anggota komisi disiplin mahasiswa
Assalamu allaikum wr.wb.
Hari ini saya akan bagi-bagi info untuk para mahasiswa baru yang ingin tahu siapa saja anggota komisi disiplin universitas negeri gorontalo.
Siapa tahu ada dari teman-teman yang belum tahu nama atau anggota yang termasuk di KDM, maka atas dasar itulah djabalnur tangoi memposting tentang hal ini.
Namun sebelum itu kita harus atu apa itu KOMISI DISIPLIN MAHASISWA.???
KDM adalah unit yang dibentuk oleh universitas negeri gorontalo (ung) yang bertujuan untuk memberikan pelayanan keadilah yang segaligus melakukan penegakan disiplin kepada mahasiswa selama melaksanakan proses pendidikan di Universitas Negeri Gorontalo (UNG), komisi disiplin ini jika diambil kesimpulan maka tugas pokoknya adalah mengatur segala tingkah laku mahasiswa dalam menimbah ilmu di Universitas Negeri Gorontalo.
Sedangkan nama-nama dari anggota komisi disiplin mahasiswa adalah sebagai berikut ;
Penanggung jawab: DR.Syamsu qamar baud, M.Pd (Rektor)
Pembina :
Ø Prof.DR.sarton w,dj pomalato, M.Pd
Ø Eduart wolok, ST, MT
Ø Prof.DR. hasanudin fatsah, M.Hum
Ø Prof.Hi.Abd haris panai, M.Pd
Ø Prof.Dr.HJ.Evie Hulukati , M.Pd
Ø Moh rusdiyanto puluhulawa, Sh, Mh
Ø Prof.Dr.moon otoluwa, M.hum
Ø Ir.Rawiyah hsnan, Mt
Ø Prof.Dr.mahludin baruadi, Mp
Ø Imran R. hambali, S.pd, Se.Ak, M.Si.Ak
Ø Dra rani hiola, M,kes
Ketua pelaksana : Dr.fence M. wantu Sh, Mh
Sekretaris :DR Udin hamim, Sh, Mh
Ø Drs. Hi haris Mahmud, M.Si
Ø Drs. Karim naki,M.Pd
Ø Dian ekawati ismail, Sh, Mh
Ø Zulkifli, S.Pd, m.Sn
Ø Taufiq ismail yusuf, St, Mt
Ø Ir. Hj. Fahria datau, M.Si
Ø Irwan yantu, S.Pd, M.Si
Ø Ruslan, S.Pd, M.Pd
Pembantu pelaksana:
Ø Prof.Dr. fenty puluhulawa, Sh, Mh
Ø Drs. Atma kadji, M.Si
Ø Drs. Rum badu
Ø Presiden bem
Secretariat : Wawan tolinggi S. Pd, M. Pd
Ø Ramli Mahmud, S.Pd, MA
Ø Mohamad, S.Pd
Ø Yasiir djafar
Ø Adnan alimun
Ø Sofyan djama
puisi PAGI PAGI
PAGI-PAGI
teja dan cerawat telah gemilang
memuramkan binang mulia raya
menjadi pudar padam cahaya
timbul tenggelam berulang-ulang
fajar di timur datang menjelang
membawa permata keatas dunia
seri berseri sepantun mutia
berbagai warna bersilang-silang
lambat laun serta berdandan
timbullah matahari dengan perlahan
menyinari bumi dengan keindahan
segala bunga harumkan pandan
kembang terbuka bagus gubahan
dibasahi embun titik di dahan
by;muhammad yamin
PUISI UNTUK BUNDA
KERINGAT BUNDA
badai itu masih terlekat dibatinku
dipelukmu aku tersenyum
debahumu aku menagis
walaupun terdapat seribu rintangan
namun dipunggungmu terdapat sejuta harapan
aku tidak tahu harapan itu
bahkan mungkin aku tidak mau tahu
dilangit kau letakan aku
dibumi kau taman benih kelembutan
tanganmu mengalir darah perjuangan
bibirmu menjadi guru tanpa tangan
bunda, jika aku boleh bertanya
untuk apa kau lakukan ini ?
oleh; djabalnur tangoi
suku polahi yang ada di hutan gorontalo
Polahi adalah julukan untuk suku terasing yang hidup di hutan pedalaman Gorontalo. Menurut cerita yang beredar di masyarakat, polahi adalah masyarakat pelarian zaman dahulu yang melakukan eksodus ke hutan karena takut dan tidak mau dijajah oleh Belanda sehingga menjadikan mereka sebagai suku terasing sampai dengan saat ini. Mereka hidup di pedalaman hutan daerah Boliyohuto, Paguyaman dan Suwawa, Provinsi Gorontalo. Konon orang Polahi adalah pelarian pada zaman Belanda, yang katanya untuk menghindari pembayaran pajak. Jumlah mereka seluruhnya sekitar 500 orang, kira- kira 200 orang di Kecamatan Paguyaman dan 300 orang di Kecamatan Suwawa. Mereka tinggal di hutan dalam kelompok- kelompok kecil. Departemen Sosial di tingkat Kabupaten Gorontalo mengidentifikasi masyarakat Polahi dengan Kelompok 9, Kelompok 18, Kelompok 21, Kelompok 70, dan sebagainya, berdasarkan jumlah anggota kelompok dalam satu "kampung". Literatur mengenai masyarakat ini tak ada. Bahasanya adalah dialek Gorontalo, dan menganut agama tradisional. Mereka hidup dari bercocok tanam alakadarnya dan berburu babi hutan, rusa, serta ular sanca. Belum mengenal pakaian seperti umumnya orang Indonesia, hanya memakai penutup syahwat dari daun palma dan kulit kayu. Rumah mereka sederhana, tak berdinding, dapur dibuat di tengah, juga berfungsi untuk penghangat. Mereka tak mengenal sekolah dan fasilitas kesehatan modern. Untuk mencapai Kelompok 9, diperlukan jalan kaki naik gunung sekitar tujuh jam. Mereka terbelakang, tak hanya karena keterpencilan dan tak mempunyai pendidikan formal, bahkan dalam kebudayaan mereka tak dikenal hitung- menghitung dan tak dikenal hari. Atas bantuan para peneliti, saya dapat bertemu dengan tiga orang Polahi yang telah turun dari gunung. Angka maksimum yang dapat mereka hitung adalah empat. Selebihnya adalah "banyak". Sebelumnya saya mendengar bahwa orang Polahi hanya mengenal dua kriteria, yakni "satu" dan "banyak". Kawin dengan saudara kandung adalah biasa. Sesepuh pada Kelompok 9 adalah seorang kakek tiga bersaudara, dua saudaranya itu perempuan. Dia mengawini kedua saudara kandungnya ini. Istrinya yang satu tak mempunyai anak, sedangkan satu lagi mempunyai enam anak, dua laki- laki dan empat perempuan. Anaknya mengawini anaknya, sehingga anaknya menjadi menantunya. Dengan mudah dapat dibayangkan betapa beratnya tantangan untuk memajukan masyarakat ini, mengintegrasikannya dengan pembangunan di Indonesia[1].