ARSIP BULANAN : September 2020

“MAHASISWA BUKAN HANYA KULIAH”

17 September 2020 19:37:11 Dibaca : 14

Siapa bilang organisasi menghambat kita dalam berprestasi di bidang akademik? Banyak dikalangan mahasiswa berpendapat bahwa dengan organisasi akan mengakibatkan berkurangnya prestasi dalam bidang akademik, bahkan ada pula mahasiswa yang menjadikan suatu organisasi tertentu dalam menurunnya tingkat prestasi akademik, dalam hal ini para mahasiswa perlu mengetahui apa sih itu organisasi? 

Organisasi merupakan sebuah sistem kerja sama antara dua orang atau lebih yang memiliki visi dan misi yang sama serta teroganisir. Sistem tersebut merupakan kesatuan organis yang menyeluruh dan saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, serta bersifat dinamis.  Tapi, sebagian masyarakat menganggap bahwa pengertian tersebut tidak akan bisa membuat orang dengan mudah memahami arti penting dari keterlibatan orang lain dalam sebuah organisasi. Mereka masih menganggap bahwa orang yang berada dalam suatu organisasi tidak akan bisa mengatur waktu antara berorganisasi dan belajar.  Misalnya masuk organisasi itu akan menghancurkan nilai akademik. Persepsi tersebut justru malah membuat mind set khususnya mahasiswa sendiri itu percaya, pengaruh tersebut selalu membayangi pikiran mahasiswa yang baru terjun ke dunia organisasi. Padahal, apa yang ada di mindset mahasiswa itu sendiri malah akan membuat hal tersebut menjadi nyata. 

Sehingga kita seharusnya mahasiswa tersebut mengatur ulang mindset yang awalnya memisahkan antara berorganisasi dengan kuliah dengan menyatukan kedua hal tersebut. Mengapa demikian, karena dengan memisahkan mereka akan membuat kita mempunyai dua beban yang berat.  Tapi, jika kita menyatukan antara satu dengan yang lainnya maka beban yang ada pun akan menjadi satu. Perjalanan antara organisasi dan kuliah pun harus berdampingan. Bila diamati berdasarkan aktivitasnya, terdapat dua tipe mahasiswa yaitu pertama tipe mahasiswa yang apatis terhadap kegiatan organisasi kemahasiswaan dan kedua adalah tipe mahasiswa aktif di organisasi kemahasiswaan (aktivis). Kedua tipe tersebut sangat jelas terlihat perbedaannya.

Mahasiswa yang apatis itu hanya memikirkan dunia perkuliahannya saja dan segala sesuatunya selalu diukur dengan pencapaian kredit mata kuliah dan indeks prestasi yang tinggi serta berupaya menyelesaikan kuliah dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Namun biasanya tipe mahasiswa seperti ini, akan mengalami kelemahan dalam hal sosialisasi diri dengan lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Dampak negatifnya bisa saja dirasakan ketika telah memasuki dunia kerja. Tipe mahasiswa ini lebih pada sikap pragmatis yang dimilikinya yaitu kuliah secepatnya, lulus jadi sarjana dan siap kerja. Sesederhana itukah kita? Nyatanya dunia kerja tidak sekedar menuntut kualitas kesarjanaan, tetapi juga menuntut kualitas sosialisasi. Apalagi dunia kerja yang menuntut kerja sama dan interaksi yang lebih intensif, serta mengutamakan kemampuan logika berbahasa. Sarjana yang hanya sekedar mengandalkan logika dunia keilmuannya tentu akan tersisih.

Sedangkan tipe mahasiswa aktivis adalah mahasiswa yang selain menekuni aktifitas perkuliahan tapi juga menyempatkan untuk mengikuti organisasi kemahasiswaan. Keaktifan di organisasi ini biasanya dilandasi oleh bakat, hobi, tuntutan jiwa organisasi dan kepemimpinan, tuntutan sosial atau berupa pelarian dari aktivitas perkuliahan yang kadang dianggapnya membosankan. Konsekuensi logis dari sosok mahasiswa seperti ini tentunya konsentrasi pemikiran dan waktu akan terbagi menjadi dua, satu sisi pada perkuliahan dan sisi yang lain pada kegiatan organisasi. Kegiatan perkuliahan juga terkadang malah terganggu oleh kegiatan organisasi atau bahkan ada yang meninggalkannya karena terlalu asyik. Sehingga terkadang menjadi alasan pembenar bahwa mahasiswa aktivis adalah mahasiswa abadi dan terancam DO. Namun, bila dilihat dari kemampuan berorganisasi dan kepemimpinan serta sosialisasi tentu akan sangat berbeda bila dibandingkan dengan mahasiswa yang apatis. Pengalaman dalam mengungkapkan realita dan bermain logika dalam berbahasa semakin mematangkan diri sebagai sosok mahasiswa.  Apalagi bila dikaitkan dengan fungsi lain dari kampus sebagai agen perubahan, maka peran para mahasiswa ini tak dapat dilihat dengan sebelah mata. Mereka selalu menjadi motor penggerak dalam menyuarakan aspirasi masyarakat dalam menyikapi tuntutan-tuntutan kritis masyarakat dan permasalahan sosial, ekonomi dan politik lainnya. Kecuali bagi mahasiswa yang membuat aktifitasnya di organisasi kemahasiswaan hanya sebagai pelarian dari aktifitas perkualiahannya. Kegiatan kuliah, penyelesaian tugas, praktikum, aktualisasi ide dan kajian keilmuan, dan sebagainya malah terabaikan. Organisasi kemahasiswaan hanya dijadikan tempat untuk menyenangkan diri. 

Sosok mahasiswa aktivis ini tentunya bukan sosok mahasiswa yang diharapkan. Karena memang kewajiban utama seorang mahasiswa adalah mengikuti perkuliahan dengan penuh tanggung jawab. Tidak dibenarkan bila kegiatan organisasi yang kadang menyita waktu kuliah selalu dijadikan alasan untuk tidak mengikuti kegiatan perkuliahan. 

Mahasiswa demikian tidak mempunyai pegangan yang jelas sebagai seorang mahasiswa. Akibatnya bisa ditebak, penyelesaian kredit mata kuliah menjadi terhambat. Dan bisa saja julukan mahasiswa abadi pun melekat kepadanya. Bahkan bisa mahasiswa terancam DO. Jadi mahasiswa harus mempunyai sudah mempunyai gambaran bagaimana harus bersikap dalam berorganisasi dan bersosialisi. Yang terpenting di dalam kegiatan perkuliahan dan organisasi tersebut mahasiswa harus mampu membagi waktu dan prioritas dari kegiatan-kegiatan yang akan dijalaninya. Semua orang pasti mengunginkan untuk menjadi sarjana plus yaitu sarjana yang tidak hanya pintar dalam keilmuannya tapi juga mampu bersosialisasi dan berorganisasi dengan baik dan bertanggung jawab dengan lingkungannya serta peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

Oleh karena itu, kita harus memperbaiki pemahaman bagaimana cara kita berorganisasi, dari berpikir bahwasanya organisasi merupakan sebuah alasan ketika prestasi kita menurun di bidang akademik menjadi pola pikir yang menjadikan sebuah organisasi menjadi sebuah prestasi yang dapat di banggakan. Terbukti dengan prestasi senior-senior kita yang mengikuti organisasi, hidup dalam perkuliahan jauh lebih baik dari pada yang tidak mengikuti organisasi, mereka yang mengikuti organisasi cenderung lebih aktif dan memiliki pemikiran yang jauh lebih baik daripada yang tidak berorganisasi  Ketika mereka berada di dalam kelas, dan hal itu dapat menampik alasan para mahasiswa yang terkena sanksi bahwa organisasilah yang membuat mereka tidak lagi berprestasi. Mereka yang berkata demikian sebenarnya mereka tidaklah menghayati arti dari organisasi, atau mereka dalam mengikuti organisasi hanya main-main.

Padahalkan ketika kita menyatukan keduanya sangatlah sulit bahkan tak jarang mahasiswa yang terbengkalai kuliahnya karena keasyikan dalam berorganisasi, ini merupakan contoh mahasiswa yang terlalu mengutamakan organisasi, padahal kita harus mengutamakan kedua-duanya sama rata atau harus adil dalam menyikapi keduanya. 

Oleh karna itu, dikatakan bahwa orang yang sukses atau berprestasi dalam bidang akademik dan organisasi akan menjamin kesuksesan di massa yang akan datang, di karenakan orang yang dapat menyatukan keduanya dengan baik orang itu dapat membagi waktu dengan baik antara berorganisasi dan dengan belajar, sehingga ia akan sukses dalam kehidupan massa yang akan datang.

 

“SEJARAH UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO”

17 September 2020 19:36:22 Dibaca : 9

Universitas Negeri Gorontalo (UNG) merupakan universitas yang dikembangkan atas dasar perluasan mandat (wider mandate) dari IKIP Negeri Gorontalo. Keberadaan Universitas Negeri Gorontalo dimulai dari Junior College FKIP Universitas Sulawesi Utara-Tengah (UNSULUTTENG) Manado di Gorontalo berdasarkan surat keputusan pejabat Rektor UNSULUTTENG Nomor 1313/II/E/63 tanggal 22 Juni 1963, Cabang FKIP UNSULUTTENG di Gorontalo berdasarkan Surat Keputusan Menteri PTIP nomor 67 tahun 1963 tanggal 11 Juli 1963, IKIP Manado Cabang Gorontalo berdasarkan Surat Keputusan Menteri PTIP Nomor 114 tahun 1965 tanggal 18 Juni 1965, FKIP UNSRAT Manado di Gorontalo berdasarkan Keppres nomor 70 tahun 1982 tanggal 7 September 1982, STKIP Gorontalo berdasarkan Kepres RI nomor 9 tahun 1993 tanggal 16 Januari 1993, IKIP Negeri Gorontalo berdasarkan Kepres RI nomor 19 tahun 2001 tanggal 5 Februari 2001.

Perubahan IKIP Negeri Gorontalo menjadi Universitas Negeri Gorontalo ditetapkan dengan surat Keputusan Presiden RI nomor 54 tahun 2004 tanggal 23 Juni 2004. Hari lahir UNG ditetapkan sama dengan lahirnya cabang FKIP UNSULUTTENG di Gorontalo yaitu, tanggal 1 September 1963 sebagaimana dinyatakan dalam surat keputusan menteri PTIP nomor 67 tahun 1963 tanggal 11 Juli 1963. Dalam perjalanannya selama 50 tahun telah mengalami tujuh kali pergantian pimpinan dan enam kali perubahan nama lembaga. Secara rinci nama pejabat pimpinan sejak tahun 1963 – sampai sekarang sbb :

v  Drs. Idris Djalali - Dekan Koordinator  IKIP Yogyakarta Cab. Manado di Gorontalo - 1963-1966

v  Drs. Ek. M. J. Neno - Dekan Koordinator IKIP Manado Cab. Gorontalo - 1967-1969

v  Prof. Drs. H. Thahir A. Musa - Dekan Koordinator    IKIP Manado Cab. Gorontalo - 1969-1981

v  Prof. Drs. H. Kadir Abdussamad - Dekan FKIP Unsrat Manado di Gorontalo - 1982-1988

v  Drs. H. Husain Jusuf, M.Pd - Dekan FKIP Unsrat Manado di Gorontalo - 1989-1992

v  Prof. Dr. H. Nani Tuloli

 

Dekan  FKIP Unsrat Manado di Gorontalo - 1992-1993

Ketua STKIP Negeri Gorontalo - 1993 - 2001

Pj. Rektor IKIIP Negeri Gorontalo - 2001 - 2002

Prof. Dr. Ir. H. Nelson Pomalingo, M.Pd 

Rektor IKIP Negeri Gorontalo - 2002-2004

Rektor Universitas Negeri Gorontalo  - 2004-2010

Dr. H. Syamsu Qamar Badu, M.Pd - Rektor Universitas Negeri Gorontalo - 2010 - 2019

Dr. H. Eduart Wolok, ST, MT - Rektor Universitas Negeri Gorontalo - 2019 - 2023

 LOGO UNG

 

 

 

 

 

Keterangan Logo

Kurva segi lima sama sisi adalah ornamen khas daerah Gorontalo melambangkan lima sila dari dasar negara pancasila yang menjadi azas UNG, serta lima sendi peradaban Gorontalo yang disebut {Payu Limo to Talu, Lipu Pei Hulalu}Kerangka bunga teratai yang telah mekar penuh mengandung harapan UNG akan menghasilkan SDM yang utuh dan berkualitas.Lingkaran bola dunia melambangkan komitmen untuk mencapai visi, misi dan tujuan UNG, sedangkan warna biru melambangkan keamanan dan perdamaian.Buku berwarna putih yang terbuka memiliki makna sikap terbuka dan semangat yang tinggi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya.Pena berbentuk ornamen lima mata melambangkan antara ilmu agama, ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya merupakan satu kesatuan yang utuh dalam dunia pendidikan.Mahkota raja berwarna hitam dengan hiasan kuning emas melambangkan kebudayaan, keteguhan dan kejayaan suatu martabat. 23 butir emas melambangkan hari bersejarah masyarakat Gorontalo, di mana tanggal 23 Januari 1942 sebagai hari kemerdekaan masyarakat Gorontalo dan sekaligus tanggal 23 Juni 2004 hari peresmian UNG oleh Presiden RI.Sayap burung Maleo berwarna jingga melambangkan semangat juang yang tinggi serta gerakan dinamis civitas akademika dalam mengembangkan UNG 

 

 

 

 

 

 

"Aktivis", mungkin kata ini sudah sering kita dengar dalam lingkungan kampus. Jika sebagian besar mahasiswa ditanyai mengenai "Mahasiswa aktivis",mungkin dengan serta merta mereka menjawab bahwa menjadi seorang mahasiswa aktivis itu tidak keren, IPK nya selalu jelek, atau dengan alasan yang lebih rasional mereka menjawab bahwa menjadi aktivis itu hanya menghabiskan waktu belajar karena sebagian besar waktu dihabiskan untuk berorganisasi.

Nah, itu pemikiran yang kurang tepat yah kawan-kawan. Mengapa saya berkata demikian ? Karena ketika kita mulai memilih untuk menjadi seorang mahasiswa aktivis berarti kita mulai bergerak melakukan sebuah perubahan. Untuk itu melakukan sebuah perubahan, kita membutuhkan yang namanya wadah atau tempat. Ibarat kata kita ingin pergi ke suatu tempat, kita tentunya memerlukan kendaraan untuk sampai ke tempat tujuan dengan kendaraan inilah kita mampu berkendara ke tempat tujuan tersebut. Begitupun sebaliknya, dengan wadah organisasi dan memutuskan untuk memulai berorganisasi, maka kita akan mampu mencapai sebuah perubahan.

Kemudian, perubahan apa yang dimaksud ? Tentu saja perubahan yang lebih baik dalam masyarakat karena sesungguhnya kita sebagai mahasiswa adalah penyambung lidah rakyat, sebagai penyalur aspirasi masyarakat, membantu mereka yang kurang beruntung, yang tidak sempat merasakan pendidikan. Kalian mungkin bertanya - tanya terkhususnya bagi mahasiswa baru yang mulai menempa diri di bangku perkuliahan, "Mengapa saya harus memilih menjadi seorang aktivis ?", "Apa untungnya bagi saya dalam dunia perkuliahan apabila saya menjadi seorang aktivis ?"penulis akan sedikit memaparkan beberapa dari sekian banyaknya manfaat dari berorganisasi atau menjadi seorang mahasiswa aktivis :

Pertama, siapa yang tidak ingin memiliki banyak teman ? dengan berorganisasi kalian akan memiliki banyak teman dari berbagai jurusan, bahkan dari berbagai kampus. Kedua, jiwa sosial kalian akan terbangun dengan sendirinya ketika kamu menjadi seorang aktivis. Ketiga, kalian akan mendapatkan pengetahuan baru, mulai dari pengetahuan berorganisasi dan lain lain yang tidak kalian dapatkan di bangku perkuliahan. Keempat, kalian akan pandai mengatur waktu karena kalian akan dibiasakan mengatur waktu kuliah dan waktu berorganisasi.

Dari pernyataan diatas adalah beberapa dari sekian banyaknya manfaat jika kalian memilih untuk menjadi seorang mahasiswa aktivis. Penulis sendiri adalah seorang mahasiswa aktivis, dan manfaat yang telah disebutkan diatas adalah berdasarkan pengalaman penulis selama berkecimpung dalam dunia organisasi. Jadi, kesimpulannya adalah Mari berorganisasi. Hidup mahasiswa !

 

 

 

 

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong