Sejarah Filsafat dan Rincian Hastabrata

12 September 2022 23:14:35 Dibaca : 595

Yunani kuno adalah tempat bersejarah di mana sebuah bangsa memilki peradaban. Oleh karenanya Yunani kuno sangat identik dengan filsafat yang merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Padahal filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah berkembang jauh sebelum para filosof klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya. Filsafat di tangan mereka menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada generasi-generasi setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasahingga sekarang. Menurut Bertrand Russel, diantara semua sejarah, tak ada yang begitu mencengangkan atau begitu sulit diterangkan selain lahirnya peradaban di Yunani secara mendadak. Memang banyak unsur peradaban yang telah ada ribuan tahun di Mesir dan Mesopotamia. Namun unsur-unsur tertentu belum utuh sampai kemudian bangsa Yunanilah yang menyempurnakannya.Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan yang terkemuka. Di antaranya adalah :

a. Thales (624-545 SM)

Kurang lebih enam ratus tahun sebelum Nabi Isa (Yesus) terlahir, muncul sosok pertama dari tridente Miletus yaitu Thales yang menggebrak cara berfikir mitologis masyarakat Yunani dalam menjelaskan segala sesuatu. Sebagai Saudagar-Filosof, Thales amat gemar melakukan rihlah. Ia bahkan pernah melakukan lawatan ke Mesir. Thales adalah filsuf pertama sebelum masa Socrates. Menurutnya zat utama yang menjadi dasar segala materi adalah air. Pada masanya, ia menjadi filsuf yang mempertanyakan isi dasar alam.

b. Phytagoras (580 SM-500 SM)

Pythagoras lahir di Samos (daerah Ioni), tetapi kemudian berada di Kroton (Italia Selatan). Ia adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya. Dikenal sebagai Bapak Bilangan, dan salah satu peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatusegitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan ini secara matematis. Selain itu, Pythagoras berhasil membuat lembaga pendidikan yang disebut Pythagoras Society.

c. Socrates (469 SM- 399 SM)

Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles. sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.12 Periode setelah Socrates ini disebut dengan zaman keemasan kelimuan bangsa Yunani, karena pada zaman ini kajian-kajian kelimuan yang muncul adalah perpaduan antara filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh yang sangat menonjol adalah Plato (429-347 SM), yang sekaligus murid Socrates.

d. Plato (427 SM- 347 SM)

Ia adalah murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (Politeia) di mana ia menguraikan garis besar pandangannya pada keadaan ideal. Selain itu, ia juga menulis tentang Hukum dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama. Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide. Dunia fana ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Di dunia ideal semuanya sangat sempurna. Plato, yang hidup di awal abad ke-4 S.M., adalah seorang filsuf earliest (paling tua) yang tulisan-tulisannya masih menghiasi dunia akademisi hingga saat ini. Karyanya Timaeus merupakan karya yang sangat berpengaruh di zaman sebelumnya; dalam karya ini ia membuat garis besar suatu kosmogoni yang meliputi teori musik yang ditinjau dari sudut perimbangan dan teori-teori fisika dan fisiologi yang diterima pada saat itu.

e. Aristoteles (384 SM - 322 SM)

Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia memberikan kontribusi di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, dan Ilmu Alam. Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Sementara itu, di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki. Dari kontribusinya, yang paling penting adalah masalah logika dan Teologi (Metefisika). Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking). Logika yang digunakan untuk menjelaskan cara menarik kesimpulan yang dikemukakan oleh Aristoteles didasarkan pada susunan pikir. Masa keemasan kelimuan bangsa Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM). Ia berhasil menemukan pemecahan persoalan-persoalan besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu sistem: logika, matematika, fisika, dan metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut silogisme (syllogisme).

Hasta Brata sebagai Falsafah Kepemimpinan Jawa dan Relevansinya dengan Pendidikan Pembahasan tentang falsafah hampir tidak terdengar kembali dalam dunia administrasi, tak terkecuali dalam administrasi pendidikan. Pembahasan falsafah kepemimpinan nampaknya kurang menarik untuk diperbincangkan, dibandingkan dengan hal yang berkaitan dengan keuntungan atau laba. Dalam praktik kepemimpinan sekarang ini, pendekatan pragmatis-kapitalis seolah lebih membumi dan dianggap lebih utama dibandingkan filosofis-utopis. Utopis disini bukan berarti khayalan semu, tetapi lebih kepada pandangan ke arah masa depan tanpa meninggalkan falsafah-falsafah yang ada sejak dahulu. Kata astha/hastaberasal dari bahasa Jawa kuno atau Sanskerta yang berarti delapan, dan bratalaku, sikap, tindakan atau sejenisnya. Kata “laku” dapat pula disetarakan dengan sifat atau watak. Secara etimologi Hasta Bratadapat dimaknai sebagai delapan laku atau sifat atau watak. Jadi Hasta Bratadapat diartikan sebagai delapan syarat yang harus dipegang oleh seorang pemimpin.Wayang bagi masyarakat Jawa memiliki makna yang cukup penting. Selain sebagai ciri khas peradaban kebudayaan Jawa dimana kesenian ini menjadi media dakwah yang cukup efektif, pewayangan juga merupakan replika kehidupan sehari-hari masyarakat jawa. Hasta Brata sebagaimana disimbolkan dalam pewayangan yang menceritakan Sri Bathara Kresna yang sukses memipin negaranya, ajaran ini kemudian diwejangkan kepada Arjuna, yang kelak oleh Arjuna diwejangkan kepada putranya Abimanyu. Wahyu dalam cerita pewayangan ini merupakan “sabda jati”, jadi wahyu disini tidak berwujud benda tetapi bentuk ajaran atau petunjuk dari sang hyang wisesa jagad (Tuhan Yang Maha Esa). Dalam lakon ini diceritakan bahwa siapapun yang memperoleh wahyu tersebut akan menjadi satria pilih tanding (bangsawan yang terpilih) yaitu Arjuna. Hasta Bratadi Indonesia bukan hanya sebagai cerita pewayangan semata. Lebih dari itu, Hasta Brata juga digunakan sebagai pegangan dalam bertindak oleh seorang pemimpin, bukan hanya raja, tetapi juga pemimpin lembaga pendidikan.Delapan sifat/watak dewa ini dijadikan pedoman bagi seorang pemimpin. Ajaran Hasta Bratamemang berasal dari kebudayaan Jawa yang menjadi sebuah pedoman dalam bertindak, namun ajaran ini seringkali hanya menjadi sebuah pajangan. Hasta Bratadipercaya sebagai sebuah ajaran kode etik kepemimpinan dari zaman dahulu hingga sekarang yang populer di kalangan masyarakat Jawa. Hasta Brata dapat ditemukan dalam bantuk naskah seperti Kakawin Ramayanamaupun seni pertunjukan seperti Babad Sangkala. Dalam Babad Sangkalawatak kepemimpinan tidak diambil dari watak Dewa, melainkan dari watak alam.

Definisi di atas menunjukan banyaknya rujukan yang diambil dalam menginterpretasikan Hasta Bratasebagai pedoman pemimpin. Pada satu literatur ajaran ini terdapat dalam naskah Kakawin Ramayanayang mengibaratkan sebagai watak Dewa. Namun pada literatur lain yakni dalam lakon pewayangan Babad Sangkala, diibaratkan sebagai watak alam. Terlepas dari perbedaan prespektif ajaran ini, keduanya memiliki tendensi yang sama yakni prilaku atau perbuatan baik.Banyak argumen yang menyatakan bahwa falsafah kepemimpinan Jawa yang terkandung dalam Hasta Brata lebih ideal dibandingkan yang lain. Karena begitu idealnya, tidak sedikit pemimpin yang tidak mampu menerapkan ajaran Hasta Bratadalam menjalakan tugasnya. Namun meskipun ajaran ini sulit untuk di aplikasikan secara tuntas, bukan berarti ajaran ini hanya cukup dipahami secara parsial. Hasta Bratamerupakan ilmu delapan perwatakan alam yang menjadi dasar laku seorang pemimpin. Delapan perwatakan alam tersebut yaitu; 

  • Hambeging Kisma (Watak Bumi)
  • Hambeging Tirta (Watak Air)
  • Hambeging Samirana (Watak Angin)
  • Hambeging Samodra (Watak Lautan)
  • Hambeging Chandra (Watak Bulan)
  • Hambeging Surya (Watak Matahari)
  • Hambeging Dahana (Watak Api)
  • Hambeging Kartika (Watak Bintang)

Delapan perwatakan alam yang diajrakan di atas memang merupakan ajaran yang dimiliki Raja-raja pada jaman dahulu. Namun ajaran tersebut merupakan ajaran yang kompatibel. Ajaran ini menjadi idealisme para pemimpin, penguasaan karakter delapan alam ini mengantarkannya sukses dalam memimpin sebuah organisasi/lembaga pendidikan. Sakaralitas yang menganggap seorang Raja/pemimpin sebagai wakil Tuhan semakin menguatkan legitimasi yang mengangkat kewibawaan seorang pemimpin. Hasta Bratamerupakan satu filosofi kepemimpinan yang kompleks diantara filosofi-filosofi yang lain. Hasta Brata sebagai filosofi kepemimpinan jawa mengangkat kembali eksistensi kearifan lokal budaya jawa yang pernah mendominasi kepemimpinan di Indonesia, yang pada perkembangan selanjutnya mulaidigeser secara perlahan oleh kepeimimpinan gaya Barat. Pembahasan ini bukan berarti ingin menghilangkan kepemimpinan gaya Barat yang berkembang, tetapi akan lebih baik lagi jika kepemimpinan yang berkembang pesat tersebut dikombinasikan dengan kepemimpinan yang dimiliki budaya kita sendiri, sebagai wujud kecintaan budaya Nasional. Penguasaan delapan karakteristik alam merupakan ciri kepemimpinan yang paling ideal.Hasta Bratamengajarkan perlunya fleksibilitas kepala sekolah dalam kepemimpinannya. Terkaitdengan kematangan anggota, kepala sekolah harus fleksibel menggunakan gaya suportif, delegatif, konsultatif atau direktif dalam kepemimpinannya. Berkaitan dengan pekerjaan, kepala sekolah harus menyesuaikan dengan struktur pekerjaan. Terkait kebijakan atau pengambilan keputusan, kepala sekolah harus fleksibel dalam menentukan tingkat partisipasi dan delegasi. Hasta Bratajuga mengajarkan penguasaan kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah, yakni kompetensi Intrapersonal, kompetensi Human Relation, kompetensi Working Relationdan kompetensi Job Relation.