EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

17 April 2013 10:42:39 Dibaca : 24564

Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambnagan bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisannya dalam satu bahasa. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata, sedangkan ejaan adalah suatu system aturan yang jauh yang lebih luas dari sekadar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keselurahan cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.

Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan ejaan yang disempurnakan (EYD). EYD yang resmi mulai diberlakukan pada tanggaal 16 Agustus 1972 ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan yang sudah dipakai selama 25 tahun sebelumnya yang dikenal dengan nama ejaan Republik atau ejaan Soewandi (Mentri PP & K Republik Indonesia pada saat ejaan itu diresmikan pada tahun 1947). Sebelum ejaan Soewandi telah ada ejaan yang merupakan ejaan pertaama bahasa Indonesia, yaitu ejaan van Ophujsen (nama seorang guru besar Belanda yang juga pemerhati bahasa ) yang diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah Belanda menjajah Indonesia pada masa itu. Ejaan van Ophujsen tidak berlaku lagi pada tahun 1947.

2.2 Ruang Lingkup Ejaan yang disempurnakan (EYD)

Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek, yaitu :

Pemakaian huruf membicarakan bagian-bagian dasar dari suatu bahasa, yaitu

(1) Huruf Kapital

(2) Vokal

(3) Konsonan

(4) Pemenggalan

(5) Nama diri

Penulisan huruf membicaraka beberapa perubahan huruf dari ejaan sebelumnya yang meliputi :

(1) Huruf Kapital

(2) Huruf miring

Penulisan Kata membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya berupa :

(1) Kata dasar

(2) Kata turunan

(3) Kata ulang

(4) Gabungan kata

(5) Kata ganti Kau, Ku, Mu, Nya

(6) Kata depan Di, Ke, dan dari

(7) Kata sandang Si dan Sang

(8) Vartikel

(9) Singkatan dan akronim

(10) Angka dan lambang bilangan.

Penulisan unsur serapan membicarakan kaidah cara penulisan unsur serapan, terutama kosakata yang berasal dari bahasa asing.Pemakaian tanda baca (pungtuasi) membicarakan teknik penerapan ke-limabelas tanda baca dalam penulisan kaidahnya masing-masing. Tanda baca itu adalah

(1) Tanda titik (.)

(2) Tanda koma (,)

(3) Tanda titik koma (;)

(4) Tanda titik dua (:)

(5) Tanda hubung (-)

(6) Tanda pisah (­­­-)

(7) Tanda ellipsis (…)

(8) Tanda Tanya (?)

(9) Tanda seru (!)

(10) Tanda kurung ((….))

(11) Tanda kurung siku ([…])

(12) Tanda petik ganda (“…”)

(13) Tanda petik tunggal (‘…’)

(14) Tanda garis miring (/)

(15) Tanda penyingkat (‘)

2.2.1 Pemakaian huruf

Beberapa dalam abjad bahasa Indonesia melambangkan lebih dari satu fonem. Dalam satu kalimat sate pedas enak rasanya, huruf E melambangkan tiga fonem yaitu

1. Fonem /e/ dalam kata sate/ sate 2. Fonem /Ä…/ dalam kata peadas / pedas/3. Fonem /Σ/ dalam kata enak / Σnak /

2.2.2 Pemenggalan Kata

Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:Jika ditengah kata ada huruf vokal yang beruntun, pemenggalannya dilakukan diantara kedua hurf vokal itu misalnya: di-a, do-a, ta-atJika ditengah kata ada huruf konsonan, pemenggalan dilakukan sebelum konsonan itu, misalnya ta-bu, ka-wan, ca-tur Jika ditengah kata ada dua hurf konsonan yang berurutan pemenggalan dilakukan diantara huruf konsonan itu. Misalnya Ap-ril, Suwas-ta, han-dalJika ditengah kata ada tiga buah atau lebih huruf konsonan, pemenggalan huruf konsonan (disbut diagraf) yaitu ny, ng, kh, dan sy, misalnya su-nyiImbuhan yang berupa awalan dan akhiran, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta vartikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata yang diimbuhinya, dapat dipenggal. Misalnya mem-ba-ha-gia-kanJika suatu kata terdiri atas lebih dari suatu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalanya dapat dilakukan (1) diantara unsur-unsur itu dan atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah pemneggalan kata misalnya bio-data.

2.2.3 Penulisan Huruf Kapital dan Huruf Miring

Huruf Kapital atau Huruf Besar

(1) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya: Kami menggunakan barang produksi dalam negeri , Siapa yang datang tadi malam? Ayo, angkat tanganmu tinggi-tinggi!

(2) Huruf kapital dipakai peratama petikan langsung. Misalnya: Adik bertanya, “Kapan kita ke Taman Safari?” Bapak menasehatkan, “Jaga dirimu baik-baik, Nak!”

(3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan denagan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti Tuhan. Misalnya:

Allah. Yang Mahakuasa. Islam, Kristen, Alkitab, Quran, Weda, Injil.

(4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya : Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim, Raden Wijaya

(5) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tua yang dipakai sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tepat. Misalnya: Presiden Megawati, Mentri Pertanian, Gubernur Bali.

(6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure-unsur nama orang. Misalnya: Albar Maulana.

(7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Perlu diingat, pada posisi tengah kalimat, yang dituliskan dengan huruf kapital hanya huruf pertama nama bangsa, nama suku, dan bahasa dituliskan dengan huruf kecil. Misalnya Dalam hal ini bangsa Indonesia yang…….

(8) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya tahun Saka, bulan November.

(9) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi. Misalnya Salah : teluk Jakarta, Benar : Teluk Jakarta

(10) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsure nama negara, nama resmi badan/lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumnen resmi. Perhatikan penulisan berikut: Dia menjadi pegawai di salah satu departemen.

(11) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsure bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan/lembaga. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa

(12) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) dalam penulisan nama buku majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di,ke, dari, dan, dalam, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya : Idrus menulis buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

(13) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, paman, yang dipakai dalam penyapaan dan pengacauan. Misalnya: “Kapan Bapak berangkat?” Tanya Nining.

(14) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya: Dr : doktor

(15) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya : Apakah kegemaran Anda?

Huruf Miring

(1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Misalnya : majalah Prisma

(2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagaian kata, atau kelompok kata. Misalnya : Huruf pertama kata Allah ialah a.

(3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya : Nama ilmiah padi ialah Oriza sativa.

2.2.4 Penulisan Kata

A. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya Kantor pos sangat ramai.

B. Kata Turunan

(1) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya: bergerigi ketetapan sentuhan

(2) Jika benntuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai

dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya diberi tahu,

beri tahukan

(3) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran

sekaligus, unsure gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya memberitahukan.

(4) Jika salah satu unsure gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan

kata itu ditulis serangkai. Misalnya adibusana, antarkota.

C. Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya : anak-anak, buku-buku.

D. Gabungan Kata

(1) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsure-

unsurnya ditulis terpisah. Misalnya duta besar, kerja sama.

(2) Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah

pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsure

yang berkaitan. Misalnya : alat pandang-dengar (audio-visual aid)

(3) Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu

sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata. Misalnya acapkali.

E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya.

Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat kata aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Misalnya : aku bawa, aku ambil, kibawa, kuambil, engkau bawa, engkau ambil. Kaubawa, kauambil.

F. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Misalnya: Tinggallah bersama saya di sini.

G. Kata Sandang si dan sang

Kata si dan sang iditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: si kecil.

H. Partikel

(1) Partikel-lah dan –kah ditulis dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya Bacalah peraturan ini sampai tuntas.

(2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun yang diketahuinya, aku tetap tak percaya.

(3) Partikel per yang berarti ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya. Misalnya: Mereka masuk ruang satu per satu.

I. Singkatan dan Akronim

(1) Singkatan adalah bentuk yang dipendekan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Adapun aturan penulisannya adalah, sebagai berikut. Misalnya: nomor disingkat no.

(2) Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal kata, gabungan suku kata, ataupun gabungan dan suku kata dari deret kata yang disingkat akronim dibaca dan diperhatikan sebagai kata. Misalnya FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik).

J. Angka dan Lambang Bilangan

(1) Angka dipakai untuk menyatakan lamabang bilanagan nomor. Dalam tulisan lazim

digunakan angka arab atau angka romawi. Misalnya : 1,2,3 = angka arab,

I,II=Angka Romawi.

2.2.5 Penulisan Unsur Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsure dari pelbagai bahasa lain baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti sansekerta, arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.

2.2.6 Pemakaian Tanda Baca

A. Tanda Titik (.)

Tanda titik biasanya dipakai pada akhir kalimat. Misalnya : Ayahku tinggal di Aceh.

B. Tanda Koma (,)

Tanda koma dipakai di antara unsure-unsur dalam suatu perincian atau pembilanagan. Misalnya : Reny membeli permen, roti, dan air mineral.

C. Tanda Titik Koma (;)

Tanda titik koma diapakai untuk memisahkan bagian-bagaian kaliamat yang sejenis dan setara. Misalnya : Hari makin siang; dengannya belum juga terjual.

D. Tanda Titik Dua (: )

Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap diikuti perincian. Misalnya : STIE mempunyai dua jurusan : manajemen dan akuntasi.

E. Tanda Hubung (-)

Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. Misalnya: Di samping program lama ada juga program yang baru.

F. Tanda Pisah (-)

Tanda pisah membatasi penyisipan kata kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya : Hasil pertandingan itu-sungguh di luar dugaan –ternyata imbang.

G. Tanda Elipsis (……)

Tanda elips dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya : Jika demikian…….ya, apa boleh buat.

H. Tanda Tanya (?)

Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat Tanya. Misalnya: Kapan anda wisuda?

I. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah. Misalnya: Jangan nyalakan lampu!

J. Tanda kurang ((…))

Tanda kurang dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya: Penyunting penyelia sudah selesai menyunting KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

K. Tanda Kurang Siku ([…])

Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Misalnya: Kata beliau waktu itu, “Kita jangan hanya mau meng[e] ritik tetapi juga mau dikeritik.

I. Tanda Petik (“…”)

Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Misalnya “Saya belum siap, “ kata Sandra, “ tunggu sebentar!”

M. Tanda Petik Tunggal (‘…’)

Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Misalnya: Tanya Deny, “ Kau dengan bunyi ‘Kret-kret’ tadi?

N. Tanda Garis Miring (/)

Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Misalnya: No. 7/PK/VII/1999

O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata. Misalnya: Malam ‘lah tiba. (‘lah=telah).

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong