FUNGSI DAN RAGAM BAHASA
Betapa pentingnya bahasa bagi manusia kiranya tidak perlu diragukan lagi. Hal itu tidak saja sapat dibuktikan dengan menunjuk pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari, Tetapi juga dapat dibuktikan dengan banyaknya perhatian para ilmuan dan praktisi terhadap bahasa. Para ilmuan dalam bidang lain pun menjadikan bahasaa sebagi objek studi karena mereka memerlukan bahasa sekurang-kurangnya sebagai alat bantu untuk mengkomunikasikan berbagai hal.
Para ahli ilmu jiwa (psikolog dan psikiater) mempelajari bahasa agar dapat menemukan kata-kata atau kalimat yang dapat berperan dalam penyembuhan pasiennya. Dengan anggapan bahwa speech terapy mempunyai daya sugesti terhadap hilanganya penyakit, dokter-dokter pun perlu mempelajari bahasa. Bahasa juga dipelajari oleh wartawan, seniman, usahawan, dan oleh orang-orang dari beraneka profesi untuk mengungkapkan fikiran, pandangan, perasaan dan berbagai maksud lainnya.
Selaku mahluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memang memakai alat komunikasi lain selain bahasa verbal. Namun, alat komunikasi non verbal yang wujudnya berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi-misalnya tanda lalulintas, morse, lambaian tangan, sirene, kentongan, atau torempet barulah bermakna setelah” diterjemahkan” kedaloam bahasa manusia.
1.1 Fungsi Bahasa
Dalam literature bahasa, para ahali umumnya merumuskan fangsi bahasa bagi setiap orang ada empat, yaitu :
Sebagai alat / media komunikasi;Sebagai alat untuk ekspresi diri;Sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial;Sebagai alat kontrol sosial (keraf 1997:3-6)
Dalam prosess berfikir, bahasa selalu hadir bersama logika untuk merumuskan konsep, proposisi, dan simpulan. Segaala kegiatan yang menyangkut perhitungan atau kalkulasi, pembahasan atau analisis, bahkan berangan-angan atau berhayal, hanya dimungkinkan berlangsung melalui proses berfikir disertai alatnya yang tidak lain adalah bahasa.
1.2 Ragaam Bahasa
Ragam bahasa menjadi banyak jumlahnya karena pemilihan corak bahasa yang akan dipakai oleh seseorang untuk mnegkomunikasikan sesuatu bergantung kepada tiga ahal berikut ini.
Cara berkomunikasi: lisan atau tertulis
Dua macam cara berkomunikasi ini melahirkan dua ragam utama dalam berbahasa, yaitu ragam lisan dan ragam tertulis.
Cara pandang penutur terhadap mitra komunikasinya
Sebelum menentukan pilahan ragam yang akan dipakai, seorang penutur akan melihat dahulu apakah mitranya itu sedaerah/satu suku dengannya atau tidak; apakah mitranya orang yang perlu dihormati atau tidak; dan bagaimana pendidikannya, rendah atau tinggi? Cara pandang ini mengakibatkan timbulnya ragam kedaerahan (dialeh), ragam terpelajar, ragam resmi, dan ragam tak resmi.
Topik yang dibicaraakan/dituliskan
Pembicaraan tentang topik tertentu mengakibatkan terbentuknya ragam bahasa yang mempunyai cirri khas sesuai dengan bidangnaya masing-masing, misalnya ragam hukum, ragam bisnis, ragam sastra, ragam kedokteran.
Dari keselurahana ragam tersebut diatas, yang akan diulas agak mendalam. Disini adalah ragam lisan dan tertulis. Dalam praktik pemakaian, para penutur bahasa Indonesia tentu dapat merasakan perbedaan antara kedua raagam utama tersebut. Perbedaan itu dapat dirinci sebagai berikut:
Ragam lisan menghendaki adanya lawan bicara ayang siap mendengar apa yang diucapkan oleh seseorang, sedangkan ragam tulis tidak selalu memrlukan lawan bicara, yang siap membaca apa yang dituliskan oleh seseorang. Didalam ragam lisan unsure-unsur fungsi gramatikal seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan tidak selalu dinyatakan dengan kata-kata. Didalam ragam tulis fungsi-fungsi gramatikal harus dinyatakan secara eksplisit agar orang yang membaca suatu tulisan misalnya dalam surat kabar, majalah, atau buku.Ragam lisan sangat terikat pada situasi, kondisi, dan waktu; sedangkan ragam tulis tidak terikat pada situasi, kondisi, ruang dan waktu. Suatu tuturan dalam ragam lisan baru dapat dimengerti oleh seseorang bila ia berada atau turut terlibat didalam situasi, kondisi, ruang, dan waktu yang sama. Karya tulis seseorang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain pada tempat, waktu, kondisi serta situasi yang berbeda-beda.Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendah dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf kapital, dan huruf kecil, atau huruf tegak dan huruf miring.
Uraian diatas tidak dimaksudkan untuk memfonis bahwa ragam lisan lebih unggul dari ragam tulis atau sebaliknya, tetapi hanya sekedar mengingatkan bahwa antara ragam lisan dan ragam tulis terdapat perbedaan yang mendasar kedua ragam tersebut segoyagnya dikuasai secara berimbang oleh mereka yang ingin mendayagunakan bahasa sebagai alat komunikasi secara maksimal.
1.3 Bahasa Indonesia yang baik dan benar
Bahasa sudah dapat dikatakan baik apabila dapat dimengerti oleh komunikan kita dan ragamnya harus sesuai dengan situasi pada saat bahasa itu digunakan. Bahasa dengan ragam dialek yang dipakai oleh mahasiswa sewaktu mengobrol dengan sesama teman dikantin, dipemondokan, lapangan olahraga adalah salah satu contoh bahasa yang baik. Bahasa dikatakan tidak baik kalau tidak dimengerti oleh komunikan.
Bahasa para mahasiswa yang sudah dikatakan baik tadi belum dapat digolongkan sebagai bahasa yang benar karena bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah. Salah satu contoh bahasa ayang benar adalah bahasa yang dipakai dalam rapat yang formal atau bahasa dalam temu ilmiah seperti diskusi dan seminar.
Jadi, bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang dapat dipahami dan sesuai dengan situasinya serta tidak menyimpang dari kaidah yang telah dibakukan.
Kategori
- Masih Kosong
Blogroll
- Masih Kosong