Filosofi Kepemimpinan, (HASTA BRATA)

11 September 2022 23:47:08 Dibaca : 4269

Hasta Brata Konsep Kepemimpinan Jawa

Ilmu Hasta Brata tergolong ajaran yang sangat tua, mulai diperkenalkan melalui lakon pewayangan Wahyu Makutha Rama. Hasta artinya delapan dan Brata yaitu perilaku atau tindakan pengendalian diri. Hasta Brata melambangkan kepemimpinan dalam delapan unsur alam, yakni bumi, air, angin, api, samudra, gunung, rembulan dan matahari. Tiap unsur Hasta Brata mengartikan tiap karakteristik ideal dari seorang pemimpin.

Istilah Hasta Brata berasal dari bahasa Sansekerta Manawa Dharma Sastra. Konsep Hasta Brata dalam kitab tersebut menyiratkan bahwa pemimpin bertindak sesuai dengan karakter para Dewa. Hasta Brata pun menjadi tolak ukur sebuah kepemimpinan di masa itu.

Yasadipura I (1729-1803 M), pujangga keraton Surakarta menuliskan Hasta Brata sebagai delapan prinsip kepemimpinan sosial yang meniru filosofi atau sifat alam.

Konon, pemimpin yang menguasai ilmu Hasta Brata ini akan mampu melakukan internalisasi diri (pengejawantahan) ke dalam delapan sifat agung tersebut. Dalam beberapa literatur juga disebutkan bahwa delapan sifat alam ini mewakili simbol kearifan dan kebesaran Sang Pencipta.

Hasta Brata : Delapan Sifat Unggul Pemimpin

1. Mahambeg Mring Kismo (meniru sifat bumi)

Bumi diibaratkan sebagai ibu pertiwi. Sebagai ibu pertiwi, bumi memiliki peran sebagai ibu, yang memiliki sifat keibuan, yang harus memelihara dan menjadi pengasuh, pemomong, dan pengayom bagi makhluk yang hidup di bumi. Implementasinya adalah, kalau sanggup menjadi pemimpin, maka ia harus mampu mengayomi dan melindungi anak buahnya. Ada juga yang menerjemahkan sifat Bumi sebagai sifat seorang yang suka memberikan perhatian kepada fakir miskin, dan kaum lemah. Seorang pemimpin yang menguasai sifat Bumi akan mengarahkan kekuasaannya untuk mensejahterakan rakyat dan mengentaskan kemiskinan.

2. Mahambeg Mring Warih (meniru sifat air)

Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan siapapun termasuk pengikutnya (adaptif). Air selalu mengalir ke bawah, artinya pemimpin harus memperhatikan potensi, kebutuhan dan kepentingan pengikutnya, bukan mengikuti kebutuhan atasannya. Pemimpin juga harus menjadi sosok yang membuka mata dan pikiran secara luas. Seorang pemimpin harus bersedia menerima pendapat dari bawahan dan memikirkan baik-baik semua pendapat yang ada.

3. Mahambeg Mring Samirono (meniru sifat angin)

Pemimpin yang menguasai sifat Angin adalah ia yang selalu terukur bicaranya (tidak asal ngomong), setiap perkataannya selalu disertai argumentasi serta dilengkapi data dan fakta. Dengan demikian, pemimpin yang menguasai sifat Angin ini akan selalu melakukan check and recheck sebelum berbicara atau mengambil keputusan.

4. Mahambeg Mring Candra (meniru sifat bulan)

Sifat Bulan adalah menjadi sumber cahaya bila malam tiba, dengan demikian Bulan adalah sang penerang mahluk hidup dari kegelapan (akal & budi) di bumi. Dalam memperlakukan anak buahnya, seorang pemimpin harus dilandasi oleh aspek-aspek sosio-emosional. Pemimpin harus memperhatikan harkat dan martabat pengikutnya sebagai sesama, atau nguwongke. Ia juga harus menjadi penuntun dan memberikan pencerahan kepada rakyatnya. Oleh karena itu pemimpin seperti ini memahami dan mengamalkan ajaran luhur yang terkandung dalam a-gama dan menjunjung tinggi moralitas.

5. Mahambeg Mring Suryo (meniru sifat matahari)

Seorang pemimpin yang menguasai sifat Matahari harus mampu memberikan inspirasi dan semangat kepada rakyatnya untuk menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Energi positif seorang pemimpin dapat memberi petunjuk dan solusi atas masalah yang dihadapi rakyatnya.

6. Mahambeg Mring Samodra (meniru sifat laut/samudra)

Seorang pemimpin hendaknya mempunyai keluasan hati dan pandangan, dapat menampung semua aspirasi dari siapa saja, dengan penuh kesabaran, kasih sayang, dan pengertian terhadap rakyatnya. Pemimpin harus memiliki wawasan yang luas dan dalam, seluas dan sedalam Samudra.

7. Mahambeg Mring Wukir (meniru sifat gunung)

Layaknya sifat Gunung yang teguh dan kokoh, seorang pemimpin harus memiliki keteguhan-kekuatan fisik dan psikis serta tidak mudah menyerah untuk membela kebenaran maupun membela rakyatnya.

8. Mahambeg Mring Dahono (meniru sifat api)

Seorang pemimpin yang menguasai sifat Api adalah ia yang cekatan dan tuntas dalam menyelesaikan persoalan. Juga selalu konsisten dan objektif dalam menegakkan aturan, tegas, tidak pandang bulu dan objektif, serta tidak memihak.

Kedelapan ajaran luhur ini sudah semestinya menjadi pepeling para pemimpin untuk selalu eling dan waspada. Apabila seluruh elemen alam mampu dikuasai seorang pemimpin, negeri yang gemah ripah loh jinawi pun tak pelak akan seutuhnya tercapai.

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong