Pelacuran dan Seks Bebas di Bumi Pertiwi
Pelacuran dan seks bebas di negara kita ini ibarat penyakit kanker yang sudah mencapai stadium yang benar-benar gawat. Ini terbukti dengan terbongkarnya jaringan Pelacuran Online yang menjajakan ABG di kawasan Bogor yang pearilakunya adalah seorang mahasiswa PTN di kota tersebut.
Pelacuran dan seks bebas ini makin hari makin meningkat dan memprihatinkan sekali. Bisa dikatakan pemerintah kita gagal membangun mental bangsa. Ini terlihat dari meningkatnya jumlah pelacuran di tanah air. Pada tahun 2008, menurut Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Anak (EKSA), sekurangnya 150.000 anak Indonesia menjadi korban pelacuran dan pornografi tiap tahun. Amgka itu meningkat 100% lebih dari statistik badn PBB, Unicef pada tahun 1998 yang mencatat sekitar 70.000 anak Indonesia menjadi korban pelacuran dan pornografi (kompas.com, 14/10/2008).
Koordinator EKSA, Ahmad Sofian, menjelaskan 70% anak yang menjadi korban berusia antara 14 tahun dan 16 tahun. Jumlah lebih kecil dari kenyataan karena pelacuran anak merupakan fenomena gunung es.
Meningkatnya jumlah PSK berarti menunjukan meningkatnya jumlah pria yang gemar berzina. berdasarkan data kementrian kesehatan, diperkirakan ada 6,7 juta laki-laki yang membeli seks pada tahun 2012. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya 3,2 juta (kompas.com, 3/12/2012).
Lebih parahnya lagi banyak para pejabat Negara yang sudah lama menikmati jasa haram ini. Sudah jadi rahasia umum, tak sedikit pejabat yang mendapat gratifikasi seksual berupa pelayanan pelacur. Ironinya, sampai saat ini belum ada undang-undang yang dapat menjeratnya.
Inilah permasalahan yang harus diselesaikan oleh Negara ini. Namun, dalam kenyataan yang pada saat ini, Negara tidak bisa berbuat banyak untuk kemaslahatan publiknya. Karena system pemerintahan yang ada sampai sekarang ini masih dalam era kepemimpinan kapitalisme.
Sebenarnya, jika kita memahami betul system yang sedang digunakan Negara kita ini, kita akan sadara kalau sebenarnya system ini hanya membawa kita kepada kesengsaraan bukan kepada kemaslahatan.
Dalam kenyataan ini, sebenarnya kita msih dijajah oleh para penjajah. Namun bentuknya bukanlah secara fisik, tapi secara pemikiran dan budaya.
Sumber :
AL ISLAM (Hizbut Tahrir Indonesia)
Kompas.com
Pelacuran dan seks bebas di negara kita ini ibarat penyakit kanker yang sudah mencapai stadium yang benar-benar gawat. Ini terbukti dengan terbongkarnya jaringan Pelacuran Online yang menjajakan ABG di kawasan Bogor yang pearilakunya adalah seorang mahasiswa PTN di kota tersebut.
Pelacuran dan seks bebas ini makin hari makin meningkat dan memprihatinkan sekali. Bisa dikatakan pemerintah kita gagal membangun mental bangsa. Ini terlihat dari meningkatnya jumlah pelacuran di tanah air. Pada tahun 2008, menurut Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Anak (EKSA), sekurangnya 150.000 anak Indonesia menjadi korban pelacuran dan pornografi tiap tahun. Amgka itu meningkat 100% lebih dari statistik badn PBB, Unicef pada tahun 1998 yang mencatat sekitar 70.000 anak Indonesia menjadi korban pelacuran dan pornografi (kompas.com, 14/10/2008).
Koordinator EKSA, Ahmad Sofian, menjelaskan 70% anak yang menjadi korban berusia antara 14 tahun dan 16 tahun. Jumlah lebih kecil dari kenyataan karena pelacuran anak merupakan fenomena gunung es.
Meningkatnya jumlah PSK berarti menunjukan meningkatnya jumlah pria yang gemar berzina. berdasarkan data kementrian kesehatan, diperkirakan ada 6,7 juta laki-laki yang membeli seks pada tahun 2012. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya 3,2 juta (kompas.com, 3/12/2012).
Lebih parahnya lagi banyak para pejabat Negara yang sudah lama menikmati jasa haram ini. Sudah jadi rahasia umum, tak sedikit pejabat yang mendapat gratifikasi seksual berupa pelayanan pelacur. Ironinya, sampai saat ini belum ada undang-undang yang dapat menjeratnya.
Inilah permasalahan yang harus diselesaikan oleh Negara ini. Namun, dalam kenyataan yang pada saat ini, Negara tidak bisa berbuat banyak untuk kemaslahatan publiknya. Karena system pemerintahan yang ada sampai sekarang ini masih dalam era kepemimpinan kapitalisme.
Sebenarnya, jika kita memahami betul system yang sedang digunakan Negara kita ini, kita akan sadara kalau sebenarnya system ini hanya membawa kita kepada kesengsaraan bukan kepada kemaslahatan.
Dalam kenyataan ini, sebenarnya kita msih dijajah oleh para penjajah. Namun bentuknya bukanlah secara fisik, tapi secara pemikiran dan budaya.
Sumber :
AL ISLAM (Hizbut Tahrir Indonesia)
Kompas.com