Penulis Gadungan- judul ANAK DUSUN JUGA BISA NGAMPUS

17 April 2015 21:15:00 Dibaca : 193 Kategori : coretan-coretan

 Kampus adalah tempatnya pencucian orang miskin
 Miskin harta, miskin ilmu dan miskin moral (siWalker)

Ngampusssss.....Siapa yang bilang ngampus harus orang yang berduit? Pertanyaan ini yang sering muncul untuk temannya ketika si anak dusun pulang ke kampung halaman. “So mahasiswa situ we, nya sombong orang ada uang” ujar temannya kepadanya, ini menjadi tanda tanya besar untuk kita yang ingin meraih impian. Sekedar meluruskan persepsi ungkapan diatas agar bisa lebih memikirkan apa yang akan kita lakukan kedepan supaya kita bisa melanjutkan keperguruan tinggi, bukan memikirkan apa yang akan menyusahkan kita nanti. Kebanyakan orang lebih memikirkan yang susahnya daripada jalan keluarnya, sehingga bisa berpengaruh dengan adanya kemauan dan bisa membuat lemah daya dorong untuk maju.

Anak dusun? Iya,, Dia anak dusun utara ujung pinggir kali, kali yang menjadi batasan dengan desa tetangga yang terletak di desa sipayo kecamatan paguat kabupaten Pohuwato. Ia dilahirkan dari rahim seorang ibu dengan berstatus URT (urusan rumah tangga) dan ayahnya seorang petani. Ibu URT itu sering di panggil dengan panggilan ma’tei (sapaan akrab) dengan nama lengkap Teti Husain dan petani itu sering di sapa dengan sapaan Ga’u yang bernama lengkap Abd. Gafar Djauhari. Ayah dan Ibu tersebut di karunia dengan delapan (8) anak, laki-laki berjumlah 5 orang dan 2 orang perempuan dan satunya telah meninggal dunia pada usia sekitar 2 tahun , anak pertama bernama Rizal Djauhari (mahasiswa jur. Peternakan di Universitas Negeri Gorontalo), ke-2 Rizky Djauhari(mahasiswa jur. Ilmu Komunikasi di Universitas Negeri Gorontalo), ke-3 Richat Djauhari (siswa SMA), ke-4 fingky Djauhari (siswa MTS), ke-5 Rahman Djauhari (murid di MI), ke-6 fingkan Djauhari (murid di MI), ke-7 Rahim Djauhari (TK) dan satunya lagi hampir lupa anak pertama dilahirkan dari suami sebelum ayah dari anak dusun tersebut bernama Riyan Rauf.

­ Orang tua dari ke delapan anak tersebut mampu menyekolahkan anaknya dari anak bungsu sampai anak sulungnya dengan tekad yang kuat tanpa memikirkan tanggungan biaya dari kebutuhan primer, sekunder dan tersier ke depannya bagaimana karena berprinsip pendidikan itu perlu sebagai barometer untuk mencapai impian.

Siapa si Anak Dusun?

Dia si anak kedua dari ibu URT dan Ayah petani tersebut. Rizky Djauhari (DJAUH dimAta deRas dihatI) dengan nama paling panjangnya rizky aditya fernendi sandika erlangga syaputra wijaya kusuma yongma rescucer disfencer walker djauhari adalah salah satu mahasiswa di jurusan Ilmu komunikasi angkatan ke-2 di fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo (UNG), UNG adalah salah satu Universitas terbesar dan satu-satunya campus Negeri di kota Gorontalo.

Berjalannya kegiatan perkuliahan, si anak dusun dan kakaknya yang bernama rizal sempat di hadapi dengan masalah yang bisa menghambat perkuliahan, di pertemukan dengan masalah yang harus ada korban antara anak dusun dan rizal, pengeluaran biaya kuliah begitu menguras kantong dari seorang petani agar rizal mengikuti PKL (praktek kerja lapangan) dan di susul dengan KKS (kuliah kerja sibermas) yang bisa saja berefek pada anak dusun untuk pembayaran SPP tiap semester. Dengan waktu yang sempit, anak dusun berusaha untuk mengantisipasi sebab ada angin bahagia sempat masuk ke telinga anak dusun dengan adanya kebijakan Universitas (jika Universitas memiliki dua orang mahasiswa yang bersaudara kandung bisa mengurus pengurusan keringanan biaya SPP, suara mahasiswa). Dan ternyata tidak sesuai harapan, bahwa pernyataan tersebut berlaku pada kurikulum sebelumnya periode kemarin. Akhirnya dengan suara kecil keluar dari mulut rizal ”soal wisuda biar le lambatasal di waktu yang tepat”. Ia sebagai kakak dari si Anak dusun berlaku bijak untuk menunda kegiatan KKS itu semata-mata untuk pemenuhan biaya SPP adiknya.

Anak dusun yang sering di sapa dengan sapaan si walker. Ia adalah salah satu mahasiswa yang bimbang akan perjalanan hidup untuk berkarir, selalu pesimis, lebih banyak frustasi dari pada aksi, takut gagal tapi ingin sukses dan masih banyak lagi. Disamping ngampus Anak dusun utara atau “walker” sering memikirkan generasi anak-anak dusun sekitar tersebut ke depan dengan satu konsep untuk mementingkan generasi mendatang, dia berupaya bagaimana cara agar bisa tersalurkan apa yang didapatkanya dari bangku kuliah. Tanpa berpikir panjang anak dusun memutuskan untuk mendirikan kelompok kecil di dusun sekitarnya yang beranggotakan 5 orang dan kelompok kecil itu di putuskan menjadi kelompok yang bernama Walker Community (perkumpulan pejalan kaki yang berarti segalanya berawal dari jalan kaki/dari angka nol untuk Sukses) dengan slogannya “Berawal dari kegagalan berakhir dengan kesuksesan”. Seiring berjalanannya waktu, perecrutan terjadi untuk kelompok walker dengan beranggotakan sekitaran 40 orang, dan sampai saat ini masih dalam proses berkembang dengan satu tujuan untuk menjadi komunitas yang mampu dijadikan sebagai cermin dalam sebuah komunitas di sisi positifnya.

Sifat ilmu yaitu jika di bagikan tidak berkurang bahkan bertambah dan jika tidak dibagikan sia-sia punya ilmu.