BADAI SAAT AMBISI DIUJUNG GELAR MAHASISWA ABADI
Hai⦠saya ingin menceritakan sedikit putaran badai ambisi saya saat ingin mencantumkan nama pada peserta lolos SBMPTN, saya rasa diluar sana tidak sedikit orang-orang yang berlomba-lomba memperjuangkan hal yang juga saya perjuangkan sekarang.
Namun setelah melewati itu ternyata banyak lagi badai dunia perkuliahan yang saya sendiri tidak siap berhadapan dari badai-badai itu. Bayangan menjadi mahasiswa abadi selalu muncul saat saya tidak ingin menyentuh tugas dari dosen yang memberikan tugas tanpa materi penjelasan.
Memang rasanya begitu menyiksa, namun saat aku tahu doa dari sujud-sujud terburu-buruku ada doa yang benar-benar khusuk atas kelancaran dunia perkuliahanku, yaitu doa IBU.
Sebenarnya aku sudah cukup malu saat tahu hal itu selalu diminta beliau saat aku ingin menanamkan mimpi ku yang seluas langit pada Universitas Negeri Gorontalo. Kini, doanya tetap sama setelah rasa jenuhku akan dunia perkuliahan ini.
Menghilangkan rasa jenuh terhadap dunia perkuliahan suatu hal yang mempertaruhkan waktu dan usaha. Tidak mudah, hingga tidak sedikit menyalahkan diri sendiri dengan alasan salah jurusan atau perkuliahan hanya menyusahkan saja. Sebenarnya tanpa kita sadari itu adalah sekian banyak badai dunia perkuliahan, hanya saja kita lupa seperti apa tujuan awal kita mencantumkan nama kita di Universitas ini.
Jika saja kita ingat jika mimpi kita tidak pantas patah oleh rasa jenuh ini, maka gelar mahasiswa abadi tidak akan terjadi.
Tak ada yang salah kita mendiamkan tugas-tugas itu, namun ketahuilah bahwa posisi kita ini sedang didoakan oleh orang-orang yang tidak terpilih dari sujud lamanya.
Apa tidak adil jika kita yang sujudnya yang terburu-buru mendapatkan hasil ini dari orang-orang yang mengorbankan semua usaha dan waktu mereka dengan posisi kita.