Peran Keluarga dalam Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak
kali ini akan sangat menarik jika sebagian orang tua bisa melihat postingan ini.. pada dasarnya anak-anak itu identik dengan mencoba-coba, jadi biarkan dia menyalurkan potensi yang dia miliki.. lebih lengkapnya berikut penjelasannya..
1.TEORI PERSIMPANGAN KREATIVITAS
Dalam membantu anak mewujudkan kreativitasnya, anak perlu dilatih dalam keterampilan tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat atau talenta mereka. Tidak hanya sarana dan prasarana dari pendidik dan orangtua yang perlu untuk merangsang pemikiran dan keterampilan anak tapi juga yang perlu adalah motivasi intrinsik pada anak.
2. KARAKTERISTIK KELUARGA YANG KREATIF
2.1 Penelitian Dacey Mengenai Keluarga Kreatif
Dacey (1989) telah melakukan penelitian di inggris terhadap kehidupan keluarga yang berbeda dari keluarga biasa. Penelitian ini melipuri pengetesan terhadap sampel remaja, dilanjutkan dengan wawancara terhadap anggota keluarga tentang topik mengenai gaya hidup keluarga.
Kesimpulan yang ditarik dari studi diatas adalah :
Ø Faktor genetis versus lingkungan
Dalam keluarga yang dipilih karena salah seorang dari orangtua dinilai kreatif, lebih dari separohanak mereka juga di atas rata-rata dalam kreativitas. Meskipun hasil ini belum tuntas memecahkan masalah nature versus nurture.
Ø Aturan Perilaku
Orangtua dari remaja kreatif tidak banyak menentukan aturan perilaku di dalam keluarga. Kelompok orangtua ini rata-rata hanya menetukan kurang dari satu aturan, seperti jumlah jam belajar, waktu tidur dan aturan untuk kegiatan lainnya.
Ø Tes Kreativitas sebagai predator prestasi kreatif remaja
Enam tes kreativitas yang dipersingkat diberikan kepada sampel remaja dalam studi ini yang bermakna dengan penilaian kreativitas , secara keseluruhan kolerasinya rendah. Hal ini disebabkan karena yang digunakan adalah tes kreativitas singkatan, penilaian kretivitas kurang abstrak, tapi kolerasi yang tinggi dengan faktor lain. Kreativitas merupakan cirri yang relatif kurang stabil, teruta pada masa remaja (Dacer, 1986).
Ø Masa kritis
Berdasarkan pernyataan dari subjek, dan juga berdasarkan penemuaan baru tentang perkembangan kepribadian oleh penelitian lain (Gould, 1978; Levinson 1978).
Ø Humor
Bercanda berolok-olok dengan orang terdekatnya dan memperdayakan sebagai lelucon biasa terjadi pada keluarga kreatif.
Ø Ciri-ciri menonjol lainnya
Bertentangan dengan pendapat stereotif, anak-anak kreatif melihat dirinya mudah bergaul dengan orang lain dan menilai tinggi cirri ini. Kebanyakan memberi peringkat sedang terhadap ciri-ciri, sebagaimana ditemukan pada studi lainnya (Mackinno, 1978; Taylor dan getzels, 1975) cirri-ciri seperti Imajinasi dan Kejujuran.
Ø Perumahan
Kebanyakan dari keluarga kreatif menemukan rumah yang nyaman dan aman serta berbeda daripada yang lainnya. Ada yang modern dan tidak, ada juga menempatkan rumahnya dihutan dengan perabotan yang antik dan konvensional, dengan taraf sosial-ekonomi yang tergolong menengah atau menengah tinggi.
Ø Pengakuan dan penguatan pada usia dini
Orang tua dalam studi ini diminta menyatakan pada usia berapa mereka pertama kali menduka bahwa anak mereka memilikikemampuan yang luar biasa dan apa yang membuat mereka berpikir demikian. Kebanyakan memperhatikan tanda-tanda seperti pola pikiran khusus atau kemampuan memecahkan masalah yang tinggi sebelum anak mencapai umur tiga tahun. Kebanyakan anak menyatakan mereka merasakan mendapat dorongan kuat dari orangtua mereka.
Ø Gaya hidup orangtua
Kebanyakan orangtua dari keluarga kreatif dapat menceritakan salah satu asfek kehidupan mereka yang tidak biasa. Praktis semua orangtua mempunyai minat yang dikembangkan disamping pekerjaannya, dan kebanyakan dari minat ini luar biasa.
Ø Trauma
Anak kreatif banyak mengalami trauma daripada anak biasa; peristiwa yang menyebabkan kesedihan, kemarahan, atau keduanya, atau sangat mengganggukehidupan anak. Beberapa teoritis percaya bahwa mengalami trauma masa kanak-kanak merupakan sebab utama dari kreativitas, terutama pada para penulis (Kris, 1965; Geortzel, 1978)
Ø Dampak dari sekolah
Pernyataan ini diperkuat oleh hasil penelitian bahwa korelasi antara penilaian kreativitas oleh Panel Boston College dan keinovatifan termasuk rendah.
Ø Bekerja keras
Thomas Edison mengungkapkan bahwa kreativitas itu “one part insparitions and 99 parts perspiration”. Kreativas itu hanya sedikit sekali merupakan hasil kerja dari ilham, lebih banyak hasil dari kerja keras. Hal ini belaku juga untuk macam-macam pekerjaan rumah dan tugas dalam keluarga.
Ø Domonansi lateral
Beberapa teoretikus berpendat bahwa kekidalan lebih banyak ditemukan pada pribadi-pribadi kreatif, karena merupakan petunjukbahwa mereka lebih dikuasai oleh belahan otak kanan. Belahan otak kiri lebih dilihat sebagai bagian yang logis sedangkan belahan kanan sebagai bagian yang intuitif. Pada populasi umum 5% sampai dengan 10% adalah kidal. Nilai kreativitasnya rendah, 8% kidal, sedangkan dari mereka yang kreativitasnya dinilai tinggi, 20% adalah kidal.
Ø Perbedaan jenis kelamin
Dalam studi Dacey (1989) kedua orangtua sepakat bahwa hamper dua kali kebanyakan dari remaja kreatif mempunyai rasa identifikasi yang kuat dengan ibu mereka. Keberhasilan remaja banyak meniru ke ayah tetapi lebih mengandalkan pada ibu untuk mendapat dorongan. Pendapat ikeda dari Jepang bahwa ibu mempunyai peranan penting/utama dalam pengembangan kreativitas keluarganya, kehidupan kreatif ibu secara alamiah akan tertanam dalampikiran anak-anaknya, menjadi bagian yang hidup dari pemikiran mereka.
Ø Penilaian orangtua mengenai kreativitas anak
Orangtua disuruh untuk menilai dari keempat jenis kreativitasdi atas ini setuju dengan penilian panel dari Boston College.
Ø Jumlah lokasi
Makin tinggi kreativitas remaja semakin banyak juga jumlah koleksi mereka yang tidak lazim/biasa pada umur mereka, karena Dacey terutama berdasarkan laporan diri dan data studi kasus retrospektif. Menyatakan hubungan kausal antara gaya hidup keluarga dan kreativitas tinggi dan rendah dalam keluarga, cukup menjadi petunjuk kuat bahwa keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan paling utama dalam pengembangan bakat dan kreativitas.
2.2 Hubungan Antara Latar Belakang Keluarga dan Kinerja Anak
Pada tahun 1977 penulis melakukan studi di Jakarta terhadap 128 siswa kelas enam SD dan 138 siswa kelas tiga SMP dan orangtua mereka untuk melihat hubaungan antara beberapa perubah lingkungan keluargadan kinerja anak, termasuk intelegensi, kreativitas, dan prestasi belajar (Utami Munandar,1977).
Beberapa kesimpulan yang perlu ditarik dari studi ini adalah :
- Pada umumnya makin tinggi pendidikan orantua,makin baik prestasi anak.
- Bahasa apa yang dipakai dalam sehari-hari.
- Siswa sebagaimana nyata dari kuesioner tergolong cukup rajin ; 66% bekerja lebih dari satu jam sehari untuk membuat pekerjaan rumah. Pada umumnya tidak ada hubungan nyata antara jumlah waktu untuk membuat pekerjaan rumah dan kinerja anak.
- Pada tingkat SD kecendrungannya adalah bahwa perhatian dan pengawasan terhadap pekerjaan rumah sedangkan tingkat SMP orangtua lebih pengawasan pada prestasi.
- Fasilitas yang ada dirumah.
- Melakukan kegiatan di waktu senggang.
- Perhatian dari orangtua merupakan faktor penentu yang positif dari kinerja seorang anak.
- Terlalu banyak campur tangan orangtua.
Kreativitas merupakan manifestasi dari aktualisasi diri individu yang berfungsi sepenuhnya (Maslow,1962)
2.3 Studi Tentang Keluarga Anak Berbakat Di Indonesia
Hasil studi menunjukkan bahwa orangtua anak berbakat mempunyai tingkat pendidikan, jabatan profesional dan penghasilan yang lebih tinggi. Taraf aspirasi orangtua anak berbakat sehubungan terhadap dengan pendidikan anak lebih tinggi.
Nyatanya bahwa orangtua anak berbakat lebih mementingkan ciri “ketekunan” dan “inisiatif” dibandingkan dengan kelompok anak dengan kecerdasan rata-rata. Anak berbakat tidak banyak dituntut orangtua untuk mengerjakan tugas-tugas dirumah dibandingkan dengan anak dengan IQ rata-rata, sehingga mereka lebih banyak waktu melakukan hal-hal yang mereka senangi.
2.4 Penelitian Tentang Latar Belakang Keluarga Para Finalis LKIR dan LPIR
Mengutip dari Dedi Supriadi (1994), hasil studi ini menemukan bahwa sebagian finalis LKIR (Lomba Karya Ilmiah Remaja) dan LPIR (Lomba Penelitian Ilmiah Remaja) adalah laki-laki, anak pertama dan kedua, mempunyai orangtua berpendidikan dan berpenghasilan baik, menempuh pendidikannya dikota, berasal dari iklim kehidupan yang baik dan memiliki pengalaman bermakna dalam hidupnya. Secara umum, mereka memiliki latar belakang kehidupan dan lingkungan yang lebih unggul daripada kelompok pembanding.
3. MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK DIRUMAH
3.1 Mendukung Pertumbuhan Intelektual Anak
Setiap orang memiliki profil kemampuan dan kecerdasan yang berbeda-beda. Anak-anak dalam keluarga walaupun saudara sekandung mungkin saja memiliki bakat, kemampuan, dan minat yang berbeda-beda. Oleh karena itu, sebaiknya orantua menghargai keunikan setiap anak dan memberikan pengalaman beragam yang memungkinkan bakat dan kemampuannya berkembang. Orangtua dapat mendukung perkembangan anak dengan mengamati perilaku dan kesibukan anak dalam kegiatan yang beragam. Memperhatiakn cara-cara anak mengatasi masalah dan menghadapi tugas-tugas baru akan membuat orangtua memahami potensi dan bakat anak.
3.2 Memotivasi Anak untuk Belajar
Bagaimana orangtua dapat membantu membina anak agar bermotivasi untuk belajar? Hal-hal yang perlu diperhatiakn dan diupayakan adalah (Shapiro,1997) :
(1) Ajarkan anak untuk mengharapkan keberhasilan.
(2) Sesuaikan pendidikan anak dengan minat dan gaya belajarnya,
(3) Anak harus belajar bahwa diperlukan keuletan untuk mencapai keberhasilan.
(4) Anak harus belajar menghadapi kegagalan.
4. DAMPAK ORANGTUA TERHADAP KREATIVITAS ANAK
4.1 Beberapa Faktor Penentu
Beberapa faktor diantaranya :
(1) Kebebasan
Orangtua yang percaya untuk memberikan kebebasan kepada anak cenderung mempunyai anak kreatif.
(2) Respek
Anak yang kreatif biasanya mempunyai orangtua yang menghormati mereka sebagai individu, percaya akan kemampuan mereka, dan menghargai keunikan anak.
(3) Kedekatan emosi yang sedang
Memberikan kebebasan kepada anak untuk tidak bergantung kepada orang lain dalam menentukan pendapat atau minat. Anak perlu merasa bahwa ia diterima dan disayangi tetapi seyogyanya tidak menjadi terlalu tergantung kepada orangtua.
(4) Prestasi, bukan angka
Orangtua anak kraetif menghargai prestasi anak; mereka mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya dan menghasilkan karya-karyanya yang baik.
(5) Orangtua aktif dan mandiri
Orangtua anak yang kreatif merasa aman dan yakin tntang diri sendiri,tidak memperdulikan status sosial dan tidak terlalau terpengaruh oleh tuntutan sosial.
(6) Menghargai kretivitas
Anak yang kreatif memperoleh banyak dorongan dari orangtua untuk melakukan hal-hal yang kreatif.
4.2 Orangtua Sebagai Model
Penelitian menunjukkan bahwa anak kreatif mengidentifikasikan diri dengan banyak orang dewasa dari dua jenis kelamin dan bahwa komunikasi dengan orang dewasa yang menarik, aktif, dan berprestasi dapat merangsang kreativitas anak. Semua orang dewasa dapat menjadi model bagi anak: guru, anggota keluarga, teman orangtua, atau kakek-nenek.
Orangtua dapat membantu anak untuk menemukan minat-minat mereka yang paling mendalam dengan mendorong anak melakukan kegiatan yang beragam, menunjukkan kesempatan dan kemungkinan yang ada.
4.3Sikap Orangtua yang Menunjang
Sikap orangtua penelitian diperoleh hasil bahwa sikap orangtua yang memupuk kreativitas anak adalah :
. menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya,
. memberi waktu kepada anak untuk berpikir, merenung, dan berkhayal.
. membolehkan anak mengambil keputusan sendiri.
. memberikan pujian yang sungguh-sungguh kepada anak.
. menjalin kerjasama yang baik dengan anak.
.menunjang dan mendorong kegiatan anak.
. meyakinkan anak bahwa orangtua menghargai apa yang ingin dicoba dilakukan dan apa yang dihasilkan.
4.4 Kreativitas dan Disiplin
Kreativitas menuntun disiplin agar dapat diwujudkan menjadi produk yang nyata dan bermakna, karena kreativitas seseorang selalu terkait dengan bidang atau domain tertentu dan kreativitas menuntut sikap disiplin internal untuk tidak hanya mempunyai gagasan, tetapi juga dapat sampai tahap proses kretivitas yang kelima yaitu elaborasi, mengembangkan dan memperinci suatu gagasan atau tugas sampai tuntas.
5. ORANGTUA SEBAGAI PENDUKUNG PROGRAM ANAK BERBAKAT
Kelompok orangtua dapat membantu menyadarkan orangtua lain akan masalah dan kebutuhan anak berbakat dan kesempatan pendidikan yang dapat diberikan kepada mereka. Kelopmpok orangtua dapat membantu mengorganisasi kegiatan pengayaan bagi anak berbakat, seperti program akhir minggu, program liburan atau program mentor.
http://melyloelhabox.blogspot.com/2012/09/peran-keluarga-dalam-mengembangkan.html
Rusli Djuned
PERAN KELUARGA DALAM PENGEMBANGAN ANAK BERBAKAT
Oleh : Rusli Djuned S,Sn.
Akhir-akkhir ini masalah bakat dan kreativitas sering dibicaarakan didalam masyarakat ,lebih-lebih pemerintahsendiri telah membreikan perhatian khusus kepada anak-anak yang berbakat agar mereka dapat mengembangkan kemauannya secara optimal.Oleh karena itu anak berbakat adalah potensi sember daya manusia yang unggul. Kemauan dan kejayaan suatu Bangsa dan Negara,tergantung keluarga bagaimana menghargai dan membina potensi unggul dan intelektuanya .
Penulis bertujuan untuk meningkatkan kesadaran sebagai peran penting keluarga dalam mengoptimalisasi potensi anak berbakat,untuk menuju proses perubahan bangsa menjadi global modern yang ditandai oleh ilmu pengetahuan dan tehnologi,dilandasi oleh norma dan moralitas.
Peran keluarga dalam pebinaan anak berbakat
Anak yang berbakat tidak semuanya dapat mengembangkan bakat,sering teerjadi dipengaruhi oleh dua unsure utama yaitu unsure bakat umum,sebagai kemampuan bawaan dan unssur kepribadian,khusus semangat atau kemauan yang tinggi untuk bekerja. Bakat tersebut membutuhkan latihan pendidikan agar potensi dimunculkan dimasa yang akan datang. Selain factor yang ada dalam diri seseorang seperti minat dalam suatu bidang ,keinginan untuk berprestasi ,keuletan untuk mengatasi rintangan factor lingkungan juga menentukan sejauh mana bakat seseorang dapat terwujud kedalam prestasi optimal.Diantara factor lingkungan dan factor keluarga memegang peranan yang sengat penting ,hal ini di akui oleh LBERAT EINSTEIN yang dikenal seorang jenius atau berbakat intelelktual : THE MOST IMPORTANTOF LEARNING STARS AT HOME .
Pembinaan anak berbakat Dimulai Sejak Dini
Anak dalam keluarga adalah buah hati, merupakan merupakan titipan dari Allah kepada keluarganya,yang wajib dibina dan didik dengan sebaik-baiknya. Setiap orng tua selalu berharap agar kelak anaknya menjadi orang sukses dan berguna baik dalam arti social ekonomi maupun kehidupan intelektualnya. Setiap orang juga selalu berharap agar kehiddupan anaknya menjadi orang yang terhormat dan saling menjaga menghormati sesame malah lebih baik dari orang tuanya. Bahkan orang tua juga pengalaman langsung yang mempunyai nilai tersendiri yang unik.Oleh karena itu orang tua harus bijak dalam menghadapi berbagai tipedan kebijakan untuk membina anak berbakat, member kesempatan pada anak untuk mengembangkan dan berusaha menciptakan lingkungan yang kaya,dengan suasana yang menarik dan menentang tantangan untuk mewujudkan bakatnya, kondisi seperti ini antara lain orang tua dapat menciptakan lingkungan keluarga yang selaras,dan seimbang. Pendek kata jangan terlalu banyak memberikan larangan pada anak berbakat, yang sangat penting adalah rangsangan dan motivasi untuk menjadi mandiri berlatih dan berlatih. Seperti yang dikatakan oleh seniman besar (Pelukis Peancis) POEL CAZENNE bahwa untuk menjadi seorang seniman (pencipta) tidak harus bakat itu seratus persen cukup satu persen yang adalah lain adalah latihan dan kreativitas .
Oleh karena itu penulis berharap sebagai orang tua yang punyya anak berbakat jangan ragu berilah kesempatan seluas-luasnya dalam mewujudkan bakat dan kreativitas semenjak dini,dan penulis yakin bagi orang tua pnya anak yang berbakat akan tercapai apa yang diidam-idamkan.
Penutup
Pertubuhan dan perkembangan anak berbakat,selain ditentukan arahnya oleh bakat secara alamiah telah dimiliki sejak lahir ditentukan pula oleh mutu pendidikan,penghargaan dan pembinaan yang didapat didalam lingkungan kehidupan keluarganya merupakan lingkungan pertama dan utama.Keluarga juga menyediakan sarana dan prasarana untuk member motivasi dan kesempatan anak untuk mengembangkan bakatnya. Juga dapat membantu anak menciptakan kemadirian pribadi,member semangat untuk berprestasi dan sikap sopan (etik) serta kepercayaan pada kemampuan diri dalam pribadi. Percaya atau tidak bahwa anak yang berbakat dan kreatif merupakan asset pembangunan sumber daya manusia berupa potnsi unggul intelektual bangsa dan negar dapat bersaing juga bias mensejajarkan diri dan bekerja sama dengan bangsa lain didunia.
Penulis adalah alumni Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI) Fakultas Seni Rupa Dan Design.Sekarang sebagai Guru Man/ UNSAM di Kota Langsa.
http://seni-retorika.blogspot.com/2012/01/peran-keluarga-dalam-pengembangan-anak_08.html
Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak
Pengembangan Kreativitas Anak Melalui Pembelajaran Kelompok Bermain
Anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia sekolah dasar yaitu usia tujuh tahun ternyata tidaklah benar. Bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4 – 6 tahun) pun sebenarnya sudah terlambat. Hasil penelitian di bidang neurologi yang dilakukan Benyamin S. Bloom, seorang ahli pendidikan dari Universitas Chicago, Amerika Serikat (Diktentis, 2003: 1), mengemukakan bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0 – 4 tahun mencapai 50%, hingga usia 8 tahun mencapai 80%. Artinya bila pada usia tersebut otak anak tidak mendapatkan rangsangan yang maksimal maka otak anak tidak akan berkembang secara optimal. Pada dasawarsa kedua yaitu usia 18 tahun perkembangan jaringan otak telah mencapai 100%. Oleh sebab itu masa kanak-kanak dari usia 0 – 8 tahun disebut masa emas (Golden Age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia sehingga sangatlah penting untuk merangsang pertumbuhan otak anak dengan memberikan perhatian terhadap kesehatan anak, penyediaan gizi yang cukup, dan pelayanan pendidikan.
Data memperlihatkan bahwa layanan pendidikan anak usia dini di Indonesia masih termasuk sangat memprihatinkan. Sampai dengan tahun 2001 (Jalal, 2003: 20) jumlah anak usia 0 – 6 tahun di Indonesia yang telah mendapatkan layanan pendidikan baru sekitar 28% (7.347.240 anak). Khusus untuk anak usia 4 – 6 tahun, masih terdapat sekitar 10,2 juta (83,8%) yang belum mendapatkan layanan pendidikan. Masih banyaknya jumlah anak usia dini yang belum mendapatkan layanan pendidikan tersebut disebabkan terbatasnya jumlah lembaga yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia dini.
Layanan pendidikan kepada anak-anak usia dini merupakan dasar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya hingga dewasa. Hal ini diperkuat oleh Hurlock (1991: 27) bahwa tahun-tahun awal kehidupan anak merupakan dasar yang cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya.
Kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif dan ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat dikembangkan dan karena itu perlu dipupuk sejak dini. Bila bakat kreatif anak tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan menjadi bakat yang terpendam yang tidak dapat diwujudkan.
Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mulyasa (2005: 164) bahwa: “Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar”.
Dalam proses pembelajaran di kelompok bermain, kreativitas anak dirangsang dan dieksplorasi melalui kegiatan bermain sambil belajar sebab bermain merupakan sifat alami anak. Diungkapkan oleh Munandar (2004: 94) bahwa penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara sikap bermain dan kreativitas. Namun, jelas Froebel (Patmonodewo, 2003: 7), bermain tanpa bimbingan dan arahan serta perencanaan lingkungan di mana anak belajar akan membawa anak pada cara belajar yang salah atau proses belajar tidak akan terjadi. Ia mengisyaratkan bahwa dalam proses pembelajaran, pendidik bertanggung jawab dalam membimbing dan mengarahkan anak agar menjadi kreatif.
1. Pembelajaran Bagi Anak Usia Dini
Berdasarkan definisi Konsensus Knowles dalam Mappa (1994: 12) pembelajaran merupakan suatu proses di dalam mana perilaku diubah, dibenarkan atau dikendalikan. Sementara itu Abdulhak (2000: 25) menjelaskan bahwa proses pembelajaran adalah interaksi edukatif antara peserta didik dengan komponen-komponen pembelajaran lainnya. Pembelajaran di kelompok bermain jelas sangat berbeda dengan di sekolah, dimana pembelajaran dilakukan dalam suasana bermain yang menyenangkan.
Anak-anak usia dini dapat saja diberikan materi pelajaran, diajari membaca, menulis, dan berhitung. Bahkan bukan hanya itu saja, mereka bisa saja diajari tentang sejarah, geografi, dan lain-lainnya. Jerome Bruner menyatakan, setiap materi dapat diajarkan kepada setiap kelompok umur dengan cara-cara yang sesuai dengan perkembangannya. Kuncinya adalah pada permainan atau bermain (Supriadi, 2002: 40). Permainan atau bermain adalah kata kunci pada pendidikan anak usia dini. Ia sebagai media sekaligus sebagai substansi pendidikan itu sendiri. Dunia anak adalah dunia bermain, dan belajar dilakukan dengan atau sambil bermain yang melibatkan semua indra anak.
Supriadi (2002: 40) menjelaskan bahwa Bruner dan Donalson dari telaahnya menemukan bahwa sebagian pembelajaran terpenting dalam kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak yang paling awal, dan pembelajaran itu sebagian besar diperoleh dari bermain. Bermain bagi anak adalah kegiatan yang serius tetapi menyenangkan. Menurut Conny R. Semiawan (Jalal, 2002: 16) melalui bermain, semua aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan. Dengan bermain secara bebas anak dapat berekspresi dan bereksplorasi untuk memperkuat hal-hal yang sudah diketahui dan menemukan hal-hal baru. Melalui permainan, anak-anak juga dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun mental intelektual dan spiritual. Oleh karena itu, bermain bagi anak usia dini merupakan jembatan bagi berkembangnya semua aspek.
2. Konsep Kreativitas
Supriadi (2001: 7) menyimpulkan bahwa pada intinya kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Keberhasilan kreativitas menurut Amabile (Munandar, 2004: 77) adalah persimpangan (intersection) antara keterampilan anak dalam bidang tertentu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, dan motivasi intrinsik. Persimpangan kreativitas tersebut – yang disebut dengan teori persimpangan kreativitas (creativity intersection)
Ciri-ciri kreativitas dapat ditinjau dari dua aspek yaitu:
a. Aspek Kognitif. Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif//divergen (ciri-ciri aptitude) yaitu:
(1) keterampilan berpikir lancar (fluency);
(2) keterampilan berpikir luwes/fleksibel (flexibility);
(3) keterampilan berpikir orisinal (originality);
(4) keterampilan memperinci (elaboration); dan
(5) keterampilan menilai (evaluation). Makin kreatif seseorang, ciri-ciri tersebut makin dimiliki. (Williams dalam Munandar, 1999: 88)
b. Aspek Afektif. Ciri-ciri kreativitas yang lebih berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang (ciri-ciri non-aptitude) yaitu:
(a) rasa ingin tahu;
(b) bersifat imajinatif/fantasi;
(c) merasa tertantang oleh kemajemukan;
(d) sifat berani mengambil resiko;
(e) sifat menghargai;
(f) percaya diri;
(g) keterbukaan terhadap pengalaman baru; dan
(h) menonjol dalam salah satu bidang seni (Williams & Munandar, 1999).
Torrance dalam Supriadi (Adhipura, 2001: 47) mengemukakan tentang lima bentuk interaksi guru dan siswa di kelas yang dianggap mampu mengembangkan kecakapan kreatif siswa, yaitu:
(1) menghormati pertanyaan yang tidak biasa;
(2) menghormati gagasan yang tidak biasa serta imajinatif dari siswa;
(3) memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar atas prakarsa sendiri;
(4) memberi penghargaan kepada siswa; dan
(5) meluangkan waktu bagi siswa untuk belajar dan bersibuk diri tanpa suasana penilaian.
Hurlock pun (1999: 11) mengemukakan beberapa faktor pendorong yang dapat meningkatkan kreativitas, yaitu:
(1) waktu,
(2) kesempatan menyendiri,
(3) dorongan,
(4) sarana,
(5) lingkungan yang merangsang,
(6) hubungan anak-orangtua yang tidak posesif,
(7) cara mendidik anak,
(8) kesempatan untuk memperoleh pengetahuan.
Amabile (Munandar, 2004: 223) mengemukakan empat cara yang dapat mematikan kreativitas yaitu evaluasi, hadiah, persaingan/kompetisi antara anak, dan lingkungan yang membatasi. Sementara menurut Torrance dalam Arieti yaitu:
(1) usaha terlalu dini untuk mengeliminasi fantasi;
(2) pembatasan terhadap rasa ingin tahu anak;
(3) terlalu menekankan peran berdasarkan perbedaan seksual;
(4) terlalu banyak melarang;
(5) takut dan malu;
(6) penekanan yang salah kaprah terhadap keterampilan verbal tertentu; dan
(7) memberikan kritik yang bersifat destruktif (Adhipura, 2001: 46).
Merangsang Kreativitas Prasekolah Seimbangkan fungsi otak kiri dan kanan serta optimalkan seluruh aspek penunjang. Sesungguhnya, setiap anak terlahir sebagai sosok yang memiliki...
Manajemen Peserta Didik dalam Menghadapi Kreativitas Anak Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan bermutu, jika proses belajar-mengajar berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak...Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Adaorang tua yang berpendapat bahwa anak yang...
Memang benar bahwa pembelajaran harus dilakukan sejak dini. Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa manusia wajib menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat. Ternyata apa yang dikatakan beliau saat ini telah dibenarkan oleh para ahli. Pembelajaran seorang anak dapat dimulai sejak bayi oleh kedua orangtuanya, saat anak dalam masa2 golden age orangtua harus banyak berperan memberikan stimulasi untuk merangsang kemampuan sang anak dan membentuk kepribadiannya. Kita tidak dapat menyerahkan sepenuhnya pengasuhan seorang anak pada pihak sekolah, namun apakah dengan demikian artinya seorang anak tidak membutuhkan pendidikan formal?
Tentu saja pendidikan formal tetap diperlukan. Seorang anak akan dapat belajar bersosialisasi di sekolah, ia juga akan mendapatkan pengajaran tentang aplikasi budi pekerti di sekolah saat ia bersama teman-teman atau guru-gurunya . Seorang anak akan belajar untuk berbagi, untuk mengerti berbagai karakter dari teman-temannya. Sekolah tidak semata-mata mengajarkan aspek kecerdasan kognitif namun juga kecerdasan sosial dan emosional.
Salam,
Wss wr wb
Hal yang perlu diperhatikan pertama kali adalah tugas perkembangan anak usia 2 tahun adalah mengembangkan daya berpikir konkret untuk aspek kognitif, kemampuan motorik kasar, dan bahasa. Jika dilihat secara teoritis, otak kiri berkaitan dengan fungsi akademik yang terdiri dari kemampunan berbicara, kemampuan mengolah tata bahasa, baca tulis, daya ingat (nama, waktu dan peristiwa), logika, angka, analisis, dan lain-lain. Sementara otak kanan tempat untuk perkembangan hal-hal yang bersifat artistik, kreativitas, perasaan, emosi, gaya bahasa, irama musik, imajinasi, khayalan, warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, pengembangan kepribadian. Untuk mengembangkan kemampuan kedua otak tersebut, anda dapat memberikan permainan yang mengasah kemampuan akademisnya (seperti mengenal huruf atau angka, warna, hewan, buah-buahan, konsep bentuk dan lain-lain) namun dengan metode bernyanyi dan menari. Metode bernyanyi dan menari ini akan lebih baik apabila dilakukan secara bersama-sama dengan teman sebayanya. Dengan mengenali huruf/ angka/ hewan/ warna (kemampuan akademis) diharapkan anak dapat meningkatkan otak kiri, sedangkan dengan menari dan bernyanyi diharapkan dapat meningkatkan kemampuan otak kanan (kreatifitas, motorik kasar, sosialisasi, dan emosi). Selain itu, anak sering dibacakan buku dongeng dan berikan tanya jawab yang sederhana, misalnya seperti siapa yang memakai pakaian warna biru dan anak bisa menyebutkan atau hanya menunjuk jawaban saja. Hal tersebut dapat mengembangkan kemampuan imajinasi dan kreatif serta melatih daya ingat anak terhadap bacaan. Jadi, banyak kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan otak kanan dan kiri batita anda. Orangtua dalam hal ini harus berkreativitas. Yang terpenting adalah orangtua mengetahui tujuan dari setiap kegiatan yang diberikan anak sesuai dengan tugas perkembangannya dan berkaitan dengan otak kanan serta otak kiri. Semoga saran saya dapat membantu ibu meningkatkan kemampuan otak kanan dan kiri anak ibu. Terima kasih.
Silakan klik ke http://episentrum.com/software-ljk/