Penjilat Dungu
Saya sangat terinspirasi dengan metode dialektika dari filsuf Sokrates dalam mencari ilmu pengetahuan. Di mana sang guru sejati ini selalu mengatakan bahwa pengetahuan sejati adalah mengetahui bahwa kamu tidak tahu apa-apa. Inilah makna dungu bagi kita para pencinta dunia filsafat.
Dari Yunani kuno, saya membawa kita untuk melihat situasi dan kondisi bangsa kita saat ini. Di mana aku dan diriku yang lain adalah penjilat dungu dalam republik ini! Mengapa saya katakan demikian?
Sebab kita selalu mendukung wacana dan retorika bullshit dari para penguasa. Apalagi penguasa
Saya terkejut dan tersihir dengan status WhatsAPP dari Wartawan senior dari kota kelahiranku. Beliau mengatakan," Pendukung dinasti politik adalah penjilat-penjilat dungu."
Istilah dungu saya sudah terbiasa mendengarnya dari Rektor sekaligus dosen Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang. Sewaktu masih berstatus sebagai mahasiswa pengantar filsafat, kami selalu diidentikkan dengan 'dungu.'
Dungu adalah sebutan bagi para pencinta dunia filsafat. Karena dalam dunia filsafat, kita selalu diajarkan untuk selalu menjadi orang dungu/bodoh.
Saya sangat terinspirasi dengan metode dialektika dari filsuf Sokrates dalam mencari ilmu pengetahuan. Di mana sang guru sejati ini selalu mengatakan bahwa pengetahuan sejati adalah mengetahui bahwa kamu tidak tahu apa-apa. Inilah makna dungu bagi kita para pencinta dunia filsafat.
Dari Yunani kuno, saya membawa kita untuk melihat situasi dan kondisi bangsa kita saat ini. Di mana aku dan diriku yang lain adalah penjilat dungu dalam republik ini! Mengapa saya katakan demikian?
Sebab kita selalu mendukung wacana dan retorika bullshit dari para penguasa. Apalagi penguasa yang selalu berorientasi pada pemenuhan ego sendiri dan koloninya. Dalam hal ini para 'pendukung dinasti politik yang merupakan penjilat-penjilat yang tak berperikemanusiaan.
Diriku yang lain (Liyan) sementara berjuang untuk bertahan hidup di tengah perubahan revolusi industri 4.0. Sementara para penjilat dungu terus mencari sensasi di dalam ruang publik. Ruang publik seolah dijadikan seperti kamar tidur sendiri. Sesuka hati tanpa memikirkan psikologis dirinya yang lain.
Kemanusiaan itu jauh lebih tinggi daripada kepentingan golongan.