ANDAI AKU JALAN KAKI, Masihkah Engkau Selalu Ada Untukku?

07 February 2013 13:18:55 Dibaca : 1966

“Aku ‘kan selalu ada untukmu, Sayang, aku nggak bisa hidup tanpamu…”

Gubrakkk…!!

Aku terjungkal. Sucikah bisikan itu? Jangan-jangan karena aku tajir, mapan, keren, pintar, dan popular? Apakah engkau masih akan selalu ada untukku andai aku hanya jalan kaki, dengan tubuh tanpa Bvlgari, dan dompet isi seribu?

Andai aku jalan kaki, dibawah terik matahari, bermandi keringat, menahan lapar, bertubuh dekil nan buluk, dengan dompet kemps yang tak bisa untuk beli sebuah air kemasan gelas, akankah kau, kau, kau, yang kini selalu tersenyum tersenyum manis dan mendengarkanku, tetap mau menyapaku, tersenyum padaku, menyentuh lenganku, merangkulku, memelukku, menciumku, dan menganggapku manusia?

Bukan hanya soal ketulusan cinta dan pesona berlian, juga tentang rahasia pilihan hidup, makna komitmen, chinistry pasangan hidup, tajamnya mulut, hingga arti kematian, di suguhkan dalam kisah-kisah popcorn yang begitu renyah dan menyentuh hati, berbumbu jenaka tajam, satire, bentakan, dalam bentangan padang savanna makna kebajikan yang tak bertepi. Mudah dibaca sekali duduk dimana saja, sebutlah busway, bahkan secara terpisah-pisah, serial popcorn ini menggasak ruhani terdalam setiap kita tentang siapa gerangan sesungguhnya aku, engkau, dan dia, dalam hiruk-pikuk kehidupan ini.

 

Edi Mulyono

Dalam buku “Andai Aku Jalan Kaki, Masihkah Engkau selalu ada Untukku?

(Catatan-Catatan HATI,

Tentang Aku, Engkau, dan Dia)