. Hanya 21,50% yang menghendaki otonomi khusus di bawah Indonesia.
- Pemimpin yang Karismatik
Kepemimpinan karismatik adalah kepemimpinan yang mengandalkan karisma yang dimiliki oleh seseorang. Pemimpin memiliki kemampuan untuk menggunakan keistimewaan atau kelebihannya dalam mempengaruhi pikiran, perasaan dan tingkah laku orang lain sehingga dianggap istimewa. Pemimpin diterima dan dipercayai sebagai orang yang dihormati, disegani, dan ditaati secara sukarela (Qori, 2013).Kecerdasan dan sisi cendekiawan BJ Habibie membuat masyarakat kagum akan dirinya. Ia merupakan teknokrat yang memiliki banyak gagasan inovatif yang berguna untuk perbaikan bangsa. Ia juga merupakan role model yang baik bagi masyarakat karena pada masa kepemimpinannya ia tidak serakah dan tidak hanya mementingkan sisi politik semata tetapi lebih kepada kepentingan bersama yang bermanfaat bagi rakyat.Sikap demokratis yang mementingkan suara rakyat juga turut membuatnya dipandang sebagai sosok yang istimewa dan dekat dengan masyarakat. Hal tersebut juga diimbangi dengan ketegasannya dalam memimpin dan mengambil keputusan.
Berbagai keistimewaan yang dimiliki ditambah dengan gagasannya yang memang pro terhadap rakyat membuat masyarakat mendukung dan mengikuti perintahnya. Masyarakat merasa bahwa BJ Habibie merupakan sosok yang memiliki kemampuan dan dapat membawa masyarakat pada keadaan yang lebih baik. Kepercayaan masyarakat juga semakin diperkuat dengan bukti nyata atas perubahan yang telah ia berikan bagi Indonesia.BJ Habibie merupakan sosok pemimpin yang patut dijadikan contoh bagi pemimpin masa kini. Kepribadiannya yang demokratis dan pemikirannya yang cemerlang mampu mengantarkan masyarakat Indonesia pada pintu demokrasi. Kerja kerasnya selama memimpin juga membuktikan bahwa kita dapat mengubah masyarakat menjadi lebih baik bahkan ketika dalam kondisi terburuk, tergantung dengan niat dan tekad yang dimiliki oleh pemimpin.
PENDEKATAN KEPEMIMPINAN
A. Pendekatan pada Sifat Kepemimpinan
Pendekatan sifat merupakan salah satu pendekatan lama dalammempelajari tentang kepemimpinan. Dalam bukunya pak Wukir disebutkan bahwa pendekatan ini berkembang dari teori “Great Man” yang merupakanmteori awal mengenai sifat-sifat pemimpin di zaman Yunani kuno dan Roma.Teori ini menegaskan bahwa kualitas kepemimpinan diwariskan, terutama oleh orang-orang dari kelas atas. Orang-orang pada zaman itu percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, tidak diciptakan (leaders are born,not made). Ada pula yang berpendapat bahwa seseorang menjadi pemimpin karenasifat-sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih.Pendekatan sifat menekankan kualitas pribadi pemimpin dan fokusterhadap atribut yang membedakan pemimpin dari yang bukan pemimpin.Karena bagaimanapun, keberhasilan suatu organisasi tergantung dari bagaimana sifat pemimpinnya. Selama ini, berbagai penelitian telah dilakukan namun para penelitihingga sekarang belum menemukan sifat yang konsisten membedakan pemimpin dengan bukan pemimpin. Selain itu, pada dasarnya pemimpin yangefektif tidak didasarkan pada sifat manusia tertentu tetapi terletak seberapa jauh sifat seorang pemimpin dapat mengatasi keadaan yang dihadapinya.
B. Pendekatan Tingkah Laku pada Kepemimpinan
Dari akhir tahun 1940-an, fokus penelitian mulai berubah menjaditingkah laku kepemimpinan. Para peneliti tertarik untuk mengidentifikasi perilaku pemimpin yang meningkatkan keefektifan bawahannya. Dengan adanya perubahan fokus penelitian ini, opini awal mengenai pemimpi dengan kualitas yang baik harus dipilih berubah menjadi opini bahwa dengan mengetahui perilaku kepemimpinan yang efektif, seorang pemimpin dapat dilatih agar sukses (Bryman, 1992). Perilaku kepemimpinan merupakan usaha mempengaruhi yang teramati secara empiris yang bervariasi tergantung situasi, dimana gaya kepemimpinan menunjukkan jangka panjang, pola perilaku situasional invariant (Staehle,1999).Adapun beberapa gaya kepemimpinan, diantaranya:
- Kepemimpinan Otoriter
Yakni jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar mutlak tetap berada pada pemimpin atau kalau pemimpin itu menganut system sentralisasi wewenang. Orientasinya difokuskan hanya untuk peningkatan produktivitas kerja karyawan dengan kurang memperhatikan perasaan dan kesejahteraan bawahan. Selain itu menurut Tannenbaum dan Schmid, kepemimpinan iniorientasinya juga hanya diarahkan kepada tugas dan tercapainya tujuan organisasi atau lembaga.
- Kepemimpinan Partisipatif
Yakni apabila dalam kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin dengan gaya partisipatif akan mendorong kemampuan bawahan mengambil keputusan. Dengan demikian, pimpinan akan selalu membina bawahan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar.
- Kepemimpinan Delegatif
Yakni apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa. Dalam hal ini, bawahan dituntut memiliki kematangan dalam pekerjaan(kemampuan) dan kematangan psikologis (kemauan).Menurut Blake dan Mouton, ada lima perilaku kepemimpinan:
- mpoverished Management
- Country Club Management
- Task or Authoritarian Management
- Middle-Road Managemet
- Team or Democratic Managemet
C. Pendekatan Kontingensi pada Kepemimpinan
Pendekatan kontingensi merupakan sebuah cara berfikir yang komparatif(berdasarkan perbandingan) baru diantara teori-teori manajemen yang telahdikenal. Manajemen kontingensi berupaya untuk melangkah, keluar dari prinsip-prinsip manajemen yang dapat diterapkan dan menuju kondisisituasional. Apabila dirumuskan secara formal, pendekatan kontingensi adalahmerupakan suatu upaya untuk menentukan melalui kegiatan riset, praktik, danteknik manajerial mana yang paling cocok dan tepat dalam situasi tertentu.Maka menurut pendekatan kontingensi, situasi-situasi yang berbedamengharuskan adanya reaksi manajerial yang berbeda pula.
D. Masa Depan Teori Kepemimpinan
Fokus konsep kepemimpinan telah banyak berubah selama beberapa periode peneltian. Namun, beberapa tendensi tertentu masih dapat diidentifikasi. Meskipun tren penelitian telah berubah selama beberapa tahun ini, setiap tahapan baru tidak meberikan informasi mengenai kematian pendahulunya melainkan memberikan indikasi adanya perubahan dalam penekanan dan pandangan. Pendekatan kepemimpinan yang baru, sebagai contoh merujuk karisma dan perilaku kepemimpinan dan oleh karena itu menggabungkan pandangan dua dekade pertama dengan teori yang baru. Menurut literatur, usaha untuk mengorganisasikan pendekatan utama mengenai kepemimpinanhanya setengah sukses. (Yulk, 2002).Dalam kondisi tersebut, tentulah seorang pemimpin yang akan memainkan peranan pentingnya. Dan menarik untuk dicermati bahwa hampir setiap aspek kerja dipengaruhi dan tergantung pada kepemimpinan (Overton, 2002). Artinya, kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan sebua horganisasi dalam membangun kapabilitas dan kompetensinya untuk memenangkan persaingan secara berkelanjutan.Adapun tipe kepemimpinan yang sekiranya dibutuhkan untuk mengawal sebuah organisasi dalam menghadapi era masa depan yang tentunya penuh peluang dan juga tantangan, diantaranya:
- Pemimpin yang memiliki visi jauh kedepan
- Pemimpin yang memiliki sense of change yang tinggi
- Pemimpin yang sadar akan posisinya di tengah-tengah lingkungan yang terus berubah
- Pemimpi yang tidak hanya menjadi agen perubahan tetapi sekaligus memimpin perubahan itu sendiri
- Pemimpin strategis yang memiliki sense of business yang tinggi, mampu bertindak proaktif, kreatif dan inovatif
- Pemimpin yang mampu menumbuhkan motivasi seluruh elemen organisasi
- Pemimpin yang mampu mendesain tata kelola organisasi yang baru untuk dapat memuaskan seluruh stake holdernya
- Pemimpin yang mampu keluar dari tradisi organisasi yang memang sudah tidak relevan
- Pemimpin yang berani berfikir beda untuk menciptakan peluang dan mewujudkan mimpi organisasi
- Pemimpin yang memiliki mindset yang holistik (lintas budaya, lintasfungsi, lintas bahasa, dan lintas kapabilitas)
Peran Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan. Dalam pengertian lain kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Pemimpin dalam sebuah organisasi memiliki peranan penting dalam mengarahkan dan mempengaruhi para bawahannya. Tanpa adanya orang yang mengatur dan mengarahkan suatu organisasi niscaya organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya sesuai dengan visi dan misinya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan baik, antara lain:
- Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan
- Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang
- Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi
- Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui pertumbuhan dan perkembangan
- Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan organisasi
Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin. Sehingga jika seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan, seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin.Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses untuk memberikan pengarahan dan pengaruh pada kegiatan yang berhubungan dengan tugas sekelompok anggotanya. Mereka yakin bahwa tim tidak akan sukses tanpa mengkombinasikan kontribusi setiap anggotanya untuk mencapai tujuan akhir yang sama.
Seperti misalnya dengan apa yang dikatakan oleh Stodgil (Sugiyono, 2006) mengenai peran yang harus dilakukan oleh pemimpin, yakni:
- Mengintegrasi Pemimpin perlu mengatur dan melakukan tindakan-tindakan yang bertujuan agar terjadi peningkatan
- Komunikasi Seorang pemimpin perlu memiliki komunikasi yang baik. Sehingga dengan hal itu terwujudlah sebuah rasa kepedulian, saling mengerti, dan tentunya dapat mempengaruhi penyebaran informasi dalam organisasi atau perusahaan.
- Fronternization Tindakan yang bertujuan agar pemimpin menjadi bagian dari kelompok, baik itu dalam kelompok kerja organisasi ataupun pada kelompok dengan skala yang lebih besar lagi.
- Product emphasis Adalah tindakan yang orientasinya kepada pekerjaan yang dilakukan
- Evaluasi Seorang pemimpin tentunya perlu mengevaluasi hal-hal apa saja yang terjadi dalam perusahaan atau organisasi yang dipimpinnya, termasuk kinerja dari setiap anggotanya. Dalam proses evaluasi kinerja ini, seorang pemimpin terkadang memiliki hak untuk memberikan reward bagi anggota dengan kinerja yang baik. Dan juga dapat memberi ganjaran atau hukuman bagi yang lalai.
- Organization Beberapa tindakan yang mengarah kepada perbedaan dan penyesuaian dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Dalam hal ini pemimpin bisa mengubah struktur organisasi ataupun membentuk sebuah tim kerja yang dianggap dan diharapkan dapat memberi kontribusi yang baik kepada organisasi tersebut.
- InitiationYakni tindakan yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan dalam kegiatan organisasi
Sejarah Filsafat dan Rincian Hastabrata
A. Sejarah Filsafat
Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan yang bersifat ekstensial artinya sangat erat berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan, dapat dikatakan filsafatlah yang menjadi penggerak kehidupan kita sehari-hari sebagai manusia pribadi maupun sebagai manusia kolektif dalam bentuk suatu masyarakat atau bangsa. Filsafat ilmu merupakan refleksi secara filsafati akan hakikat ilmu yang tidak akan mengenal titik henti dalam menuju sasaran yang akan dicapai, yaitu kebenaran dan kenyataan. Dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam perkembangannya ilmu makin terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat banyaknya masalah kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan untuk menjawabnya. Filsafat memberi penjelasan atau jawaban substansial dan radikal atas masalah tersebut.(sumber:Jurnal Filsafat Indonesia)
Sejarah Singkat Perkembangan Filsafat (dari Yunani Kuno hingga Modern)
Zaman Yunani Kuno (6 SM- 6 M)
Kelahiran pemikiran filsafat diawali pada abad ke-6 SM yang ditandai oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi pembenaran setiap gejala alam. Filsafat Yunani yang telah berhasil mematahkan berbagai mitos tentang kejadian dan asal usul alam semesta, dan itu berarti dimulainya tahap rasionalisasi pemikiran manusia tentang alam semesta. Filosof yang mengembangkan filasfat pada zaman Yunani yang begitu ramai dipersoalkan sepanjang sejarah yaitu Socrates. Setelah itu, Plato meneruskan keaktifan Socrates dengan mengarang dialog-dialog seperti gurunya. Plato berpendapat bahwa berfilsafat artinya mencari kebijaksanaan atau kebenaran, dan oleh karena itu dapat dimengerti bahwa mencari kebenaran itu dilakukan secara bersama-sama dalam suatu dialog. Pemikiran filsafat Yunani Kuno mencapai puncaknya pada masa Aristoteles (384 SM-322 SM). Ia mengatakan bahwa tugas utama ilmu pengetahuan ialah mencari penyebab objek yang diselidiki. Kekurangan utama para filosof sebelumnya adalah mereka tidak memeriksa semua penyebabnya.(sumber:darus.id)
Zaman Pertengahan (6 M- 16 M)
Pada masa pertengahan ini, terdapat periode yang membuat perkembangan filsafat tidak berlanjut, yaitu pada masa skolastik Kristen.Hal ini dikarenakan pihak gereja membatasi para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan terhambat dan tidak bisa berkembang, karena semuanya diatur oleh doktirn-doktrin gereja yang berdasarkan kenyakinan. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dari keyakinan para gerejawan, maka filosof tersebut dianggap murtad dan akan dihukum berat samapai pada hukuman mati. Pada periode Scholastik Islam, para filosof Islamlah yang pertama mengenalkan filsafatnya Aristoteles. Diantaranya adalah Ibnu Rusyd, ia mengenalkan kepada orang-orang barat yang belum mengenal filsafat Aristoteles. Para ahli pikir Islam yang lain (Scholastik Islam) yaitu Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, dan lain-lain. Pada masa ini Scholastik Kristen, kekuasaan agama masih begitu berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan filasafat, khususnya di kawasan Eropa. Adanya tren perbudakan membuat para pemikir ahli terbatas hanya dari kaum agamis yang berada di gereja saja, karena mereka yang diluar gereja terlalu disibukkan dengan urusan melayani orang lain, daripada memikirkan hal- hal yang tidak mengenyangkan seperti filsafat. Pada masa inilah perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan sangat buruk.Karena pihak gereja membatasi dan melarang para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan dan filsafat tidak berkembang. (sumber:darus.id)
Zaman Renaisans (14 M-16 M)
Renaisans adalah suatu zaman yang sangat menaruh perhatian dalam bidang seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra, filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Zaman renaisans terkenal dengan era kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berpikir.
Pada zaman ini, manusia mulai berpikir secara baru, dan secara berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja yang selama ini telah membatasi manusia dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan. Proses melahirkan kembali ini terjadi pada abad ke-15 dan 16. Dan, yang melahirkan kembali kebudayaan Yunani dan Romawi kuno ini adalah orang-orang yang biasa disebut kaum humanis.
Pada saat ini manusia mulai dianggap sebagai pusat kenyataan, hal itu terlihat secara nyata dalam karya-karya seniman zaman renaisans seperti Donatello, Botticelli, Michelangelo (1475-1564), Raphael (1483-1520, Perugino (1446-1526, dan Leonardo da Vinci (1452-1592). Sedangkan dalam bidang ilmu pengetahuan terdapat beberapa tokoh hebat antara lain Nicolaus Copernicus (1478-1543), Andreas Vasalius (1514-1564), Galileo Galilei (1546-1642), Johannes Kepler (1571-1642), dan Francis Bacon (1561-1632). Bangsawan Inggris yang meletakkan dasar filosofis untuk perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan mengarang suatu maha karya yang bermaksud menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan suatu teori baru dalam bukunya Novum Organon. (sumber:darus.id)
Zaman Modern (17 M- 20 M)
Setelah zaman renaisans yaitu zaman pencerahan atau zaman modern. Zaman Pencerahan (Inggris: Enlightenment) berlangsung dari abad ke-17 hingga ke-20 M. Di zaman ini terdapat peristiwa penting, yaitu revolusi di Inggris dan Perancis. Orang-orang yang hidup di zaman ini memiliki keyakinan bahwa mereka mempunyai masa depan yang cerah dan bercahaya berkat rasio mereka sendiri. (sumber:darus.id)
Sebelumnya, orang lebih suka berpaut pada otoritas lain di luar dirinya, seperti otoritas gereja, kitab suci, para ahli, dan negara. Oleh karena itu, semboyan zaman pencerahan adalah Sapere aude (beranilah berpikir sendiri). Dengan semboyan itu, manusia di zaman pencerahan semakin bersemangat untuk menemukan hal-hal baru. Mereka memanfaatkan akal mereka semaksimal mungkin untuk menggapai perubahan, kemajuan, pertumbuhan, pembangunan, peradaban, reformasi, bahkan revolusi.(sumber:darus.id)
B. Rincian Hastabrata
Hastabrata sendiri berasal dari bahasa Sansekerta. Hasta artinya delapan dan Brata yaitu perilaku atau tindakan pengendalian diri. Hastabrata melambangkan kepemimpinan dalam delapan unsur alam yaitu bumi, matahari, api, samudra, langit, angin, bulan, dan bintang. Tiap unsur Hastabrata mengartikan tiap karakteristik ideal dari seorang pemimpin. (psikologi.ugm)
Sejarah Hastabrata
Istilah Hastabrata berasal dari kitab Hindu berbahasa Sansekerta, Manawa Dharma Sastra. Konsep Hastabrata dalam kitab tersebut bahwa pemimpin kekaisaran bertindak sesuai dengan karakter para dewa. Hastabrata pun menjadi tolok ukur sebuah kepemimpinan di masa itu. Ketika agama islam memasuki pulau jawa, nilai-nilai luhur para dewa sebagal unsur Hastabrata pun disesuaikan dengan prinsip Islam Pengaruh Islam sebagai agama monoteisme mengubah konsep dewa-dewa di Hastabrata menjadi delapan unsur alam, Keberadaan Hastabrata sebagai kearifan lokal muncul dalam beberapa kitab kuno dan naskah. Transformasi sifat-sifat dewa menjadi delapan unsur alam sendiri tercatat dalam naskah Pustakaraja Purwa.(psikologi.ugm)
Nilai Luhur Hastabrata
1. Bumi
Sebagai tempat kehidupan, bumi menyediakan semua kebutuhan dasar makhluk hidup. Bumi merupakan tempat yang kokoh dan senantiasa memberi pada semua makhluk. Seperti bumi, pemimpin harus mampu untuk memberi dan kokoh. Memberi tanpa pamrih pada masyarakat yang la ayomi dan menjadi tempat pertama yang bisa diandalkan.(psikologi.ugm)
2. Matahari
Lewat cahaya matahari makhluk di bumi mampu hidup dan beraktivitas, Senantiasa mendapat energi dari matahari, memungkinkan makhluk hidup untuk tumbuh dan berkembang. Pemimpin memberi energi berupa visi, tujuan, dan alasan untuk setiap tindak keputusan. Memberi seperti matahari adalah memberi dengan terus menerus, hingga ia tidak menyadari bahwa telah berbuat banyak untuk orang lain.(psikologi.ugm)
3. Api
Api memiliki hukum yang jelas, la membakar apa saja yang menyentuhnya. Walaupun bersifat merusak la - merupakan unsur alam paling adil di antara yang lain. Sifat api yang spontan namun stabil mencerminkan keberanian dan keyakinan kuat. Berani dan yakin untuk menghancurkan masalah-masalah yang timbul di kemudian hari. Selain itu, sifat api yang muncul ketika menghadapi masalah juga merepresentasikan ketegasan dalam pengelolaan serta keberanian mengambil keputusan.(psikologi.ugm)
4. Samudra
Hilir untuk semua sungai. Padahal tidak semua sungal membawa air yang bersih. Walaupun begitu, samudra menerima air dari sungai manapun, entah itu kotor atau bersih. Seperti samudra, pemimpin adalah sosok yang membuka mata dan pikiran secara luas menerima pendapat dari sekitar sebagai tanda respek seorang pemimpin pada orang lain. Samudra juga mengolah semua konten air sungai di kedalaman airnya. Begitu juga dengan pemimpin, la tidak menelan mentah-mentah masukan yang datang. Dengan memikirkan baik-baik semua pendapat yang ada. pemimpin mampu mendapatkan pengetahuan baru dari sekitarnya.(psikologi.ugm)
5. Langit
Berbeda dengan horison atau kaki langit, karena horison hanya ilusi optik dari keterbatasan organ sensoris manusia. Langit merupakan sebenar-benarnya atap bagi bumi. Langit adalah cakrawala, la adalah simbol bagi luasnya ilmu pengetahuan. Sosok yang menyimbolkan langit memiliki kompetensi, kemampuan, dan kecakapan yang dapat diajarkan pada orang lain.(psikologi.ugm)
6. Angin
Angin dapat berhembus di mana saja. la terbentuk ketika ada perbedaan tekanan udara. Pemimpin yaitu seseorang keberadaan dan pengaruhnya bisa dirasakan oleh sekitarnya. Keberadaan pemimpin bukan sebagai simpol dari kekuasaan, la adalah orang yang terjun menghadapi masalah dan peduli pada kondisi yang dihadapi.(psikologi.ugm)
7. Bulan
Bulan hanya bisa dipandang di malam hari. Ketika memandang bulan, ada rasa damal dalam gelap. Pemimpin harus menjadi sosok yang memberikan kedamaian pada sekitarnya. Rasa damai yang nyaman dan membuat hati gembira.juga memberikan harapan pada sekitar ketika semua kondisi memberikan keputusasaan.(psikologi.ugm)
8. Bintang
Satu unsur alam paling indah yang dapat dilihat ketika malam. Tidak hanya indah, ia memberikan arah mata angin pada mereka yang membutuhkan. Pemimpin menjadi pengarah dan pedoman bagi lingkungannya. Menjadi pengarah artinya menjadi sebuah inspirasi bagi yang lain. Menjadi inspirasi artinya pemimpin memiliki satu prinsip dasar yang menjadi ruh kepemimpinannya.(psikologi.ugm)