Sesal & Air Mata
08 September 2012 09:22:01
Dibaca : 1091
Kategori : Suara Hati (Nyata)
Bismillahirrahmanirrahiim
Pendengar Nurani yang Budiman
Namaku Masyitoh…, jujur sebenarnya aku sangat berat dan malu berkisah dimalam ini……., karena kisah ini merupakan coreng dan tamparan bagi diriku…, seorang wanita yang telah menghinakan dirinya pada sebuah kenistaan yang teramat memalukan, meskipun tidak sampai pada perzinahan fisik, tapi aku merasa sangat malu karena telah melakukan zina hati…, aku berharap dengan mengudaranya kisahku ini dapat memberi cakrawala baru buat para akhwat lainnya, agar tak adalagi peristiwa memalukan yang pernah kualami dahulu..
Kejadian ini terjadi dua tahun silam.., dimana aku saat itu baru setahun mengenal dakwah yg hak.., aku yang saat itu baru menerjunkan diriku dimedan dakwah ternyata telah lebih awal mengalami sebuah peristiwa yang teramat sangat memalukan, kisah ini bermula ketika aku diminta bergabung menjadi panitia walimah dari seorang akhwat aktifis dakwah yang resmi dikhitbah oleh seorang ikhwah melalui proses yg syar’I, subhanallah aku sangat kagum dengan segalanya, bahkan aku berandai-andai bila saja hari itu adalah pesta pernikahanku dengan seorang ikhwah yang diutus oleh Allah untuk mendampingi hidupku, oh, alangkah indah dan bahagiannya hidupku bila hal itu terjadi, namun lamunan dan hayalaku kembali diusik oleh sebuah kenyataan bahwa hal itu hanya sebuah obsesi yang entah kapan bias terwujud.., hingga akhirnya pada acara walimah itu aku yang diminta oleh akhwat menjadi penanggung jawab seksi acaranya secara otomatis komunikasiku jadi intens dengan penanggung jawab seksi acara dibagian ikhwah, dari situlah muncul fitnah diantara kami, semula rasa diantara kami tidak ada, smsku dan smsnya hanya sebatas keperluan walimah itu saja, membicarakan masalah persiapan dan kekurangan serta kendala yg terjadi baik dari panitia akhwat maupun ikhwah, saat itu komunikasi kami tidak lebih dari itu.., bahkan seperti pada umumnya kami hanya saling berkomunikasi pada kondisi2 seperlunya saja.., tapi.., apa yang tak kuinginkan akhirnya terjadi juga, seringnya berkomunikasi membuat kami jadi merasa biasa, bahkan ikhwanya yang semula tidak kuketahui namanya akhirnya kukenal juga..”ABDULLAH” namanya.., yang lebih parah lagi meski setelah walimah itu usai Abdullah masih sering sms aku, mengirim pesan-pesan hikmah, nasehat bahkan sampai info-info dakwan dan taklim, namun lama-lama sms itu merembet ke masalah pribadiku, yaa aku yang saat itu belum pernah mengalami hal seperti itu akhirnya ikut hanyut pada hal yang sangat memalukan itu…dan tanpa terasa karena kebiasaan perasaan bersalah, berdosa dan maluitu akhirnya berangsur hilang sama sekali, bahkan aku sendiri terkadang sering merindukan datangnya sms darinya, sehingga kalaukurasakan hamper seharian tak ada satupun sms dan kabar darinya, maka dengan tanpa rasa malu lagi aku mengawali segalanya dengan mengirimkan pesan-pesan special kepadanya.., misalnya “Awali hidup ini dengan Do’a”, “Selamat beraktifitas..”, dll..
Pendengar Nurani yang budiman
Entah syetan apa yang merasuk dalam diri kami berdua, sehingga sapaan yang dulunya hanya sebatas akhi dan ukhti, anta dan anti segalanya tiba-tiba berubah menjadi sebuah sapaan hangat dan intim, dia panggil aku ADE dan aku memanggilnya KK, semua terjadi begitu saja tanpa tahu sebabnya siapa yg memulai dan lagi-lagi rasa malu itu telah hilang dalam diri kami.., setiap hari kami menjadi lalai dengan bermaksiat lewat SMS, bahkan meningkat dari semula sebatas SMSan menjadi saling telepon-teleponan, bahkan pulsa puluhan bahkan ratusan ribu seolah tak jadi soal yang penting komunikasi itu selalu ada diantara kami, saat itu meskipun kami sama-sama aktif dimajelis dakwah tapi kami seolah-olah lupa dengan maksiat hati yang telah kami lakukan selama ini, aku pribadi bahkan merasa bahwa tak ada yg berbeda dari diriku.., aku ikut halaqah tarbiyahku seperti biasa, aku bahkan mengikuti dan terlibat langusng dalam berbagai kegiatan dakwah begitupun Abdullah, namun dibalik semua itu, seperti biaa pula hati kami masih terus terpaut dengan maksiat, sebab disetiap ada kesempatan komunikasi diantara kami selalu terjalin, seolah segalanya sudah menjadi konsumsi harian yang tidak memiliki nilai-nilai maksiat, perlahan-lahan SMS dakwah yg dulu sering dia kirimkan padaku sudah mulai hilang dan berganti dengan sms-sms mesra yang bila kuingat saat ini begitu sangat menjijikkan “Dek, apa kabarmu sayang..?” “Sudah makan dek..?”, “Sehat-sehat dek..?”, dll.., bahkan beberapa kali Abdullah menawarkan aku untuk ketemuan, tapi Alhamdulillah hal itu tidakpernah terwujud karena setiap moment itu terjadi, pasti ada saja kesibukkan lain yg harus kupenuhi dan kuselesaikan
Pendengar Nurani yang budiman
Saat itu aku melalui hari2ku dengan penuh bahagia, seolah ada semangat dalam diriku.., datang kemajelis tepat waktu.., kegiatan2 yang bersifat mobile pun aku tak pernah alpa.., yang pasti saat itu aku sangat bahagia sekali meskipun aku sadari bahwa sumber kebahagiaan itu adalah buah dari maksiat. Hingga suatu hari, masih kuingat betul hubungan gelapku dengan Abdullah saat itu telah memasuki 6 bulan, dan saat itu kebahagiaan yg aku rasakan semakin membuncah.., saat Abdullah mengirimi pesan romantis untukk “Dek.., jika tidak berhalangan dan Allah meridoi kita bersatu, kk berniat menghitbahmu dek.., saat ini kk telah memiliki simpanan dana yang meskipun tidak terlalu banyak tapi insya Allah cukup untuk biaya nikah kita.., yaa kecuali keluargamu menolak kk..” itulah isi pesan Abdullah yg semakin membuatku berbunga2 saat itu, aku begitu merasa bahagia karena jodohku ternyata sudah ada didepan mata, “Ya Allah..kabulkan” ujarku dalam hati, dengan senyum bahagiapun kubalas smsnya Abdullah dengan wajah berbinar seolah Abdullah benar2 adalah jodohku “kak, ade senang sekali mendengarkan kabar ini.., insya Allah ade akan bantu kk, kebetulan sejak pertama kerja dulu ade rajinmenabung, jadi bias dikit2 membantu kk sekiranya ada hal2 yang tidak kita inginkan terjadi kedepan, uhibbuka fillah…” balasku dengan wajah berseri.., sejak hari itu hari-hariku semakin kurasakan bahagia, teman-teman bahkan merasa heran dengan perubahanku, tapi tak satupun yang mengetahui apa penyebab perubahanku saat itu, dan waktu yg membuat semuanya kembali normal…, setiap hari aku tak pernah melewatkan bermunajad kepada Allah memudahkan urasanku dan Abdullah agar senantisa dipermudah hingga kami menajdi halal antara satudan lainnya, bahkan kami telah sepakat untuk puasa bersama demi kemudahan Niat kami saat itu..dan akupun semakin rajin menyisihkan ½ dari kafalahku untuk kutabung sebagai tambahan apabilaAllah meridhoi hubungan kami hingga kepernikahan.
Pendengar Nurani yang budiman
Waktu terus bergulir dan jarum jampun tak henti menunaikan kewajibannya seoalh tanpa letih.., hingga akhrnya waktu itu jua yang kemudianmembawaku pada puncak kebahagiaan itu, sebab Abdullah ternyata merealisasikan janjinya.., ya.., aku bahagia saat itu, dengan menggunakan jasa sahabat karibnya yg telah walimah sebelumnya, Abdullah melamar aku didepan kedua orang tuaku, harapan dan mimpipun takpelak mulai menari dalam benakku, berharap agar Allah memudahkan urusan itu.., akan tetapi kebahagiaan yang aku rasakan itu akhirnya luntur dan barganti dengan tangisan manakala kudengar bahwa orangtuaku menolak pinangan Abudllah, yaa dengan Alasan klasik.., apalgi kalau bukan materi…, Abdullah ternyata hanya membawa uang nikah sebesar 5 juta sementara orangtuaku mematok di nominal yangtidak sedikit yaitu 20 juta, berbagai negosiasi telah ditempuh namun kedua orang tuaku hanya memberikan toleransi sedikit kepada Abdullah, yaitu dari 20 juta menajadi 17.5 Juta, Ya Allah, hancur hatiku saat itu karena aku sadari kekurangan Abdullah, dia hanyalah seorang ikhwah yang terlahir darikeluarga sederhana, dan akupun tahu bahwa dana yang dimilikinya itu adalah murni hasil jerih payahnya, karena kutahu persis bahwa Abdullah adalah anak yatim, dan dia adalah anak sulung.., meskipun demikian, aku masih menyimpan harapan itu, sebab seperti niatku sebelumnya bahwa simpana dana yg kutabung selama ini akan ku berikan kepada Abdullah untuk menambah biaya nikah kami, tetapi harapan itu kembali berganti dengn air mata mana kala kudapati bahwa jumlah dana simpanaku hanya sebesar 3.5 juta, ya Allah..tolonglah kami.., bantu akami ya Allah..mudahkan urusan baik ini, sebab kami ingin menyempurnakan ½ dari agamamu ini, mudahkan kami ya Allah..
Pendengar nurani yang baik
Dengan rasa kepiluan dan tanpa rasa malu lagi, aku berusaha menyemangati Abdullah agar tidak berputus asa dari ikhtiarnya, bahkan aku telah sampaikan bahwa aku memiliki dana yg tidak seberapa untuk menambah dananya.., dan Alhamdulillah untuk yang kedua kalinya Abdullah dan sahabatnya dating kerumah, berbekal dana tambahanku dan pinjaman dari sahabatnya total dana yg dibawa Abdullah saat itu menjadi 10 juta, negosiasipun terjadi.., dadaku berdetak kencang, cemas dengan penuh harap semoga kedua orang tuaku rela dengan jumlah dana yg dibawanya saat itu, perdebatan hebatpun terjadi, masin2 kudengar saling mempertahankan pendiriannya, Abdullah yg hanya menyanggupi sampai 10 juta tak mampu berbuat apa2 saat ayahku menganmbil keputusan terakhir bahwa Abdullah diminta menambah 5 juta lagi hingga menjadi 15 juta, sesaat lamanya suasana menjadi hening, dan dadaku semakin berdegup kencang hingga kudengar ikhwah yang mewakili Abdullah angkat suara “Mohon maaf pak..bu.., kami telah berupaya sedemikian rupa untuk menyanggupi apa yang bapak dan ibu inginkan, tapi kami masih memiliki banyak keterbatasan, diakhir penyampaian kami, kami Cuma ingin memberi tahu bahwa niat saudara Abdullah ini tulus ingin memperisitri anak bapak dan ibu, namun sungguh sangat disayangkan, dana yang dia mampui hanya segitu bu.., semoga bapak dan ibu maklum, olehnya…, bila kesepakatan ini tidak dapat diambil, dan kamipun mengingat banyaknya kekurangan kami, maka mewakili akh Abdullah, kami memutuskan untuk mundur dari pinangan ini, semoga saja ada ikhwah lain yang menyanggupi patokan nominal yang bapak dan ibu minta, dan ikatan yang ada antara Abdullah dan ukhti masyito ini hanyalah ikatan pinangan, oleh sebabnya karena hari ini tidak terjadi kesepakatan maka secara otomatis pinangan ini kami lepas, sehingga bila ada ikhwah lain yang dating dan menyanggupi permintaan bapak dan ibu kami tidak bermasalah lagi dengannya..wassalam” itulah ujar ikhwah perwakilan dari Abdullah, mendengar semua itu hatiku hancur, aku berlari kedalam kamar dan kutumpahkan air mataku diatas bantal gulingku.., aku tidak percaya kalau segalanya akan berakhir seperti ini, akupun tidak menduga bahwa hubungan kami yg terjalin selama ini ternyata tidak menjamin kesuksesan kami hingga kepelaminan.., saat itupula kurasakan dunia kelabu..aku menangis histeris saat Abdullah dan sahabatnya pamitan.., aku menumpahkan kekesalanku pada bapak dan ibiku, namun mereka malah balik memarahiku.., mereka bahkan menyatakan rasa syukur karena aku tidakjadi menikah dengan Abdullah, saat mendengar semua itu aku sangat kaget, karena kufikir hanya alasan materi saja orang tuaku menolak pinangan tersebut..tapi ternyata ada alasan lain yang semakin membuatku tercengang.., ternyata bapak tidak merestuai hubungan itu karena atatus pendidikan kami berbeda, aku tamatan sarjana sementara Abdullah hanya tamatan SMA.., ya Allah mengapa semua ini harus terjadi menimpaku.., selama ini aku terlanjur menaruh harapan padanya, bahkan aku telah sekian lama menjalin kasih dengannya meskipun hanya lewat handpone, tetapi hubungan itu terasa sudah sangat intim sekali sehingga berat bagikumenerima kenyataan ini, Ya Allah apakah ini teguran darimu untukku..?, apakah ini bentuk balasanmu atas maksiat hati yang selama ini hamba perbuat..?
Pendengar Nurani yang budiman
Sejak perisitiwa itu, aku tak lagi mendengar kabar dari Abdullah, dana yang kuberi padanya dulupun hanya dia kirim melalui orang lain tanpa meninggalkan jejak apapun, aku bahkan mendapati bahwa nomor hpnya yang dulu tak aktif lagi.., Ya Allah kemana dia..?, apakah sebegitu kecewanyakah dia sehingga tak mau lagi berkomunikasi denganku..?, bencikah dia padaku..?, lalu kemana janjinya dulu yg katanya akan memperjuangkan seluruh kemampuannya untuk menikahi aku..?, Ya Allah ampuni aku.., karena aku telah bermaksiat padamu dengan semua ini.., kini hamba baru tahu makna dari larangan itu, ternyata begitu sangat tersiksanya bathin ini memendam semua ini.
Pendengar Nurani yang budiman
Lama sekali waktu kuhabiskan dengan beban bathin yang luar biasa sakit.., aku bahkan tak lagi memiliki semangat beraktifitas.., amanah2 yang dulunya begitu gesitnya aku laksanakan kini akhirnya satu persatu terbengkalai, semangatku hilang.., senyumku lenyap bahkan aku tak lagi semangat untuk melakukan segala hal..dan itu berlangsung sangat lama, apalagi setelah kudengar kabar bahwa Abdullah telah menikah dengan seorang akhwat yg rela menrimanya apa adanya.., hancur sekali hatiku, manakala mengingat janji-janji manisnya.., dia membawaku pada alam hayal yang sangat tinggi tapi dia juga yang menghempaskan aku hingga terjungkal ketanah yang paling hina…aku benci dengan semua ini.., aku benci…..
Wahai untukmu para akhwat…, selama belum ada akad yang menghalalkan hubungan kita dengan para pria, janganlah kalian mudah percaya dengan janji-janji manisnya lelaki, siapapun dia.., sebab kita hanyalah manusia biasa yang bisanya Cuma berencana, sedangkan yang menentukan adalah Allah ta’alaa.., jangan berikan cintamu utuh pada lelaki yang bukan mahrommu..biaralha aku..cukuplah aku wanita terakhir yang mengalami ini…, jagalah hati-hati kalian wahai akhwat2ku..jangan samapi tangisanku saat ini akan menjadi tangisan kalian juga…, yakinlah pada janji Allah.., insya Allah kita tetap akan dipertemukan dengan pasangan kita..bila bukan didunia ini, insya Allah diakhirat kelak nanti.., amiinnn..