penilaian status gizi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 1998 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan penyebab kematian kedua di dunia setelah rokok. Lebih dari miliar penduduk dunia mengalami obesitas. Setiap tahun prevelensi penderita obesitas meningkat. Data saat ini obesitas menyebabkan 10,3 % dari seluruh kematian di dunia. Menurut WHO, angka tersebut menempati peringkat kelima penyebab utama kematian di dunia. Secara global ada 400 juta orang yang mengalami obesitas (Lakshita, 2012).
Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. Setiap tahap daur kehidupan terkait dengan satu set prioritas nutrien yang berbeda. Semua orang sepanjang kehidupan membutuhkan nutrien yang sama, namun dalam jumlah yang berbeda. Nutrien tertentu yang didapat dari makanan, melalui peranan fisiologis yang spesifik dan tidak tergantung pada nutrien yang lain, sangat dibutuhkan untuk hidup dan sehat (Lakshita, 2012).
Istilah “gizi” dan “ilmu gizi” di Indonesia baru dikenal sekitar tahun 1952-1955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Kata gizi berasal dari bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan. Menurut dialek Mesir, ghidza dibaca ghizi. Selain itu sebagian orang menterjemahkan nutrition dengan mengejanya sebagai ”nutrisi” (Kamus Umum Bahasa ). WHO mengartikan ilmu gizi sebagai ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup. Proses tersebut mencakup pengambilan dan pengolahan zat padat dan cair dari makanan yang diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya organ tubuh dan menghasilkan energi (Badudu-Zain, 1994).
Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam cairan tubuh . Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat diperlukan dalam mengisi pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi masyarakat, gizi yang seimbang dapat meningkatkan ketahanan tubuh, dapat meningkatkan kecerdasan dan menjadikan pertumbuhan yang normal. Namun sebaliknya gizi yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh Indonesia, masalah gizi yang tidak seimbang itu adalah Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan Anemia Gizi Besi (Depkes RI, 2004).
1.2 Rumusan Masalah
A. Apakah pengertian dari pemeriksaan klinis ?
B. Apakah yang dimaksud dengan Riwayat medis ?
C. Apakah Macam – Macam Indikator kesmas ?
D. Apakah Keunggulan dan keterrbatasan dari pemeriksaan klinis ?
1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan maklah ini
A. Untuk memahami pengertian dari pemeriksaan ststus gizi secara klinis
B. Untuk Mengetahui pengertian dari riwayat medis
C. Untuk menetahui indikator tentang kesehatan masyarakat
D. Untuk mengetahui keunggulan dan keterbatasan dari pemeriksaan klinis
1.4 Manfaat
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa Kesehatan masyarakat UNG untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk menjadikan kualitas pembelajaran yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gizi dan zat gizi
A. Pengertian
Gizi berasal dari bahasa mesir yang berarti "Makanan". Gizi adalah terjemahan dari kata "Nutrition" yang disebut sebagai nutrisi. Gizi juga dapat artikan sebagai sesuatu yang mempengaruhi adanya proses perubahan pada setiap makanan yang masuk dalam tubuh yang dapat mempertahankan tubuh tetap sehat. Para ahli yang mempelajari tentang Gizi disebut sebagai Ilmu Gizi. Pengertian Ilmu Gizi adalah ilmu yang zat-zat gizi yang ada pada makanan dan penggunanya dalam tubuh yang meliputi masukan, pencernaan, penyerapan, pengangkutan (transpor), metabolisme, interaksi, dan penyimpanan serta pengeluaran, semua hal ini merupakan proses zat gizi pada tubuh (Sediaoetama dan Achmad Djaeni, 2004)
Pengertian Zat Gizi atau Nutrisi adalah zat pada makanan yang dibutuhkan oleh organisme untuk pertumbuhan dan perkembangan yang dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh yang meliputi protein, vitamin, mineral, lemak dan air. Zat gizi diperoleh dari makanan yang didapatkan dalam bentuk sari makanan dari hasil pemecahan pada sistem pencernaan. Zat gizi dibagi menjadi dua yaitu zat gizi organik dan zat gizi anorganik. Zat -zat gizi organik seperti lemak, vitamin, karbohidrat, dan protein. Sedangkan zat gizi anorganik adalah terdiri dari air dan mineral. dan tidak itu saja Zat Gizi dikelompokkan atas beberapa macam seperti macam-macam zat gizi berdasarkan sumbernya, macam-macam zat gizi berdasarkan jumlahnya, dan berdasarkan fungsinya (Suhardjo, 1989).
Pengertian Gizi Menurut Pendapat Para Ahli - Pengertian gizi menurut Tuti Sunardi, yang mengatakan bahwa pengertian gizi adalah sesuatu yang mempengaruhi proses perubahan semua jenis makanan yang masuk ke dalam tubuh yang dapat mempertahankan kehidupan. Pengertian gizi menurut Lioni Ellis H, yang mengatakan bahwa pengertian gizi adalah komponen penting yang diperlukan oleh tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Pengertian gizi menurut Harry Oxorn & William R. Forte yang mengemukakan tentang pengertian gizi yang berarti gizi memiliki pengertian yang luas bukan hanya jenis-jenis pangan dan gunanya bagi badan melainkan juga mengenal cara-cara memperoleh serta mengolah dan mempertimbangkan agar kita tetap sehat. Pengertian gizi menurut Chairinniza K. Graha adalah unsur yang terkandung dalam makanan dimana unsur-unsur dapat memberikan manfaat bagi tubuh yang mengkonsumsinya sehingga menjadi sehat. Menurut Mc Laren mengemukakan bahwa status gizi merupakan hasil keseimbangan antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh dan penggunaannya. Menurut Soekirman (2000), status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia. Meurut Supariasa (2002) mengemukakan bahwa status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Menurut Beck (2000) mengemukakan bahwa, Status gizi didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Suhardjo, 1989).
B. Fungsi Zat Gizi
1. Memberi energi (zat pembakar) – Karbohidrat, lemak dan protein, merupakan ikatan organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar dan dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas.
2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh (zat pembangun) – Protein, mineral dan air, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan menganti sel yang rusak.
Mengatur proses tubuh (zat pengatur) – Protein, mineral, air dan vitamin. Protein bertujuan mengatur keseimbangan air di dalam sel,bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang bersifat infektil dan bahan-bahan asing yang dapat masuk ke dalam tubuh. Mineral dan vitamin sebagai pengatur dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal sarafdan otot serta banyak proses lain yang terjadi dalam tubuh, seperti dalam darah, cairan pencernaan, jaringan, mengatur suhu tubuh, peredaran darah, pembuangan sisa-sisa/ ekskresi dan lain-lain proses tubuh (Sediaoetama dan Achmad Djaeni, 2004).
2.2 Pemeriksaan klinis
Pengertian Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penilaian status gizi secara klinis adalah mempelajari gejala yang muncul dari tubuh sebagai akibat dari kelebihan atau kekurangan salah satu zat gizi tertentu. Setiap zat gizi memberikan tampilan klinis yang berbeda, sehingga cara ini dianggap spesifik namun sangat subjektif. Contoh penilaian status gizi secara klinis adalah kekurangan vitamin A menyebabkan buta senja (xerophtalmia) Sedangkan apa bila dinilai secara biokimia dengan menilai kadar retinol dalam darah (Tarwotjo, 1992).
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit. Tanda-tanda klinis malnutrisi (gizi kurang) tidak spesifik, karena ada beberapa penyakit yang mempunyai gejala yang sama, tetapi penyebabnya berbeda. Oleh karena itu pemeriksaan klinis ini harus dipadukan dengan pemeriksaan lainseperti antropometri, labolatorium dan survei konsumsi makanan, sehingga kesimpulan dalam penilaian status gizi dapat lebih tepat dan lebih baik (Supariasa, 2002).
Pemeriksaan klinis sebagai salah satu metode penelitian status gizi secara langsung , secara umum terdiri dari dua bagian yaitu yang pertama adalah riwayat medis/ riwayat kesehatan merupakan catatan mengenai perkembangan penyakit kemudian yang kedua adalah pemeriksaan fisik, yakni melakukan pemeriksaan fisik dari kepala sampai keujung kaki untuk melihat tanda – tanda dan gejala adanya masalah gizi (Supariasa, 2002).
A. Riwayat Medis (Medical history)
Dalam riwayat ini kita mencatat semua kejadian yang berhubungan dengan gejala yang timbul pada penderita beserta faktor – faktor yang mempengaruhinya. Catatan kita haruslah meliputi identitas penderita secara lengkap, riwayat kesehtan saat ini, riwayat kesehatan masa lalu yang berkaitan dengan penyakit saat ini, riwayat kesehatan keluarga yang berkaitan, data lingkungan fisik dan sosial budaya yang berhubungan dengan gizi, data – data tambahan yang diperlukan misalnya adalah riwayat alergi terhadap makan, jenis diet dan pengobatan yang sedang atau pernah dijalani pasien, dll. Data – data tersebut dapat dikumpulkan melalui wawancara dengan penderita dan keluarga.
Catatan ini meliputi :
1. Identitas penderita
2. Lingkungan fisik dan social budaya
3. Sejarah timbulnya gejala penyakit (Almatsier, 2009).
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui tekhnik inspeksi atau pemeriksa pandang, palpasi atau pemeriksa atau periksa raba, perkusi atau perisa ketuk atau aukultasi atau pemeriksaan menggunakan stetoskop. Semua perubahan pada rambut, kulit, mata, mulut, lidah, gigi, kelenjar tiroid, dll.
Menurut jeliffe, tanda – tanda klinis dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu :
1. Kelompok 1 (satu )
Tanda – tanda yang memang benar berhubungan dengan kurang gizi bisa karena kekurangan salah satu gizi atau kelebihan dari yang dibutuhkan tubuh
2. Kelompok 2 (dua)
Tanda – tanda yang membutuhkan investigasi atau penyelidikan lebih lanjut karena tanda ini mungkin saja merupakan tanda gizi salah atau mungkin disebakan faktor lain.
3. Kelompok 3 (tiga)
Tanda – tanda yang tidak berkaitan dengan gizi salah walaupun hampir mirip, untuk dapat menentukannya diperlukan keahlian khusus.
Untuk dapat mengelompokkan tanda – tanda yang ada pada pasien, pemeriksa harus mengetahui tanda – tanda dan gejala akibat akibat kekurangan atau kelebihan setiap zat gizi. Diambil salah satu contoh pemeriksaan pada mata : tanda – tanda pemeriksaan pada mata yang masuk pada kelompok satu atau berhubungan dengan kekurangan gizi misalnya : konjungtiva anemis, keratomalasia, angular palpebritis, sedangkan masuk pada kelompok dua yang mungkin berhubungan dengan kekurangan gizi misalnya : corneal vascularization, inveksi konjungtiva, arcus kornea, xanthomata, corneal scars, tanda – tanda yang masuk kelompok tiga adalah pterygium (Sediaoetama dan Achmad Djaeni, 2004).
C. Indikator Kesmas
Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status yang memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan
perubahan terjadi dari waktu ke waktu Suatu indikator tidak selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan, tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk ( indikasi) tentang keadaan keseluruha tersebut. Status kesehatan penduduk biasanya dinilai dengan menggunakan indikator kesehatan, yang secara garis besar dibagi menjadi kedua kelompok. Kelompok pertama, berisikan indikator yang menghitung jumlah kematian yang terjadi selama periode tertentu. Contohnya angka kematian kasar ( Crude Death Rate CDR ) dan angka kematian bayi ( infant mortality rate IMR). Kelompok penduduk yang mempunyai angka CDR dan IMR yang rendah dikatakan mempunyai status kesehatan yang lebih baik jika dibandingkan kelompok penduduk yang angka CDR dan IMRnya tinggi. Kelompok kedua, berisikan berbagai indikator kesehatan yang memperlihatkan jumlah orang yang menderita kecatatan akibat penyakit tertentu. Contohnya adalah penderita AIDS, TB, Polio dan sakit mental. Sama dengan kelompok pertama, kelompok penduduk yang mempunyai jumlah penderita AIDS atau TB lebih sedikit dikatakan lebih sehat jika dibandingkan dengan kelompok penduduk yang jumlah penderita penyakit tersebut lebih banyak. Sementara itu masyarakat mulai mempertanyakan apakah indikator - indikator kesehatan yang digunakan dewasa ini yaitu IMR, CDR, Life Expetancy masih cocok disebut sebagai indikator kesehatan penduduk.Untuk dapat menilai berapa banyak penduduk yang sehat tidak mungkin digunakan angka kematian dan angka kesakitan penduduk. Untuk dapat mengukur status kesehatan penduduk yang jelas perlu digunakan indikator positif ( sehat ), dan bukan hanya indikator negatif ( sakit, mati ) yang dewasa ini masih dipakai.
1. Hendrik L Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan dengan derajat kesehatan, yaitu:
a. Life spam: yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat, atau dapat juga dipandang sebagai derajat kematian masyarakat yang bukan karena mati tua.
b. Disease or infirmity: yaitu keadaan sakit atau cacat secara fisiologis dan anatomis dari masyarakat.
c. Discomfort or ilness: yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan somatik, kejiwaan maupun sosial dari dirinya.
d. Disability or incapacity: yaitu ketidakmampuan seseorang dalam masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan peranan sosialnya karena sakit.
e. Participation in health care: yaitu kemampuan dan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dirinya untuk selalu dalam keadaan sehat.
f. Health behaviour: yaitu perilaku manusia yang nyata dari anggota masyarakat secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan.
g. Ecologic behaviour: yaitu perilaku masyarakat terhadap lingkungan, spesies lain, sumber daya alam, dan ekosistem.
h. Social behaviour: yaitu perilaku anggota masyarakat terhadap sesamanya, keluarga, komunitas dan bangsanya.
i. Interpersonal relationship: yaitu kualitas komunikasi anggota masyarakat terhadap sesamanya.
j. Reserve or positive health: yaitu daya tahan anggota masyarakat terhadap penyakit atau kapasitas anggota masyarakat dalam menghadapi tekanan-tekanan somatik, kejiwaan, dan sosial.
k. External satisfaction: yaitu rasa kepuasan anggota masyarakat terhadap lingkungan sosialnya meliputi rumah, sekolah, pekerjaan, rekreasi, transportasi.
l. Internal satisfaction: yaitu kepuasan anggota masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan dirinya sendiri.
2. WHO menyarankan agar sebagai indikator kesehatan penduduk harus mengacu pada 4 hal, sebagai berikut :
a. Melihat ada tidaknya kelainan patofisiologis pada seseorang.
b. Mengukur kemampuan fisik seseorang seperti kemampuan aerobik, ketahanan, kekuatan, dan kelenturan sesuai umur.
c. Penilaian atas kesehatan sendiri.
d. Indeks masa tubuh ( BMI ) : B.Kg / ( T.M2 ) dewasa ini mulai dipertanyakan keterkaitan antara IMR yang rendah dengan bayi sehat.
3. Indikator Indonesia Sehat 2010
a. Indikator derajat kesehatan yang merupakan hasil akhir, yang terdiri atas indikator - indikator mortalitas, indikator - indikator morbiditas, indikator - indikator status gizi.
b. Indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator indikator keadaan lingkungan, prilaku hidup masyarakat serta akses dan mutu pelayanan kesehatan
c. Indikator proses dan masukan yang terdiri atas indikator indikator pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan, dan kontribusi sektor sektor yang terkait
Indikator yang sering digunakan untuk mengetahui status gizi ada 3 macam, yaitu berat badan menurut umur yang disimbulkan dengan BB/U, tinggi badan menurut umur disimbulkan dengan TB/U dan kombinasi BB dan TB yang disimbulkan dengan BB/TB. Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah, tetapi indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu, sedangkan indikator BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini untuk pengukuran status gizi dengan indikator berat badan menurut umur (BB/U) merupakan salah satu indeks antropometri yang memberikan gambaran massa tubuh seseorang. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yan mendadak seperti terkena penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Indikator berat badan sering digunakan untuk menentukan status gizi karena caranya mudah, sehingga dapat dikerjakan oleh orang tua atau anak, tidak harus oleh tenaga kesehatan. Pengukuran berat badan yang dilakukan berulang-ulang dapat menggambarkan pertumbuhan anak. Alat yang digunakan tidak selalu mudah karena harus memenuhi syarat, kokoh, kuat murah mudah dibawa
(Gibson 1990).
Sedangkan Depkes RI (2002) mengatakan bahwa dalam keadaan normal dan keadaan kesehatan baik, keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin maka berat badan berkembang mengikuti bertambahnya umur. Dalam keadaan abnormal ada dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini menurut umur dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengukur status gizi saat ini (Irianto, dkk, 2004).
2.3 Keunggulan dan keterbatasan pemeriksan klinis
Seperti pada metode penilaian status gizi yang lain, pemeriksaan fisik juga memiliki kekuranga dan kelebihann. kelebihan atau keunggulannya
A. Kunggulan pemeriksaan klinis
1. Relatif murah
2. Mudah diimpretasikan
3. Tidak memerlukan tenaga khusus
4. Sederhana, cepat, dan mudah diinterpretasikan
5. Tidak memerlukan peralatan yang rumit
B. Keterbatasan pemeriksaan klinis
1. Gejala klinis tidak mudah dideteksi
2. Tidak bersifat spesifik
3. Adanya gejala klinis yang bersifat multiple
4. Adanya variasi dalam gejala klinis yang timbul
5. Gejala klinis dapat terjadi pada waktu permulaan kekurangan zat gizi dan dapat juga terjadi pada saat sembuh (Andriani, 2012).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
pengertian gizi adalah sesuatu yang mempengaruhi proses perubahan semua jenis makanan yang masuk ke dalam tubuh yang dapat mempertahankan kehidupan. Dari pendapat para ahli dapat dismpulkan bahwa status gizi merupakan ekpresi dari keadaan tubuh yang dipengaruhi oleh zat-zat gizi tertentu.
Untuk mengetahui status gizi seseorang, maka dilakukan pemeriksaan secara klinis. Pemeriksaan secara klinis adalah adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Kelebihan pemeriksaan secara klinis adalah relatif murah, tidak memerlukan tenaga khusus cukup para medis terlatih, sederhana, cepat dan mudah diinterpretasikan dan peralatan sederhana. Selain kelebihan pemeriksaan secara klinis juga mempunyai kekurangan yaitu beberapa gejala klinis tidak mudah dideteksi, kadang tidak spesifik, adanya gejala yang berifat multifel.
WHO menyarankan agar sebagai indikator kesehatan penduduk harus mengacu pada 4 hal, sebagai berikut : Melihat ada tidaknya kelainan patofisiologis pada seseorang, Mengukur kemampuan fisik seseorang seperti kemampuan aerobik, ketahanan, kekuatan, dan kelenturan sesuai umur, Penilaian atas kesehatan sendiri. Indeks masa tubuh ( BMI ) : B.Kg / ( T.M2 ) dewasa ini mulai dipertanyakan keterkaitan antara IMR yang rendah dengan bayi sehat.
Daftar pustaka
Almatsier, Sunita. 2009. Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Andriani, Meta. 2012. Penilaian status gizi. http://metaandriyani.blogspot.com/2012/04/penilaian-status-gizi.html.
diakses pada tanggal 10 April 2015 .
Badudu-Zain.1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Depkes RI. 2004. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Jakarta Depkes RI.
Gibson, RS. 1990. Principles of Nutritional Assessment. Oxford university press, New York.
Irianto, Kus, Kusno Waluyo. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung:CV. YRAMA WIDYA.
Lakshita, Nattaya. 2012. Pilih apel atau pir? Tips sampel mencegah dan menangani
obesitas. Jakarta : PT Buku kita.
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2004. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi.
Jakarta: PT Dian Rakyat.
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. IPB. PAU Pangan dan gizi. Bogor.
Supariasa, I Dewan Nyoman.2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta:EGC.