Laporan Praktikum Ilmu Aneka Ternak dan Satwa Harapan (Angsa)

17 July 2018 01:43:48 Dibaca : 4428

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU ANEKA TERNAK DAN SATWA HARAPAN (ANGSA)

OLEH:

SARNI HUSIN
NIM. 621414036

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktikum Ilmu Aneka Ternak dan Satwa Harapan (Angsa)

Oleh Kelompok …
Telah Memenuhi syarat dan Telah Diterima Sebagai Laporan Akhir Praktikum

Disetujui tanggal…

Menyetujui:

Ketua Jurusan Peternakan Pelaksana Praktikum

Ir. Nibras K. Laya, MP. Ir. Syukri I. Gubali, MP.
NIP. NIP.

Mengetahui:

Dekan Fakultas Pertanian

Moh. Ikbal Bahua
NIP.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul "Ternak Angsa". Laporan ini berisi tentang asal-usul angsa dan juga cara pemeliharaan serta produksi angsa. Laporan praktikum disusun guna melengkapi syarat untuk memperoleh nilai praktikum dalam mata kuliah Aneka Ternak dan Satwa harapan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan praktikum ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi teknik penulisan maupun rangkaian isi laporan. Oleh karena itu, bimbingan serta arahan dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penulisan-penulisan selanjutnya kearah yang lebih baik
Penulis berharap, dengan adannya laporan praktikum ini semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Gorontalo, Maret 2018

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
BAB III METODE PRAKTIKUM 6
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 6
3.2 Variabel yang Diamati 6
3.3 Prosedur Kerja 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 7
4.1Hasil Pengamatan 7
4.2 Pembahasan 7
4.2.1 Asal-usul angsa 7
4.2.2 Perbedaan Angsa Jantan dan Betina 8
4.2.3 Produksi 9
4.2.4 Kandang 9
4.2.5 Pakan 10
BAB V PENUTUP 12
5.1 Kesimpulan 12
5.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
DOKUMENTASI 14


DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Angsa 3
Gambar 2. Telur Angsa 9

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil pengamatan 7
Tabel 2. Hasil pengamatan perbedaan angsa jantan dan betina 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aneka ternak merupakan berbagai macam ternak yang sengaja dipelihara dan dikembangbiakkan selain ayam, itik, sapi, kebau, kambing, domba dan babi. Aneka ternak adalah hewan yang belum lazim diternakkan tetapi dapat dan baru dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik sebagai sumber pangan, maupun untuk tujuan hobi atau kesenangan.
Ternak-ternak yang ada sekarang ini bermula dari hewan-hewan yang liar. Adanya kepentingan manusia terhadap hewan-hewan liar tersebut sehingga manusia melakukan penjinakan atau dikenal dengan istilah domestikasi sehingga menjadi hewan piara yang berguna dan bermanfaat bagi manusia.
Salah satu hewan yang termasuk dalam aneka ternak adalah angsa. Di Indonesia, angsa dipelihara dalam jumlah kecil di berbagai tempat. Tidak adanya statistik yang tepat untuk Indonesia sehingga sulit menaksir presentase angsa terhadap populasi unggas. Hal tersebut berarti bahwa sejauh ini upaya peningkatan galur angsa dalam hubungannya terhadap kemampuan genetik adalah sedikit sekali.
Angsa mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat diantara semua unggas, dan yang paling efisien dalam konversi bahan pakan khususnya pada mur 8-10 minggu pertama. Angsa juga hampir bebas penyakit dan merupakan hewan pencari makanan ulung di kebun. Meskipun demikian, angsa merupakan unggas penghasil daging yang tidak populer. Kedudukan angsa yang masih sangat rendah dipandang dari sudut ekonomi, sehingga menyebabkan minimnya data penelitian terhadap kebutuhan makan dan zat-zat nutrisi yang dibutuhkan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana produksi, kandang dan pakan angsa di lokasi praktikum?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui produksi, kandang, dan pakan angsa yang ada di lokasi praktikum yang dibandingkan dengan teori-teori yang telah ada.
1.4 Manfaat
Menambah wawasan bagi mahasiswa tentang pemeliharaan angsa yang baik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Angsa
Klasifikasi ilmiah angsa
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Anseriformes
Famili : Anatidae
Genus : Cygnus
Spesies : Genera Coscoroba
Coscoroba coscoroba, daerah sebaran di Amerika Selatan. Cygnus olor, daerah sebaran di Eurasia Cygnus atratus Angsa Hitam, daerah sebaran di Australia Cygnus melancoryphus, Spesies daerah sebaran di Amerika Selatan Cygnus cygnus, daerah sebaran di sub-artik Eropa dan Asia Cygnus buccinator, daerah sebaran di Amerika Utara Cygnus columbianus, daerah sebaran di Eropa dan Amerika Utara
(Kear dan Janet, 2005).
Angsa merupakan salah satu jenis unggas yang memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki efisiensi pakan yang tinggi dengan konversi pakan yang rendah, serta memiliki daya tahan terhadap penyakit yang tinggi dibandingkan dengan jenis unggas yang lainnya. Selain memiliki kelebihan yang telah dijelaskan di atas, angsa pun memiliki kelemahan yaitu 1) siklus reproduksi yang lambat, 2) reproduksi tergantung pada musim, serta 3) perilaku kawin secara monogami (Yuwanta, 1999).
Meskipun angsa termasuk kedalam kelompok unggas, namun perilaku makannya lebih mirip ruminansia daripada unggas. Paruh dan lidahnya memudahkannya untuk merumput (Nowland dan Bolla, 2005). Buckland dan Guy (1999) menjelaskan bahwa angsa termasuk unggas yang memiliki intelegensia yang cukup tinggi. Angsa dikenal memiliki daya ingat yang baik dan tidak akan lupa pada seseorang, hewan atau situasi tertentu sehingga sangat baik dijadikan sebagai hewan penjaga. Angsa dapat hidup dengan harmonis dan tidak memiliki sifat kanibalisme. Angsa dapat kembali ke rumah walaupun pergi sejauh 5 km atau lebih. Angsa dapat hidup pada berbagai kondisi lingkungan, mulai dari yang panas sampai yang dingin. Hanya saja ketika angsa baru dilahirkan sampai umur 1 minggu angsa harus dijaga dari suhu udara yang dingin. Angsa yang belum didomestikasi hidup hanya dengan satu pasangan tetapi angsa yang telah didomestikasi dapat dipasangkan dengan 4-5 ekor betina.
Bangsa angsa yang telah dibudidayakan adalah chinese geese. Chinese geese merupakan salah satu bangsa angsa yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan Indonesia (Yuwanta, 1999). Chinese geese berasal dari daerah sekitar Cina, Siberia dan India. Angsa ini dikembangkan dari swan goose (Bartlett, 1995). Angsa jenis ini merupakan angsa jenis sedang berwarna terang, denganberat antara 8-12lbs (4-6 kg), serta dapat dijadikan sebagai penghasil telur yang baik (Ashton and Ashton, 2005).
Buckland dan Guy (1999) menjelaskan bahwa ada dua varietas angsa chinese, yaitu white chinese geese dan brown chinese geese, namun white chinese geese yang lebih popular. White chinese geese memiliki shank, paruh dan knob yang berwarna orange sedangkan brown Chinese geese memiliki shank orange namun paruh dan knobnya berwarna hitam atau hijau sangat tua. Knob dapat dijadikan sebagai identifikasi jeniskelamin ketika usia 6-8 minggu, dan tidak mungkin sebelum itu. Knob pada jantan lebih besar daripada knob pada betina. Chinese geese memiliki bobot yang relatif lebih kecil apabila dibandingkan dengan angsa bangsa lain. Angsa chinese memiliki produksi telur yang tinggi, yaitu mencapai 100 butir telur selama 5 minggu masa bertelur sedangkan bangsa angsa yang lain produksinya hanya mencapai 40-60 butir telur. Telur angsa chinese memiliki bobot yang ringan apabila dibandingkan dengan bangsa angsa yang lain. Bobot telur angsa Chinese rata-rata 120 g/butir sedangkan bangsa angsa yang lain bobot telurnya dapat mencapai 140-210 g/butir.

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum pengamatan angsa dilakukan pada hari minggu tanggal 5 maret 2018. Bertempat di peternakan rakyat atas nama pak Ikbal, di kelurahan Moodu, Kecamatan Kota Timur, Kota Gorontalo.
3.2 Variabel yang Diamati
1. Perbedaan angsa jantan dan betina
2. Produksi
3. Kandang
4. Pakan
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur dalam kegiatan praktikum ini yaitu dengan observasi secara langsung ke lokasi, dan wawancara dengan pemilik peternakan angsa, serta pengambilan dokumentasi kegiatan dengan kamera handphone.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan
No. Identitas Ternak Uraian
1 Jenis ternak Angsa putih
2 Jumlah ternak 5 ekor
3 Nama Peternak Pak Ikbal
4 Alamat Kelurahan Moodu, Kecamatan Kota Timur, Kota Gorontalo

4.2 Pembahasan
4.2.1 Asal-usul angsa
Angsa adalah salah satu dari jenis hewan yang mula pertama diternakan orang. Gambaran tentang angsa tertera pada dinding peninggalan kuno Raja Tut di kawasan Asia Kecil. Bila ditengok kembali pada kebiasaan yang berlaku di negeri Cina pada tahun 4000 tahun sebelum Masehi, hadiah kesukaan orang tua bagi anak-anak mereka yang akan menikah adalah berupa sepasang angsa hidup yang merupakan perlambang perkawinan yang langgeng dan penuh kesetiaan.
Di alam kehidupan liar, angsa merupakan hewan yang bersifat monogami yang kawin hanya dengan satu ekor pasangan tetapnya saja. Dengan terus berjalannya sejarah, angsa menjadi terkenal sebagai 'hewan untuk perayaan perkawinan', bukan semata sebagai perlambang kesetiaan tetapi juga keberuntungan. Tidak banyak lagi yang diketahui mengenai cerita tentang angsa. Suatu ketika angsa dijuluki sebagai 'silly bird, too much for one and too little for two'. Pada saat ini pemasaran daging angsa telah berkembang, dikemas rapi dan siap untu dimasak, sehingga sangat memudahkan konsumen. Angsa pada jaman sekarang menjadi 'too much for two' dan
bahkan cukup untuk dinikmati oleh seluruh anggota keluarga.
Para pendahulu di Amerika Serikat telah lama memanfaatkan angsa dan produk-produk yang berasal dari angsa. Para pemukim pertama di kawasan New England berjuang keras untuk bertahan terhadap dinginnya musim salju yang mencekam. Dengan cepat mereka berusaha memanfaatkan bulu angsa yang lembut itu, hingga mereka dapat merasa hangat.
4.2.2 Perbedaan Angsa Jantan dan Betina
Kebanyakan orang awam tidak bisa membedakan mana angsa jantan dan mana angsa betina. Hal ini sangat berbeda dengan ayam, dimana ayam jantan dan betina dapat degan mudah dikenali dari tampilan luarnya dan juga dari suaranya.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Perbedaan Angsa Jantan dan Betina
No. Performans Jantan Betina
1 Ukuran tubuh Lebih besar Besar
2 Leher Lebih panjang Panjang
3 Jendolan Lebih besar Besar
4 Dada Lebih mendongkak Mendongkak
5 Suara Sangat melengking Melengking

Beberapa ciri-ciri umum angsa yakni :
1. Memiliki ukuran tubuh ayng lebih besar bila dibandingkan dengan bebek.
2. Memiliki leher yang panjang.
3. Memiliki sepasang telinga tetapi tidak memiliki daun telinga.
4. Berkembang biak dengan cara bertelur.
5. Memiliki warna bulu putih, coklat, atau kombinasi keduanya.
6. memiliki paruh yang bsar dan berwarna kuning, ada juga yang berwarna hitam.
7. Memiliki kaki yang besar dan berselaput.
8. Memiliki telur yang lebih besar dibandingkan telur bebek.
4.2.3 Produksi
Gambar 2. Telur angsa
Dari hasil wawancara, diperoleh data bahwa angsa dapat bertelur 2 (dua) kali dalam setahun dengan jumlah 10 butir dalam sekali masa bertelur. Produksi telur 10 butir per masa bertelur, sehingga menghasilkan 20 butir dalam setahun. Di lokasi ini produksi telur bahkan lebih rendah dari pendapat Nowland (1984) yang menyatakan bahwa produksi telur angsa relatif sedikit, yakni 30-50 butir per tahun tergantung jenisnya. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh pemeliharaan yang masih ekstensif. Telur kemudian dierami selama 40 hari. Harga telur perbutir Rp. 50.000, harga anakan Rp. 200.000/ekor, dan harga angsa dewasa Rp. 300.000-400.000/ekor.
4.2.4 Kandang
Angsa tergolong binatang yang tidak betah berada di dalam kandang. Biarkan angsa berkeliaran sampai batas tertentu. Kandang diperlukan sebagai tempat berteduh dari hujan lebat dan angin kencang disamping sebagai tempat tidurnya. Ukuran kandang yang dianggap memadai untuk tiap ekor angsa adalah 1 X 1 meter persegi ditambah 3 sampai 4 X 1 meter persegi sebagai pekarangannya. Atap kandang diusahakan tidak bocor agar waktu hujan tetap kering. Makanan sebaiknya dibiasakan diberikan dalam kandang dalam baskom atau wadah plastik yang terbuka. Air minumannya diusakan berada di luar kandang untuk menjaga agar kandang tetap kering. Sarang tidak diperlukan kecuali sudah ada yang bertelur. Sarang bisa dibuat dari kotak kayu yang di dalamnya diberi alas dari serutan kayu atau pecahan strowbur. Cahaya di kandang harus cukup untuk menstimulasi percepatan produksi telur.
Pengaturan suhu adalah salah satu yang dibutuhkan dan pada angsa pengaturan suhu ini dibutuhkan sampai tiga minggu setelah lahir. Sedapat mungkin dalam pemanasan tidak terjadi perubahan suhu yang besar dan tiba-tiba. Oleh sebab itu disarankan suhu pemanas harus stabil dan menyala selama 24 jam. Sesaat setelah lahir suhu yang baik untuk anak angsa adalah 36-37°C dan dapat diturunkan menjadi 32-33°C pada akhir minggu pertama, serta sampai 23-25°C pada minggu kedua. Setelah memasuki minggu ketiga tidak ada suhu yang disarankan, namun batasan suhu yang diijinkan adalah diatas 20°C karena pertumbuhan bulu akan sempurna pada umur lima minggu.
Di lokasi praktikum, angsa sudah dipelihara selama 3 (tiga) tahun secara ekstensif.
4.2.5 Pakan
Dalam masa pembiakan, pemberian 15% protein ditambah vitamin dalam kadar yang sama seperti untuk ayam dalam masa pembiakan dianggap telah cukup memenuhi kebutuhan nutrisi. Makanan sebaiknya tetap tersedia, demikian pula halnya dengan kulit kerang dan pasir. Makanan lainnya tidak ada yang spesifik, dedak dicampur sayuran atau sisa makananpun tidak menjadi masalah. Angsa sangat lahap dalam memakan rumput atau daun-daunan (Santoso, 2011).
Apabila pemeliharaan angsa dimaksudkan untuk dikonsumsi, umur angsa yang baik untuk dikonsumsi adalah 4 sampai 6 bulan. Keram mereka pada sangkar yang lebih kecil dan berikan makanan penuh (full feed) 3 atau 4 minggu sebelum batas waktu dikonsumsi. Adalah sangat mungkin untuk menumbuhkan angsa lebih cepat dengan memberi makan penuh (full feeding grower-finisher pellets) sepanjang masa pertumbuhan. Akan tetapi bila mereka telah mencapai berat yang diinginkan (5,5 sampai 7,5 kilogram) dalam waktu 12 sampai 14 minggu, maka kondisi bulunya akan banyak bulu-bulu pendek yang akan sulit dicabut dan dibersihkan. Setelah lewat 14 minggu, kondisi bulunya akan cepat membaik. Jadi ada baiknya menghemat rumput dengan membatasi pemberiannya pada masa awal dan berkonsentrasi pada masa akhir menjelang dikonsumsi atau dipasarkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik peternakan angsa, pakan yang diberikan adalah dedak padi, ampas tahu, jagung dan sisa makanan rumah tangga.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dilihat dari segi ekonomi, beternak angsa memamng cukup menjanjikan karena harga perekornya maupun harga telurnya yang lebih tinggi dibanding harga unggas umumnya. Pemeliharaan angsa juga tidak terlalu memerlukan perhatian intensif seperti pada pemeliharaan ayam broiler atau unggas lain.
5.2 Saran
Perhatian terhadap kandang dan pakan tetap perlu dilakukan, karena kedua faktor tersebut merupakan faktor produksi yang tidak bisa disepelekan meskipun ternak tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungan yang buruk. Hal ini agar produksi dapat tercapai secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Ad, M. 2016. 8 Panduan Lengap Cara Budidaya Ternak Angsa Agar Sukses. [on line] diakses tanggal 7 Mei 2018.
Djulardi, A. 2014. Nutrisi Aneka Ternak dan Satwa Harapan. https://www.goodreas.com/book/show/7880320-nutrisi-anka-ternak-dan satwa-harapan
Kear dan Janet. 2005. Ducks, Geese and Swans. Bird Families of the World. Oxford: Oxford University Press.
Novieta, D. I. 2012. Aneka Ternak dan Unggas. http://intan02.blogspot.co.id/2012/01/aneka-ternak-unggas-1.html [on line] diakses tanggal 7 Mei 2018.
Rahman, A. 2014. Kandang yang Nyaman Bagi Angsa. http://laraswati.com/wp- content/uploads/2011/02/19022011009.jpg [on line] diakses tanggal 7 Mei 2018.
Santoso, U. 2011. Budidaya angsa. Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Sudrajat. 2010. Asal-usul klasifikasi unggas. Brawijaya University Press. Universitas Brawijaya.

DOKUMENTASI

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong