DAMPAK YANG DIALAMI MAHASISWA DIMASA PANDEMI
Dalam situasi pandemi ini, pemerintah Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan. Kebijakan pemerintah berkaitan dengan upaya untuk menekan angka penularan Covid-19, yakni social distancing serta membatasi kegiatan yang dilakukan di luar rumah. Hal itu juga berdampak pada bidang pendidikan di Indonesia, yaitu ditetapkannya kebijakan metode pembelajaran melalui daring atau online.
Metode ini diterapkan baik di tingkat SD, SMP, SMA, sampai perguruan tinggi. Metode pembelajaran daring dilakukan menggunakan internet, baik itu pertemuan kelas, pengumpulan tugas, maupun pengerjaan kuis atau ujian. Hingga saat ini, hampir seluruh mahasiswa di Indonesia termasuk dengan mahasiswa baru telah merasakan metode pembelajaran daring ini. Lantas, apakah dampak yang mereka rasakan dengan metode pembelajaran daring ini?
Dalam proses pembelajaran daring, mahasiswa dituntut agar bisa rajin mengolah informasi dari mana saja untuk menunjang proses perkuliahan. Hal ini memicu mahasiswa untuk bisa menjadi lebih kreatif dan inovatif. Dalam jurnal berjudul Analisis Motivasi Belajar Mahasiswa dengan Sistem Pembelajaran Daring Selama Masa Pandemi Covid-19, Widiya Astuti Alam Sur dkk menyebutkan bahwa berdasarkan hasil penelitian yang mereka lakukan, perkuliahan daring berpengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa selama masa pandemi Covid-19 sebanyak 28,3%. Terjadi peningkatan motivasi belajar mahasiswa melalui pelaksanaan perkuliahan online di masa pandemi Covid-19 ini dengan korelasi berkisar 0,54.Sayangnya, metode pembelajaran daring nampaknya bukan hanya membawa dampak yang baik. Metode pembelajaran daring tidak menjadi solusi yang disukai oleh sebagian mahasiswa Indonesia. Bahkan, beberapa mahasiswa mengaku bahwa metode pembelajaran ini memicu stres.
Di dalam jurnal yang berjudul Analisis Tingkat Stres Akademik Pada Mahasiswa Selama Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Covid-19, Ade Chita Putri Harahap dkk melakukan penelitian terkait analisis tingkat stres kepada 300 orang mahasiswa. Disebutkan bahwa dari 300 orang mahasiswa, terdapat sebanyak 39 mahasiswa memiliki tingkat stres akademik kategori tinggi, sebanyak 225 mahasiswa memiliki tingkat stress akademik kategori sedang, dan 36 mahasiswa memiliki tingkat stress akademik kategori rendah.Dari 7 faktor tersebut setidaknya ada 4 faktor yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran daring, di antaranya yaitu tugas perkuliahan, proses pembelajaran daring yang membosankan, tidak dapat mengikuti pembelajaran daring karena kuota internet terbatas, dan tidak dapat mengaplikasikan pembelajaran praktik laboratorium karena tidak tersedianya alat.
Selain faktor-faktor tersebut, ada juga beberapa faktor teknis yang bisa berdampak pada hilangnya motivasi mahasiswa untuk aktif dalam kegiatan perkuliahan. Faktor tersebut dapat berupa gangguan yang menyebabkan mahasiswa kesulitan mengikuti kegiatan pembelajaran daring, di antaranya yaitu terjadinya gangguan jaringan internet dan perangkat elektronik yang kerap eror.
Melihat dampak-dampak tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring memang efektif membuat mahasiswa termotivasi untuk rajin belajar, namun hal itu tidak berlaku bagi mahasiswa yang merasa tertekan secara akademik dan mahasiswa yang tidak memiliki fasilitas bagus untuk mengikuti pembelajaran daring. Diharapkan munculnya suatu kebijakan atau solusi yang dapat membantu mahasiswa-mahasiswa yang mengalami kesulitan ini, sehingga mereka bisa menjalani pembelajaran daring dengan nyaman. Selain itu, semoga pandemi Covid-19 di Indonesia bisa segera berakhir, sehingga proses pembelajaran bisa dilakukan kembali dengan metode seperti biasa, atau tatap muka.