PKKMB DI MASA PENDEMI

04 August 2021 13:50:11 Dibaca : 20

Di Masa Pandemi Covid-19 ini mengharuskan kita melakukan banyak kegiatan tanpa tatap muka. Seperti kegiatan Orientasi Mahasiswa Baru atau yang biasa kita sebut "Ospek". Jika sebelumnya ospek dilakukan secara tatap muka dan banyak kampus berlomba untuk menunjukkan kehebohan dan keindahan koreografi ospek. Sekarang ini para mahasiswa senior dituntut untuk memutar otak, agar ospek tetap dapat berjalan sesuai tujuan tanpa mengurangi euphorianya.

 

Lalu, Apakah adanya ospek secara online akan merubah budaya yang ada sebelumnya, baik positif maupun negatif? Tentunya budaya ini telah lama berlangsung di Indonesia. Beberapa budaya ospek yang ada seperti memakai atribut-atribut aneh, para kaka tingkat yang galak, dokumentasi foto-foto aib, foto koreografi oleh mahasiswa baru atau pembuatan suatu logo atau tulisan yang dilakukan bersama-sama, masih banyak lagi.

 

Hari ini, ternyata masih ada para senior yang memberlakukan budaya lama atau budaya militerisme pada ospek daring. Seperti Ospek pada salah satu kampus di Surabaya. Jagat maya sempat dikagetkan dengan adanya video ospek dengan gaya tegas bahkan terkesan galak. Anehnya, suasana tegang tetqp tercipta meski ospek berlangsung secara daring. Video berdurasi 30 detik viral itu viral di media sosial sejak Senin (14/9/2020) malam.

 

Dalam unggahan tersebut, terdengar suara tinggi sang sejior yang meminta untuk memperlihatkan ikat pinggang sang mahasiswa baru.

 

Seorang mahasiswi baru (maba) yang mengenakan setelan jilbab hitam, rok hitam, dan kemeja lengan panjang motif polkadot, dalam posisi berdiri, menimpali, "enggak ada, mbak".

 

“Ikat pinggang kamu mana? Ikat pinggang diperlihatkan!” Seorang senior laki-laki membentak mahasiswa baru lewat layar. “Enggak ada, kak.” Jawab mahasiswa baru itu yang berkerudung dan berkacamata, perempuan, menjawab pertanyaan si panitia.

 

“Enggak ada. Enggak dibaca tata tertibnya?” Timpal seorang panitia perempuan. Si mahasiswi baru hanya bisa meminta maaf dengan mimik muja memelas. “Maaf, kak.”

 

Sangat disayangkan ya, di Era modern dan ditengah masa pandemic covid-19 ini masih ada Budaya Militeristik atau budaya kekerasan. Seharusnya lingkungan kampus itu bebas dari perpeloncoan, apalagi untuk dikenalkan kepada mahasiswa barunya.

 

Seperti kata direktur Jenderal Pendidikan Tinggi kemendikbud Nizam kepada merdekacom, selasa (15/9) "Saya menekankan agar kita membangun kampus yang aman dari bully-ing dan kekerasan seksual, sehat seperti no drug, no smoke, sehat jasmani, rohani, spiritual, emosional, sosial, nyaman inklusif, ramah difabel, tidak ada paham eksklusif".

 

Idealnya, menurut Remy Hastain selaku koordinator BEM Seluruh Indonesia (BEM SI), tujuan ospek adalah memberikan penyadaran kepada para mahasiswa baru bahwa pelajar di perguruan tinggi itu juga memiliki fungsi sosial di masyarakat, bukan hanya wajib menuntut ilmu.

 

“Jangan sampai dihilangkan esensi dan tujuan dari ospek sehingga melenceng [ke] hal-hal yang mewarisi dendam, hal-hal yang tidak baik,”ujarnya.

 

Masa orientasi yang mengandalkan budaya kekerasan hanya akan menumpulkan nalar kritis mahasiswa. Ini paradoks dengan tujuan utama didirikannya kampus: sebagai mimbar kebebasan akademik. Dengan metode bergaya militer, upaya mencerdaskan dan memerdekakan manusia menjadi hilang. Terang Ubaid Matraji, Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI).

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong