Mahalnya Sebuah Hidayah
08 September 2012 09:24:07
Dibaca : 1246
Kategori : Suara Hati (Nyata)
Dari ZAHRA DI KOLONEDALE
Assalamu ‘alaikum Wr Wb
Pendengar Nurani yg budiman
Namaku Zahra, aku adalah anak Sulung dari 3 bersaudara, terlahir dari keluarga yang kehidupannya biasa-biasa saja, sebagai anak sulung, orangtuaku begitu menyimpan harapan besar padaku agar disuatu hari nanti aku bias menjadi seseorang yg berguna buat keluarga bahkan bias menjadi tulang punggung keluarga kelak…, dan untuk mewujudkan semua itu, kedua orang tuaku begitu semangatnya menyekolahkan aku hingga keperguruan tinggi, mereka senantiasa meperjuangkan aku agar bias memberi kebanggaan buat keluarga kelak meskipun dengan susah payah, dan pada tahun 2004, aku hijrah kekendari untuk melanjutkan studiku disebuah Universitas Negeri disana.
Alangkah bahagianya hatiku kala itu, mana kala menyadari bahwa aku begitu didukung oleh orang tuaku untuk kuliah, sementara tidak semua teman-temanku dikampung yg bias seperti aku, sebab ada beberapa temanku yg begitu lulus kuliah langsung menikah
Alangkah bahagianya hatiku kala itu, mana kala menyadari bahwa aku begitu didukung oleh orang tuaku untuk kuliah, sementara tidak semua teman-temanku dikampung yg bias seperti aku, sebab ada beberapa temanku yg begitu lulus kuliah langsung menikah
Pendengar Nurani yang baik
Hari-hari aku lalui dengan normal dikendari..sebagai mahasiswi tamatan sekolah umum, aku tak mengenakan jilbab sama sekali, yaa biasa..seperti gadis awam pada umumnya yg belum tersentuh oleh hidayah apapun, aku begitu menikmati segalanya, ngerumpi bersama teman-teman dikelas sebelumn dosen dating, belajar bersama mahasiwa laki-laki bila ada tugas tugas bersama.., bahkan sampai menjalani masa pacaran dengan kk seniorku, kak Andi namanya, ohh, aku merasakan bahwa masa itu adalah masa paling indah…, aku lupa..bahwa dikampung sana orang tuaku begitu dengan susah payahnya mengadakan segala kebutuhanku hanya dengan tujuan agar aku berhasil menjadi sesuatu yg mereka inginkan, sementara aku sendiri tidak terlalu memfokuskan diriku pada studiku saja..usiaku yg begitu labil membuat aku lebih menghabiskan hari-hariku dikendari dengan berleha-leha..adapun kuliah adalah nomor dua.
Pendnegar Nurani yg budiman
Hari-hari kunikmati masa-masa keberadaanku dikendari saat itu, hingga suatu hari saat aku sedang duduk dipekarangan mesjid menunggu temanku yg sedang kajian, aku didekati oleh salah seorang wanita bercadar, yg aku tahu dia dari sebuah organisasi muslim dikampus, gadis itu menyempatkan diri untuk berkenalan denganku, dan dengan lembut disebutkan namanya padaku “kenalkan.., saya Raihana.., mahasiswa fakultas Hukum semester 7..”, ujar gadis bercadar itu.., dan padanya tak lupa juga kuperkenalkan diriku.., percakapan diantara kamipun terjadi.., setelah berkenalan sebelumnya beberapa saat kemudian tiba-tiba gadis yg bernama raihana itu berujar yang membuatku sedikit kaget :
“Cantik sekali rambutmu ya..?, dirawat pakai apa..?”
Tanya raihana padaku.., dengan dahi berkerut aku memberikan jawaban padanya
“terima kasih..Cuma shampoo doang koq.., ada apa ya..? tanyaku lagi,
“gak.., saya Cuma kagum pada rambutmu sehingga dadaku berdegup kencang dan merasakan bahwa ada sesuatu yg lain dihati ini saat melihatmu dari kejauhan tadi..” sela raihana lagi..,
“maksudnya..?, saya gak faham…?”, tanyaku lagi..
“begini.., sebelumnya saya meminta maaf bila saya lancing pada kita, tapi jujur melihat kau duduk disini dengan rambutmu yg bercahaya dan panjang diterpa angin sepoi-sepoi, membuatmu tampak cantik kelihatan dari jauh, sehingga jangankan pria-pria hidung belang, saya saja seorang wanita merasakan sesuatu yang lain dengannya, sehingga saya dating mendekatimu…, dan itu baru saya.., apalagi lawan jenis kita…, afwan dek.. terkadang kita tidak menyadari dan kita sering lupa bahwah kelebihan yang kita miliki, bias saja menjadi kelemahan kita bahkan menjadi jalan rusaknya diri kita…, coba kau pandangi orang2 disekelilingmu khususnya para lelaki…, apa kau bias mendeteksi hati-hati mereka, apa kau bias mengetahui niat2 dalam hati mereka setelah memandangmu saat ini..?, kita tidak tahu, mungkin ada satu atau lebih pria yg tertarik padamu dek dan mereka tinggal menunggu waktu yg tepat untuk melaksanakan niatnya, dan kita juga gak tahu apakah niat itu baik atau buruk…” ujar raihana lagi padaku, mendengar penututuran tulus dari seniorku itu, dadaku semakin tak menentu, kecemasan mulai menghinggapi perasaanku, takut dan cemas jangan sampai apa yg dikatakan oleh raihana itu akan terjadi padaku.., ya Allah..selamatkan aku dari tipu daya lelaki dan tipu daya syetan ya Allah…
“Terima kasih kak atas perhatiannya….” Ujarku pada raihana
“Sama-sama dek, kalau tidak keberatan, saya Cuma mau tahu.., apa yg ada dalam benakmu saat ini..?, apa kau tersinggung dengan kata-kata saya tadi.., kalau iya saya minta maaf ya..” sela raihana lagi
“gak apa-apa kak, saya tidak tersinggung koq, justru saya berterima kasih saat kk menyampaikan nasehat2 bijak itu pada saya, dan jujur saya sampai merinding dibuatnya, saya hanya berharap semoga saya akan dijauhkan dari niat jahat lelaki-lelaki hidung belang yg berniat jahat pada saya..” jawabku..
“Hmmmm…” raihana menarik nafasnya dalam-dalam, lalu melanjutkan kembali kalimatnya.
“Kalau itu harapanmu dek, maka bantulah dirimu sendiri untuk selamat dari intaian niat jahat mereka, sebab mungkin saat kau bersama teman-temanmu, kau akan terlindungi oleh keberadaan mereka, tapi saat kau sendiri siapa yg akan menolongmu selain Allah dan dirimu sendiri…, dan Allah pasti akan membantumu saat itu terjadi bila kau juga perduli dengan dirimu sendiri..” ujar raihana lagi.
“Membantu diriku snediri..?, maksud kk..?, saya gak faham deh..” tanyaku lagi
“dek.., kalau kau tidak ingin dirimu hancur dan selamat dari niat jahat para lelaki-leaki hudung belang, maka bantulah dirimu sendiri dengan menutup auratmu.., sebab dengan keadaanmu seperti ini dan kau bertahan dengan kondisi ini, maka kk tidak bias menjamin seberapa besar peluangmu untuk selamat dari niat jahat mereka…, sebab yg kau suguhkan setiap hari didepan mata mereka adalah auratmu yg terbuka, rambutmu yg terurai.., busanamu yg faminim dan seksi seperti ini, afwan bila kk berlebihan.., tapi hanya itulah cara kita untuk selamat dari incaran mereka, dan ini bentuk kepedulian kk meskipun kita baru saja kenal saat ini.., kk Cuma berharap tidak akan ada lagi kaum kita selanjutnya yang akan rusak kehormatan dirinya hanya karena kelalaian mereka sendiri, dan sebagai saudara tugas kk hanya mengingatkan saja, afwan ”sela raihana
“terima kasih kak..sekalilagi terima kasih…” ucapku lagi, dan percakapan kamipun terputus saat teman yang aku tunggu dating dan segera mengajakku pulang, kucoba kembali membalikan wajahku kearah sosok raihana yg kutinggal terpaku didepan mesjid, aku kagum padanya.., aku kagum pada pendiriannya, aku juga kagum pada kepeduliannya terhadap kaum perempuan..
Pendengar Nurani yg Budiman
Setelah pertemuanku dengan gadis bercadar itu, membuat perasaanku tidak menentu.., bayang-bayang rasa takut dari apa yg dia gambarkan pada saat itu membuat aku betul-betul cemas..aku jadi tidak tenang dalam melalui hari-hariku, aku bahkan enggan jalan sendiri, apalagi kost-kostanku melewati gang/lorong , aku bahkan selalu minta diantarkan temanku sampai kekost-kostan…, hari demi hari kulalui dengan kecemasan.., baying-bayang gadis bercadar dan nasehatnya itu selalu membuatku dihantui ketakutan “ada apa denganku..?, dan sampai kapan aku begini..?, itulah tanda Tanya didalam hatiku bila sedang dirasuki rasa cemas itu.., dan bebebrapa hari kemudian, aku memberanikan diri mencari kembali raihana seniorku itu difakultasnya, tapi tak satupun yang mengenalnya, padahal seingatku dulu katanya dia semester 7 fakultas hokum…, tapi koq gak ada yg nama begituan..?, siapa dia ya..?, koq bias-bisanya dia menipu aku..?, ujarku dalam kebisuan tak habis fikir, akhirnya karena tak mendapatinya difakultasnya aku berinisiatif menunggunya di mesjid, siapa tahu dia ada disana.., dan Alhamdulillah benar saja dugaanku, sebab yang kunanti kahirnya dating juga, seperti biasa aku duduk didepan mesjid sambil membaca komik kesukaanku, dan sapaan halus suara yg tidak asing itupun kudengar kembali..
“Assalamu ‘alaikum Zahra..?” sapa suara itu yg taka sing lagi ditelingaku, yah suaranya raihana, aku sangat senang sekali melihatnya saat itu, pembawaannya yg tenang dengan tuturnya yang begitu santun.
“Wa’alaikumsalam kak…, hmmm.., kk bagaimana kabarnya..?” Tanyaku
“Alhamdulillah bi khoyir, kita dek..?
“Alhamdulillah baik juga kak, oh ya tadi saya nyari kk ke fakultas, semua kelas saya masuki tapi tak satupun mengenal kk.., emang benar kk fakultas hokum..?” tanyaku pada raihana
“Masya Allah.., jadi kita nyari kk dek..?, hehehe, afwan kakak lupa sampaikan bahwa raihana itu nama kuniah kk, dan teman-teman memang kenalnya bukan nama itu tapi nama asli kk, sehingga bila kau cari nama raihana gak bakalan dapat, ya kecuali nanya pada teman kk yg juga satu halaqah atau yg bercadar..” jelasnya padaku
“oo, begitu toh, ya udah maafkan aku karena telah salah menduga.., oh ya kak, saya mau curhat lagi nih”
“Curhat..?, soal apa dek?”
“Soal aku.., ingat gak saat dulu kk pernah nasehati aku beberapa pecan lalu..?”
“Iya kk masih ingat.., kenapa emang dek..?”
“Alhamdulillah kalau begitu.., hmmm, begini kak, jujur aku kefikiran sama kata2 kk tempo hari, sy juga merasa gak tenang setelahnya, sy selalu dihantui perasaan takut sehingga gak mau kalau jalan sendiri tanpa ada teman.., sy bingung cara mengatasinya kak, apa saya pakai busana muslimah saja ya..?”
“O, itu..hmm, menurut kk sih kalau kau gak keberatan sebaiknya begitu, kau pakai saja busana muslimah yg syar’I, karena itu akan lebih membuatmu nyaman dimanapun, sebab auratmu secara otomatis akan tertutup dari orang-orang yang bukan muhrimmu..”
“Insya Allah kak, nanti kalau ada kelebihan rezeki yang dikirim orang tua dari kampong saya akan berusaha membeli busana muslimah yang syar’I, dan akan menggunakannya kak, maklum saya Cuma dari keluarga sederhana.., kuliah aja sudah senang…” ujarku lirih
“kau serius dek…?”Tanya raihana padaku
“insya Allah serius kak, lillahi ta’alaa..” jawabku
“Barakallahu fiik.., Alhamdulillah..kakak senang sekali mendengarnya dek…, oh ya kalau kau mau sebentar singgah di asrama kk ya.., ada sesuatu yg ingin kk berikan, atau kita kerumah kk sekarang kalau kau gak ada kuliah dek, kebetulan kk hari ini Cuma 1 mata kuliah dan sudah selesai..” ucap raihana lirih dengan senyumnya yg berbinar meskipun hanya Nampak dari bola matanya yang menyipit karena senyuman
Pendengar Nurani yang budiman
Entah mimpi apa aku semalam, sebab semuanya berposes begitu saja, apalagi ternyata raihana menghadiahiku 4 pasang busana muslimah plus jilbab besarnya, saat itu tepat pukul 04.00 sore dihadapan raihana, aku mencoba mengenakan busana muslimah itu, air mataku menitik saat kutatap baying2 diriku didepan cermin…
”subhanallah..alangkah damainya menggunakan pakaian ini, kenapa tidak dari dulu aku menggunakannya?” ujarku dalam diam, sementara raihana menatapku dengan senyum yg tak pernah lepas dari bibirnya, kulihat juga ada air mata bening jatuh dari kelopak matanya, raihana menyampaikan padaku bahwa dia merasa bahagia karena aku memilih jalan benar yaitu hijrah dari aku yg dulu ke aku yang sekarang, lama kami tenggelam dalam keharuan, hingga saat aku hendak melepasnya raihana melarangku
“kenapa mau dilepas dek..?”tanyanya padaku
“insya Allah nanti besok saya pakai kak, kekampus.., saya Cuma merasa grogi menggunakannya..” jawabku
“apa kau yakinmasih bias hidup besok dek dan masih sempat menggunakan pakaian ini..?” ujarnya lagi.., saat itu aku tersentak dan seolah sadar dari sebuah lamunan..
“astagfirullah hal ‘adziim..”ujarku dalam hati
“dek..jangan pernah menunda-nunda sebuah kebaikan selama kita masih diberikan waktu oleh allah untuk menunaikannya.., insya Allah semua akan baik-baik saja.., yaa memang biasanya orang-orang disekeliling kita akan bereaksi, ada yg mendukung dan ada yg memprotes.., tapi haruskah kita mengurungkan niat baik kita hanya karena khawatir jadi bahan gunjingan..?, bukankah ketika kita tengah mengahdapi panasnya api nereka mereka tak akan sanggup berbuat apa2, dan hanya bias diam saja?, lantas mengapa kita harus menjadikan mereka sebagai bahan pertimbangan…?, ingat dek.., semua akhwat dulunya jug amengalami perasaan seperti ini, termasuk kk, tapi kita harus yakin dengan keputusan yg kita ambil, insya Allah Allah akan bersama kita dek..”ujar raihana menguatkan aku, dan Alhamdulillah, sejak saat itu aku tak lagi melepas busana muslimah itu, bahkan aku langsung pulang kekostanku dengan mengenakan busana itu.., dan benar saja, beberapa orang teman kostku meledekku dengan berbagai kata2 pedas, tapi motifasi yg diberikan raihana telah membuatku siap menghadapi segalanya, tidak hanya disitu saja perhatian raihana, dia bahkan menawariku ikut tarbiyah dalam halaqah baru binaannya, subhanallah alangkah indahnya islam ini, persaudaraan tanpa hubungan darah mampu mengalahkan kesombongan dan keangkuhan hati kita, bahkan bis amenjadi jalan masuknya hidayah.., subhanallah..aku semakin memperkuat hatiku untuk mempelajari islam lebih jauh, berbagai kegiatan dakwah aku ikut didalamnya, tidak hanya sebagai anggota atau peserta tetapi sering terjun langsung menjadi panitia.
Pendengar Nurani yg budiman
Waktu terus bergulir, dan semuanya terasa begitu cepat berlalu, aku akhirnya menamatkan kuliahku dan berhasil menggondol ijazah sarjana, sementara raihana telah diboyong oleh suaminya ke jawa setelah sebelumnya juga telah menamatkan kuliahnya dikampus yg sama bersamaku.., subhanallah..raihana begitu sangat berjasa untuk hidupku dan aku tidak akan melupakannya, aku akan selalu mengenangnya dalam doa-doaku, semoga Allah melindunginya dan membalas segala kebaikannya padaku selama ini, dengan harapan semoga saja akan ada raihana-raihana lain yang bias mengikuti jejaknya,
Pedengar Nurani yang baik
Dengan Rasa bahagia aku kembali kekampungku dengan membawa ijazah yang insya Allah akan membuat kedua orang tuaku bahagia, karena nilai IPK-ku diatas rata-rata, tapi apa yg terjadi diluar dugaanku.., sebab begitu sampainya aku dirumah, semua keluargaku tidak menyambutku dengan kerinduaan sebagaimana aku yg begitu merindukan meraka, sebab selama 4 tahun kuliah di kendari hanya 2 kali aku kembali kekampung halamanku, itupun saat aku belum tersenuth hidayah, sementara kedua orang tuaku juga hanya 2x dating kekendari yaitu ketika mendaftarkan aku menjadi mahasiswa baru dan pada awal tahun sebelum aku tersentuh hidayah, setelahnya kami hanya berkomunikasi lewat handphone saja , kulihat juga bahkan ada bias kemarahan dari wajah-wajah mereka seolah tidak senang dengan kehadiranku, ya..disinilah awal kesedihanku.., sebab ternyata kedua orang tuaku tidak meridhoi keadaanku sekarang yg telah berbusana syar’I, aku juga lupa mengabarkan mereka tentang keputusanku berhijab, ya Allah apa mereka marah padaku dengan melihat aku yang sekarang. Apakah mereka tidak ridha dengan semua ini..?, apa yg harus aku lakukan ya Allah..,
Pendengar Nurani yang budiman
Lama sekali aku terpaku didepan pintu namun tak ada seorangpun yang mempersilahkan aku masuk, bahkan mamaku menutup pintu rumahnya meskipun tak sampai rapat..
“Assalamu ‘alaikum.., mama, papa ini aku Zahra..,aku sudah pulang ma..pa..”ujarku menyalami rumah, namun tak ada jawaban satupun yang kudengar dari mereka, padahal tadi kulihat papa duduk diteras saaty aku dating, bahkan aku berfikir bahwa dia masuk kedalam karena mengira aku bukan anak mereka, beberapa lamanya aku termangu didepan pintu menunggujawaban dari mama dan papa, dan akhirnya..
“kau zahrah..?”suara lirih ayah menyapaku
“iya aku Zahra ayah..”balasku
“lantas kenapa kau memakai pakaian seperti ini Zahra..?, apa maksudmu..?, apa papa dan mama membiayaimu kuliah untuk semua ini..?, dasar anak tidak tahu diuntung..!!”ujar suara keras padaku, mendengar semua itu air mataku menetes dipipiku, aku tak sanggup menatap ayah yg tengah berdiri didepanku dengan wajah sangarnya, saat itu aku hanya menundukan wajahku menyembunyikan air mataku dari ayah hingga tiba2 kurasakan tangan keras mendarat dipipiku 2 kali
“dasar anak kurang ajar.., tidak tahu diuntung..apa-apan kau ini..?, kau fikir dengan melihatmu sekarang papa dan mama bangga..?, kau fikir dengan melihatmu sekarang papa dan mama akan bahagia,..?, begitu zahra?, tidak Zahra..tidak.., papa dan mama justru kecewa karena kau seenaknya berbuat tanpa meminta pertimbangan kami, ooo, apa kau sudah merasa besar..?, sudah sarjana sehingga bias seenaknya mengambil keputusan untuk sebuah tindakan seperti ini..?”
“maaf pak.., Zahra tidak bermaksud begitu, Zahra hanya ingin menjadi seorang muslimah yg sholeha, agar mama dan papa bias merasa bangga dihadapan Allah.., Zahra hanya ingin menjadi muslimah yg baik pa.., maafkan Zahra..” pelasku pada papa
“apa..?, menjadi muslimah yg taat..?, kau fikir menjadi muslimah yg baik itu mesti harus memakai busana seperti itu..?, kau fikir dengan jilbab pendek saja orang tidak bias taat, tidak bias baik.., begitu zahra?, banyak sekali alasanmu Zahra…”ujar papa dengan nada suaranya yg semakin keras, Saat itu aku hanya bias diam dalam tangisan, sebab aku tidak ingin menambah amarah ayah menegtahui kalau aku membantah beliau.
“benar2 kau Zahra, kau tidak mengerti perasaan papa dan mama.., bukankah kau tahu bahwa kau adalah harapan satu2nya kami, kau lihat Zahra adikmu masih kecil kecil, dan papa sudah tua, meskipun papa sudah tua tapi papa berusaha mengadakan biaya kuliahmu agar kau bias sekolah tinggi dan bias mencari kerja setelahnya.., kau tahu nak, untuk semua itu papa rela kerja keras siang malam, cukup tak cukup papa selalu mengadakan semua kebutuhanmu, bahkan papa harus rela ngutang demi pendidikanmu, tapi begitu lulus ternyata kau sudah seperti ini.., coba lihat tantemu zahrah, dia saja tidak berjilab dan menyandang gelar sarjanah namun sekarang gak pernah dapat2 kerja, apalagi kamu dengan penampilan seperti ini..,?, sekarang papa minta padamu.., buka pakaian ini, dan kembalilah kau menjadi Zahra yg dulu papa kenal.., nanti papa belikan kau jilbab kecil yg penting bias menutup auratmu…, buka Zahra..!!” ujar papa memaksaku membuka jilbab cadarku, dan dengan kekuatannya papa berhasil menarik jilbabku, denga linangan air mata aku berlari kedalam kamarku untuk menghindari kebrutalan papa, namun papa berusaha menarik tanganku dan mencegahku masuk kedalam kamar..
“siapa yang menyuruhmu masuk kedalam rumah Zahra..?, papa belum selesai bicara.., kalau kau mau masuk kedalam rumah ini lagi, maka tanggalkan kebiasaanmu menggunkan busana itu lagi,sebab jika tidak maka kau tidak usah lagi masuk kedalam rumah ini lagi.., papa dan mama lebih rela kehilanganmu dari pada melihatmu seperti ini..kau asing dimata kami, dan papa tidak menyukainya Zahra, silahkan kau pilih yang mana, papa kasih waktu kau berfikir sekrang juga, bila kau memilih tetap dengan pendirianmu maka silahkan angkat kaki dari rumah ini lagi, dan lupakan bahwa kami adalah orang tuamu, sebab papa dan mama tidak sudi punya anak sepertimu, dasar tidak tahu diuntung……”teriak papa padaku sambil menyeretku lagi kedepan pintu..air mataku semakin berlinang tak tahu harus berbuat apa, aku tahu karakter papa yg keras, karena bila aku menyanggah ucapannya maka aku tidak tahu hal apa lagi yg akan dia lakukan padaku, sementara saat titu aku hanya mengenakan kerudung kecil pengalas jilbab besarku…, dengan rasa piluaku berlari meninggalkan rumahku dan berlari menuju rumah tetanggaku, kudengar papa meneriakiku
“Zahra..jangan pernah kau dating lagi kerumah ini, pergilah kau jauh-jauh dan jangan pernah kembali lagi, pergiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii….”, aku terus berlari meninggalkan rumah dan menuju rumah tetanggaku yg tak jauh dari rumah, banyak tetangga2ku yg memperhatikan kejadian itu sehingga tak ada satupun diantara mereka yg mau menampungku sebab takut dengan papaku, saaat itu aku hanya bias menangis sambil berlalu meninggalkan rumah, baying-bayang masa kecilku yg begitu dimanja dan disayang oleh papa dan mama menari-nari dalam benakku kenapa akhirnya harus seperti ini…. Ya Allah ada apa ini, beri akukesabaran ya Allah
Pendengar Nurani yangbaik
Sejak saat itu aku tak pernah lagi bertemu dengan kedua orang tuaku dan aku t ak tahu apakah mereka masih perduli denganku atau tidak tapi jauh dari lubuk hatiku, bahwa aku masih sangat mencintai mereka, meskipun kebencian mereka telah mendarah daging untukku..
Wassalam