RESUME
Secara umum kegiatan seorang jurnalis adalah mencari mengumpulkan mengolah dan mempubliskan sebuah peristiwa yang dianggap berita
Aktivitas atau proses jurnalistik utamanya menghasilkan berita, selain jenis tulisan lain seperti artikel dan feature. Berita adalah laporan peristiwa yang baru terjadi atau kejadian aktual yang dilaporkan di media massa.
Tahap-tahap pembuatan/penulisan berita adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan fakta dan data peristiwa yang bernilai berita –aktual, faktual, penting, dan menarik—dengan “mengisi” enam unsur berita 5W+1H (What/Apa yang terjadi, Who/Siapa yang terlibat dalam kejadian itu, Where/Di mana kejadiannya, When/Kapan terjadinya, Why/Kenapa hal itu terjadi, dan How/Bagaimana proses kejadiannya)
2. Fakta dan data yang sudah dihimpun dituliskan berdasarkan rumus 5W+1H dengan menggunakan Bahasa Jurnalistik –spesifik= kalimatnya pendek-pendek, baku, dan sederhana; dan komunikatif = jelas, langsung ke pokok masalah (straight to the point), mudah dipahami orang awam.
3. Komposisi naskah berita terdiri atas: Head (Judul), Date Line (Baris Tanggal), yaitu nama tempat berangsungnya peristiwa atau tempat berita dibuat, plus nama media Anda, Lead (Teras) atau paragraf pertama yang berisi bagian paling penting atau hal yang paling menarik,
Dengan berdasarkan unsur unsur yang diatas seorang jurnalis maupun pihak yang terlibat dalam pembuatan berita itu menyesuaikan dengan apa yang menjadi tumpuan seorang jurnalis pada umumnya yakni konsep 5W+1H
TUGAS 3
KAMPUS LIFE
NURFAN AUNA
291413016
Aktivitas mahasiwa dikampus UNG tidak hanya seputar tentang dunia akademik melainkan juga ada beberapa kegiatan kegiatan yang sering digagas untuk kejayaan HMJ, sebagai contoh adalah HIMAKOM, himakom merupakan himpunan mahasiswa komunikasi yang dalam hal ini di bentengi oleh Zul Mangkau dan kawan kawan, peran dari mereka sangat membantu untuk menjadikan para mahasiswa bisa lebih kreatif dan juga bersaing secara kualitas karena saat ini kreativitas dari mahasiswa komunikasi bukan hanya sekedar isu dan juga wacana tetapi merupakan sesuatu yang benar benar terjadi, karena kemarin himakom menyukseskan kegiatan MILAD komunikasi yang kegiatanya cukup baik dan menarik tetapi tidak hanya itu himakom juga punya program kerja yang tentunya tidak kalah menarik dimana diwaktu dekat dekat ini mereka akan mengadakan pelatihan jurnalis kepada mahasiswa ujar leo selaku sekretaris.
TUGAS 2
DILY LIFE
NURFAN AUNA
291413016
Untuk meningkatkan tingkat keamanan diberbagai tempat, Saat ini peran yang sudah dianggap sangat penting adalah security mulai dari pertokoan,mini market,supermarket,bank dan juga kampus, peran security sangat menjaga tingkat keamanan dari tempat itu sendiri yang dimana mereka (para security) melakukan penjagaan secara ketat selama 24 jam. Salah satunya adalah security yang berada di Universitas Negeri Gorontalo. Bapak Rahman adalah satu anggota dari banyaknya security yang ada di UNG, pekerjaan yang sampai dengan saat ini berumur 8 bulan untuk beliau ternyata memiliki banyak cerita mulai dari peristiwa yang menyenangkan sampai dengan menyakitkan, dimana Ia merupakan orang yang mengemban tanggung jawab tetapi sulit untuk diterapkan secara efektif yang diakibatkan oleh ulah dari mahasiswa serta para pegawai yang ada di UNG, dimana mereka sering tidak mengikuti aturan dengan berbagai macam alasan, mulai dari buru buru dan lainya sehingga tidak meyesuaikan dengan lajur yang seharusnya, pekerjaan yang begitu menantang untuknya ini diberikan upah sebanyak 1.4 juta/bulan, dan juga diberikan asuransi (BPJS), tetapi meskipun dengan penghasilan seperti itu beliau sudah merasa cukup dan terus menjalankan aktivitasnya sebagai seorang security.
TUGAS 1
Sekedar hanya bercanda ZG harus memenuhi Panggilan dari pihak yang berwajib
Kasus Artis Zaskia Gotik yang merupakan pelantun lagu 1000 alasan, saat ini tengah menjalani proses penyidikan dimana kasus ini sangat mengundang sensasi khususnya kita sebagai warga Negara Indonesia, memang kasus ini hanya sebuah candaan semata oleh ZG tetapi karena berkaitan dengan lambang Negara (PANCASILA) tentunya sangat mengundang opini yang tidak biasanya di kalangan masyarakat khususnya para k...
Lihat Selengkapnya
perspektif
NAMA : NURFAN AUNA
NIM : 291413016
TUGAS : ETIKA FILSAFAT DAN KOMUNIKASI
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Filsafat ilmu komunikasi di definisikan sebagai kegiatan berpikir serta mengkaji secara kritis,cermat,dan mendalam ataupun mengandung nilai-nilai rasionalitas dalam suatu proses komunikasi yang dari unsur-unsurnya mencoba untuk memperoleh jawaban yang tepat dengan terus menanyakan jawaban-jawaban untuk memecahkan masalah dalam proses komunikasi tersebut
Dalam hal ini kegiatan berfilsafat di dasari oleh keingintahuan dan keragu-raguan manusia akan segala sesuatu, sehingganya hal ini bertujuan tidak lain untuk menemukan pengetahuan baru atau bahkan memperbarui serta menyempurnakan teori yang sudah ada yang dalam hal ini interaksi meruapakan sebagai objek material dalam penelitian
Sedangkan objek formal dalam “ilmu komunikasiadalah segala produksi, proses, dan pengaruh darisistem tanda dalam kehidupan manusia.” Filsafat ilmu komunikasi mempertanyakan bagaimana aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologikomunikasi. Secara ontologi, komunikasi pada awalnya dianggap sebagai suatu proses linear antara komunikator dan komunikan yang saling bertukar pesan melalui media yang mereka gunakan dan terus berkembang seiring dengan perubahan yang faktor manusia yang mulai diperhitungkan.
Komunikasi yang awalnya hanya dipandang satu arah berkembang sedemikian rupa hingga menghasilkan berbagai macam bentuk komunikasi yang diantaranya yaitu komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa dan komunikasi publik.
Dalam aspek epistemologi, ilmu komunikasi dikaji lebih mendalam. Para ilmuwan menanyakan bagaimana proses membangun pengetahuan atau teori-teori. Hal tersebut diwujudkan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana ilmu komunikasi itu sendiri.
Sedangkan dalam aspek aksiologi, ilmu komunikasi dipandang dari sisi nilai kajian dan etika tentang apa dan bagaimana pengaruh ilmu tersebut dalam masyarakat yang tujuannya bisa sebagai kritik sosial, transformasi, emansipasi, dan social empowerment.
PEMBAHASAN
PERSPEKTIF TEORI-TEORI KOMUNIKASIAPA ITU PERSPEKTIF?
Perspektif adalah sudut pandang atau cara pandang kita terhadap sesuatu yang dalam hal ini tidak lain adalah dalam menentukan pengetahuan kita peroleh itu menggunakan cara pandangnya kita atau sistem pendekatan kita
Konsekuensi dari penggunaan perspektif adalah kearifan untuk menyatakan bahwa apa yang kita ketahui sekarang bukanlah kebenaran mutlak, melainkan hanya pemahaman yang diciptakan manusia
PERSPEKTIF-PERSPEKTIF
Realisme
Realisme beranggapan bahwa benda-benda atau objek-objek yang diamati sebagai apa adanya, telah berdiri disana secara benar, tanpa campur tangan id dari pengamat.
Nominalis
Nominalis menganggap bahwa dunia sosial adalah eksternal pada persepsi individu, tersusun tidak lebih dari sekedar nama, konsep dan label yang digunakan untukmembuat struktur ralitas.
Konstruksionis
Konstruktivisme mengatakan bahwa kita tidak pernah dapat mengerti realitas yang sesungguhnya secara ontologis. Yang kita mengerti adalah struktur konstruksi kita akan suatu objek. Konstruktivisme tidak bertujuan mengerti realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana kita menjadi tahu akan sesuatu.
B. CATATAN AKHIR
Dalam perspektif-perspektif tersebut itu menurunkan sejumlah teori komunikasi. Misalnya, perspektif positivisme dan post-positivisme menurunkan teori strukturalisme menurunkan teori strukturalisme-fungsionalisme. Teori ini merupakan turunan dari perspektif positivisme dan post-positivisme.
Selain strukturalisme-fungsional ada teori interaksionis yang merupakan turunan dari perspektif interpretif dan konstruktivisme. Teori ini memandang kehidupn sosial sebagai suatu proses interaksi.
Perspektif interpretif selain menurunkan sejumlah teori komunikasi interaksionalisme, juga menurunkan teori khas interpretif. Teori ini menggambarkan proses munculnya pemahaman dari kehidupan sosial.
Terakhir adalah teori kritis. Teori ini mencoba membongkar kepentingan atau idiologi yang berdiri di balik fenomena sosial. Karena itu teori ini tidak teori ini tidak sekedar melakukan observasi, melainkan juga memberikan kritik terhadap fenomena sosial.
Semua perspektif dan teori ini memiliki kelemahan dan kelebihannya. Itulah sebabnya penggunaan nama perspektif dipilih. Teori stuktural fungsional dapat menjelaskan kategori-kategori umum dan hubungan diantara variabel dalam sistim sosial.
2. PERSPEKTIF POSITIVISME
Paradigma positivisme mendefinisikan bahwa komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses sebab akibat yang mencerminkan pengirim pesan (komunikator, encoder) untuk mengubah (sikap atau perilaku) penerima pesan (komunikan / decoder) yang pasif (Mulyana, 2000:58). Batasan komunikasi pada paradigma ini berlangsung satu arah, yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seorang (atau lembaga) kepada seseorang lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Model komunikasi linier atau komunikasi suatu arah merupakan salah satu model yang paling banyak dikenal dan mudah dipahami. Model ini adalah model komunikasi yang menggunakan perspektif mekanistis, sehingga metodologi ilmu-ilmu alam digunakan dalam merumuskan data, meneliti, dan menyimpulkan kebenaran tindakan komunikasi.
A. SEJARAH POSITIVISME
Dalam dunia sejarah dunia positivisme dibidani oleh dua pemikir Prancis, Henry Sain Simon (1760-1825) dan muridnya Auguste Comte (1798-1857). Henry merupakan penggagas utama, sedangkan Comte adalah penerus dan pengembang gagasan ini. Auguste Comte suatu studi ilmiah terhadap masyarakat atau sosiologi yang berdasarkan prinsip studi ilmu-ilmu alam.
Positivisme yang dikembangkan Auguste Comte disebut juga sebagai positivisme sosial. Paham ini meyakini bahwa kehidupan sosial hanya dapat dicapai melalui penerapan ilmu-ilmu positif.
Selain positivisme sosial muncul juga positivisme evolusioner. Paham ini diperoleh Charles Lyell, Charles Darwin, Herbert Spencer, Ernst Hackel dan Wilhem Wundt. Secara umum pemikiran positivisme evolusionermirip dengan positivisme sosial.sama-sama percaya akan kemajuan. Perbedaanya hanya pada pendasaran kemajuan itu. Positivisme sosial percaya bahwa kemajuan itu dapat berlangsung berdasarkan ilmu pengetahuan. Sedangkan positivisme evolusioner meyakini interaksi manusia-semmesta sebagai penentu kemajuan.
Pada ahun 1920-an kemudian berkembang satu lagi paham positivisme di Austria yaitu positivisme logis atau Lingkaran wina (der Wiener Kries).Tokoh-tokoh positivisme adalah Rudolph Carnapp, Alfred Ayer, CL Stevenson, Gilbert Ryle, Susan Stebbing, Jhon Wisdom, Bertrand Russel, dan Wittgenstein.
Positivisme logis adalah aliran positivisme yang lebih memfokuskan diri pada logika dan dan bahasa ilmuan. Salah satu prinsip yang diyakini kaum positivisme logis adalah prinsip tsomorfi yaitu adanya hubungan mutlak antara bahasa dan di dunia nyata.
B. GAGASAN POSITIVISME
Positif berarti “apa yang berdasarkan fakta objektif”. Secara tegas, yang “positif” berarti yang nyata, yang pasti, yang tepat, yang berguna, serta yang mengklaim memiliki kesahihan mutlak. Kebalikan dari yang positif adalah yang khayal, (chimrique), yang meragukan, (indecision), yang kabur (vague) yang sia-sia (oiseux), dan yang mengklaim memiliki kesahihan relatif. Perbedaan ini harus dibaca dalam kerangka biner, bahwa yang satu lebih benar dan yang lainnya adalah salah.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa ciri positivisme (Gahra Adian, 2002: 68), yaitu bebas nilai, fenomenalsime, nominalisme, reduksionisme, naturalisme, dan mekanisme. Bebas nilai berarti bahwa ketika sipengamat mengamati sesuatu maka nilai-nilai (keyakinan, gagasan, emosi, dll) yang dimiliki si pengamat tidak dilibatkan seingga menghasilkan kesimpulan apa adanya (objektif). Fenomenalsme berarti apa yang kita amati merupakan fenomena (gejala) belaka, sementara sesuatu yang berdiri dibelakang fenomena (sebagaimana diyakini metafisika) tidak dibatalkan. Nominalsime adalah kebenaran berdasarkan nama atau ukuran, dalam hal ini kebenaran kenyataan terletak pada penamaan ( teori-teori) bukan kenyataan itu sendiri. Nominalisme merupakan konsekuensi dari cara penelitian yang menyederhanakan atau mereduksi, kenyataan menjadi fakta-fakta yang dapat dipersepsi (reduksionisme).
secara epistomologis, positivisme dapat dikategorikan sebagai realisme dan fondasionalisme epistomologis. Ralisme epistomologis adalah pandangan yang meyakini bahwa ilmu pengetahuan dapat menggambarkan kenyataan secara apa adanya. Fondasionalisme epistomologis adalah pandangan yang meyakiini adanya satu metode yang menjamin pencapaian kebenaran ilmiah yang objektif. Kedua pandangan ini akan menjadi titik kritik post-positivisme.
C. POSITIVISME LOGIS
Dalam positivisme logis awal, hal ini dapat dirunut pada pemikiran George Moore, Bertrand Russel, dan Ludwig Wittgenstein I. George Moore memulai pemikirannya dengan menyerang pendirian kaum idialisme yang mencari kebenaran melalui refleksi terhadap ide-ide dalam diri. Bagi Moore memulai pemikirannya dengan akal sehat. Filsafat harus berpihak pada akal sehat dan alatnya adalah analisis. Tujuan filsafat adalah memberikan penjelasan terhadap bahasa dan pemikiran, bukan menemukan pandangan-pandangan baru. Analisis yang dimaksut Moore sama artinya dengan pembeberan pengertian suatu pernyataan, atau eksplisitasi suatu pernyataan.
Tahap kedua positivisme logis dimotori oleh pemikiran Alfred Ayer (1910). Pemikiran Ayer menegaskan bahwa realitas pada dasarnya dapat disampaikan dengan data-data indrawi. Karena itu bila ada orang yang menyatakan sesuatu, tanpa ada kejelasan data-data indrawinya (seperti pernyataan “ada malaikat turun kebumi”). Pemikiran ini disebut prinsip verifikasi.
Prinsip verifikasi ini membedakan ucapan dalam tiga jenis: ucapan tautologis, ucapan yang dapat diverifikasi, dan ucapan tak bermakna. Toutologis berarti “mengatakan hal yang sama”. Pernyataan toutologis adalah pernyataan yang menjelaskan subjeknya. Dalam pernyataan toutologis, predikat hanya menjelaskan subjek dan tidak menambahkan sesuatu yang baru.
D. CATATAN AKHIR
Dalam ilmu ilmu sosial sosiologi merupakan ilmu sosial pertama yang dikembangkan peradaban manusia. Jadi wajar saja bila prinsip-prinsip sosiologi yang positivisme menjadi dasar bagi ilmu-ilmu sosial lain seperti pada ilmu komunikasi. Bahkan lebih dari itu, batasan-batasan keilmiahan suatu ilmu (objektif, sistmatik, universal, dll) juga sumbangan dari positivisme. Jadi pada perkembangan awalnya, ilmu komunikasi berada dibawah pengaruh positivisme.
Model yang dikembangkan dari perspektif ini adalah model komuniksi linier dan model peluru. Pada model linier kita mengenal ungkapan “siapa Mengatakan Apa melalui Saluran Apa dengan Efek Apa”. Semua gambaran yang mengenai model komunikasi linier dan peluru ini memang khas perspektif positivisme. Kita tahu bahwa perspektif positivisme menyukai bahwa realitas ilmiah terbatas pada yang dapat diukur, maka proses pemahaman atas peristiwa komunikasi dijalankan dengan memasukan fenomena-fenomena sejauh ia bisa diukur.
3. PERSPEKTIF POST POSITIVISME: KRITIK TERHADAP POSITIVISMEA. POST-POSITIVISME
Pada tahun 1970-1980-an munculah gugatan-gugatan mengenai kebenaran positivisme, pemikiran dinamai post-positivisme. Post-positivisme merupakan pemikiran yag menggugat asumsi dan kebenaran positivisme.
B. POST-POSITIVISME DALAM PENELITIAN SOSIAL DAN KOMUNIKASIOtologi Post-Positivisme
Perspektiv post-positivisme merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan positivisme yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.
Epistomologi dan Aksiologi
Post-positivisme bagaimanapun terlihat sama dengan positivisme, walaupun ada beberapa perbedaan yang khas. Seperti pada basis ontologi, sementara positivisme menekankan realisme mutlak, seperti pada basis ontologi, sementara positivisme menekankan realisme mutlak, post-postitivisme memilih realisme kritis.demikian pula dalam hal landasan epistomologi dan aksiologinya.
C. STRUKTUR DAN FUNGSI TEORI DALAM PERSPEKTIF POST-POSITIVISME
- Struktur Teori Perspektif Post-Positivisme
Teori pada dasarnya merupakan sebuah abstraksi. Kualitas abstrak sebuah teori secara partikular berhubungan erat, dalam pendekatan post-positivisme, dengan keberadaan teori itu sendiri. Kalangan sarjana post-positivisme percaya bahwa teori-teori tersebut mesti menyediakan penjelasan umum yang melandasi penyelidikan peristiwa-peristiwa individual. Seorang sarjana post-positivis juga menghendaki agar pernyatan umum dalam sebuah teori harus tertata secara logis dan memiliki keterhubngan yang tak dapat dipungkiri dengan realitas yang akan diteliti.
- Fungsi Teori Perspektif Post-positivisme
Fungsi teori dalam kebanyakan pemikiran kalangan post-positivisme adalah untuk menentukan beberapa keteraturan atas pengalaman yang tak teratur. (Dubin, 1978). Pada lefel yang lebih spesifik, ada tiga fungsi teori yang paling sering diyakini kaum post-positivis, yakni: fungsi-fungsi yang saling terkait antara penjelasan (explanation), prediksi (predicition) dan kontrol (control).
- Kriteria Evaluasi dan Perbandingan Teori
Ada beberapa cara umum untuk mengevaluasi kualitas sebuah teori, termasuk tingkat kesuksesan sebuah teori dalam memecahkan persoalan empiris, konseptual dan praktis; atau untuk mengontrol sejauh mana solusi sebuah teori lebih memadai dari pada sebuah solusi teori yang lainnya, dan sejauh mana teori tersebut dapat menunjukan sebuah cara dalam memecahkan masalah baru. Thomas Kuhn, dan Millemengusulkan satu set kriteria evaluasi dan perbandingan teori:
Sebuah teori harus akuratSebuah teori harus konsistenSebuah teori harus punya ruang lingkup yang luasSebuah teori harus sederhanaSebuah teori harus menghasilkan (be frutiful)
- Proses Perkembangan Teori
Faktor utama dalam pengembangan teori dan pertumbuhan ilmu pengetahuan dalam tradisi post-positivisme adalah keterusterangan. Kalangan post-positivisme mengembangkan teori dan mengakumulasi pengetahuan tentang dunia lewat proses pengujian teori secara empirik.
D. CATATAN AKHIR
Perspektif post-positivisme membawa pengaruh yang besar pada ilmu sosial termasuk ilmu komunikasi,. Melalui kritik yang mendasarkan terhadap positivisme yang terlalu realis, nilai dan memisahkan subjek dan objek penelitian, post-positivisme memberikan model penelitian khas yang ilmu sosial. Manusia bukanlah benda yang ketika diteliti hanya menyajikan efek yang sama, manusia itu hidup dan dapat mengonstruksi tanggapan tertentu ketika diteliti. Maka keobjektivan tak bisa ditemukan sebagaimana kita menemukan ketika meneliti benda-benda.
PERSPEKTIF INTERPREKTIFSEJARAH PERSPEKTIF INTERPREKTIF
Dalam pemetaan akar sejarah itu dapat dirujuk pada sejumlah gagasan abad pencerahan, khususnya posisis pilosofis Rene Descartes (1596-1650) pada 1644, Descartes memublikasikan buku The Principles of Philosophy. Ia berpendapat bahwa semua penjelasan dapat didasarkan pada observasi terhadap benda dan gerak (Descartes 1963). Pada titik ini kerja filosofis Descartes telam membangun sebuah landasan pendekatan terhadap pengetahuan yang dijadikan sebgai dasar bagi positivisme sekaligus juga post-positivisme yang telah dibicarakan pada bab sebelumnya dan juga sebuah perbedaan yang jelas adanya dunia eksternal objek dan dunia internal subjek.
PANDANGAN DASAR PERSPEKTIF INTERPRETIF
- Fenomenologi
“Dunia kehidupan (lebenswelt) adalah dasar makna yang dilupakan oleh ilmu pengetahuan”, begitulah ujar Husserl, pencetus filsafat Fenomenologi dunia kehidupan adalah unsur sehari-hari yang membentuk kenyataan kita, unsur-unsur dunia sehari-hari yang kita libati dan hadapi sebelum kita meneorikan atau merefleksikannya secara filosofis. Dunia kehidupan memuat segala orientasi yang kita andaikan begitu saja dan kita hayati pada tahap-tahap yang paling primer.
- Hermeuneutika
Hermeuneutika dalam bahasa ini dikemukakan demi untuk menjelaskan bagaimana pencarian metode ilmu sosial (dalam hal ini komunikasi) yang berbeda dengan ilmu alam. Pada bagian fenomenologi kita telah menemukan istilah dunia kehidupan.
- Interaksionisme Simbolik
Yang menarik dari perspektif ini adalah orang yang diidentifikasi sebagai bapak teori Interaksionisme Simbolik, yaitu George Herbert Mead (1863-1931), tak pernah menggunakan term ini. Bagaimanapun, usahanya telah memengaruhi banyak sarjana yang menekankan sebuah pemahaman dunia sosial berdasarkan pentingnya makna yang diproduksi dan diinterpretasikan melalui simbol-simbol dalam interaksi sosial.
TEORI INTERPRETIF DALAM KOMUNIKASI
- Ontologi Teori Interpretif
Pada bagian sebelumnya kita telah membahas sejumlah pandangan ontologis mengenal sifat dasar dunia sosial mulai dari realisme dan nominalisme, termasuk juga konstruksionisme sosial. Kalangan teoretisi interpretif dalam komunikasi menolak penafsiran seorang realis terhadap dunia sosial, bahkan mendukung nominalisme, atau lebih sering kepada konstruksionisme sosial.
- Epistomologi Teori Interpretif
Dasar epistomologis dari riset interpretif berdasarkan pada keyakinan tentang realitas (ontologi kalangan nominalsi dan kontuksionis sosial) dan pada kekuragan kekurangan yang dirasa pada metode riset yang sudah mendominasi riset sosial pada abad ke-20.kita melihat penolakan yang sudah meluwas terhadap pemikiran bahwa pengetahuan bisa dihasilkan dalam sebuah cara yang benar-benar bebas dari nilai-nilai dan keyakinan teoretis.
- Aksiologi Teori Interpretif
Sebagaimana bisa di ambil kesimpulan dari pemahaman terdahulu mengenai epistomologi, teoretis interpretif menjauhkan diri dari dugaan bahwa realitas sosial bisa benar-benar dipisahkan dari nilai-nilai subjek peneliti, kmunitas penelitian, dan masyarakat. Bagaimanapun, diluar dari semua penolakan terhadap penyelidikan dan teori yang bebas nilai ini, teoretisi interpretif sedikitnya telah mengubah isu-isu aksiologis.
STRUKTUR DAN FUNGSI TEORI INTERPRETIF
- Teori Interpretif Umum (General Interpretive Theories)
Inti dari ontologi interpretif adalah kepercayaan bahwa kita mengontruksi dunia kita secara sosial lewat interaksi komunikatif (yaitu tindakan untuk mencapai pemahaman timbal balik). Darinya keberadaan makna dibuat secara interssubjektif, seperti halnya seseorag membawa pemahaman subjektif pada sebuah interaksi, dan pemahaman ini kemdian tumbuh berkembang serta kadang tertata ulang melalui tindakan-tindakan komunikatif.
- Grounded Theory
Grounded Theory dikembangkan oleh Barney G. Glaser dan Anselm L. Strauss dalam bukunya berjudul The Discovery of Grounded Theory (1967). Tujuan buku ini adalah: pertama, mengusahak an pengembangan teori yang didasarkan pada data yang dikumpulkan selama penelitian. Kedua, untuk menyugestikan logika dan spesifikasi pada Grounded theory. Ketiga, untuk secara hati-hati melegitimasiakn penelitian kualitatif.
- Kriteria untuk Evaluasi
Pendekatan teori ini sangat berkaitan dengan dengan cara cara penelitian dan perkembangan. Karenanya evaluasinya pun sangat memperhatikan proses itu sendiri. Mengevaluasi suatu grounded theory melibatkan evaluasi dari proses dari mana teori ini berkembang serta bentuk dimana hal ini dipresentasikan didepan para ilmuwan.
KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF INTERPRETIF
- Etnografi Komunikasi
Komunikasi etnografi merupakan pengembangan penelitian etnografi. Garry Philipsen mengemukakan empat asumsi komunikasi etnografi. Pertama, peneliti (atau lazim disebut partisipan) dalam sebuah komunikasi budaya lokal menciptakan pengertian bersama dengan yang sedang dipahaminya. Kedua, para komunikator dalam kelompok budaya harus berada dalam suatu sistem komunikasi. Ketiga, pengertian dan tidakan sifatnya khusus bagi masing-masing kelompok budaya. Keempat, setiap kelompok dianggap memiliki cara-cara tersendiri untuk memahami kode dan tindakan tertentu.
- Dramatisme dan Narasi
Teori dramatisme dan Narasi merupakan teori komunikasi yang dipengaruhi oleh interaksionalisme simbolik. Teori dramatisme dan narasi memusatkan diri pada peristiwa penggunaan simbolik komunikasi.
CATATAN AKHIR
Ilmu Komunikasi bukan lagi terbatas pada penelitian mengenai penirim pesan, saluran, penerima pesan, dan efeknya: komunikasi telah melangkah jauh pada pencarian makna yang mendasari tindak komunikasi yang terdapat pada dunis sosial. Perspektif interpretif bahkan telah memberi kita pemahaman baru mengenai objek penelitian komunikasi, bukan lagi pada tindakan kusalitas melainkan pada makna yang mendasari komunikasi.
PERSPEKTIF KONTRUKTIVISMESEJARAH PERSPEKTIF KONSTRUKTIVISME
jika dirunut ke belakang, konstruktifisme yang meyakini bahwa makna atau realitas bergantung pada kontruksi pikiran, dapat dirunut pada teori Popper (1973). Kita tahu popper membedakan tiga pengertian tentang alam semesta: (1) Dunia fisik atau keadaan fisik: (2) Dynia kesadaran atau mental atau di posisi tingkah laku: dan (3) Dunia dari isi objektif pemikiran manusia, khususnya pengetahuan ilmiah, puitis, dan seni.
KONSTRUKTIVISME DALAM KOMUNIKASI
- Komunikasi Berbasis “Diri”
Fokus perspektif post-positivisme adalah proses produksi suatu pesan, fokus ini dapat kita temukan pada komunikasi antarpesona. Untuk dapat meninjau komunikasi antarpesona kita dapat menunjuk pada teori sosiolinguistik Bernstein. teori Bernstein menyatakan bahwa individu dalam melakukan sesuatu dikonstruksi oleh orientasi kehidupannya sendiri (kita sebut sebagai orientasi subjek), dan oleh orientasi posisi subjek itu dalam hidupnya.
- Konstruk Hubungan dalam Komunikasi
Seperti kita ketahui, konstruktivisme meyakini bahwa segala sesuatu ada karena konstruksi tertentu. Pada komunikasi berbasis diri, kita sudah melihat bagaimana suatu pesan tidaklah netral melainkan dikonstruksi oleh sistem kognitif tertentu. Lalu bagaimanakah komunikasi berbasis diri ini dapat menghasilkan komunikasi antarpesona yang mensyaratkan adanya hubungan antara pengirim dan penerima pesan? Menurut kalangan konstruktivis, satu hubungan yang bersifat individual akan menghasilkan pesan yang lebih berbasis ‘diri’.
- Model Desain Pesan
Konsep tentang tujuan ini berimplikasi pada adanya desain pesan dalam peristiwa komunikasi berbasis diri. Desain pesan didasarkan pada kecenderungan seseorang dalam memanajemen tujuannya untuk kepentingan sampainya tujuan melalui pesan yang dipilihnya. Misalnya seorang pembicara berusaha mengendalikan keadaan (untuk meraih tujuannya), maka ia harus menerangkan secara lebih jelas: lebih jelas disini berarti akan lebih banyak menghadapi ancaman; dan sebaliknya, untuk melindungi dirinya dari ancaman, pembicara tersebut harus merelakan tujuannya.
CATATAN AKHIR
Ilmu komunikasi dalam perspektif konstruktivisme tidak hanya mulai mempertimbangkan konstruksi namun juga menyediakan cara-cara penelitian yang lebih khas. Namun demikian wilyah komunikasi masih terus berkembang, karena itu perspektif ini mendapatkn kritik dan ilmu komunikasi berkembang lagi.
6. PERSPEKTIF TEORI KRITIS
SEJARAH PERSPEKTIF KRITIS
Kritik merupakan konep kunci untuk memahami teori kritis. Teori ini dikembangkan oleh Mazhab Frankfurt. Konsep kritik yang dipergunakan Mazhab Frankfurt memiliki kaitan sejarah dengan konsep kritik yang berkembang pada masa-masa setelah Renaissance. Pada masa itu (abad ke-17 dan 18 ) muncul filsuf seperti Immanuel Kant, Hegel dan Marx yang oleh Mazhab Frankfurt di sebut sebagai filsuf-filsuf kritis.
Pengaruh Marxime
Karl Marx (1818-1883) merupakan filsuf yang memiliki pengaruh yang mendalam dalam perkembangan ilmu pengetahuan sosial. Walaupun terdapat banyak kritik dan keberatan terhadap teori-teori Marx namun sampai saat ini beberapa teori Marx terus memberikan inspirasi bagi ilmu sosial, juga ilmu komunikasi
Mazhab Frankfurt
Teori kritis dipengaruhi oleh Marxisme, namun beberapa hal dianggap berbeda dengan Marxisme. Teori ini disebut juga Mazhab Frankfurt. Penyebutan ini didasarkan pada lembaga pertama.pertama yang mengembangkan teori kritis, yaitu institute fur sozialforchung di frankfurt, main di Jerman.
PEDEKATAN TEORI KRITIS PADA KOMUNIKASI1. Cultural Studies (Studi-studi Budaya)
Istilah Cultural Studies berasal dari Centre For Contemporary Cultural Studies (CCCS) di Universitas Birmingham, yang didirikan pada tahun 1964. Awal kemunculannya didasari oleh beberapa karya tulis para penggagas pertama, yaitu Richard Hoggart, Raymond Williams, EP Theompson, dan Stuart Hall.
Budaya dalam Cultural Studies sebagaimana dikatakan Raymond Williams, salah satu pendiri CS adalah keseluruhan cara hidup. Bagi Williams kebudayaan sekaligus meliputi seni, nilai, norma-norma dan benda-benda simbolik dalam hidup sehari-hari; ia merupakan bagian dari totalitas relasi-relasi sosial.
Secara lebih jelas Cultural Studies mengemukakan definisi budaya sebagai berikut: pertama, budaya adalah “pemikiran-pemikiran yang sama yang menjadi sandaran atau rujukan masyarakat, atau cara-cara kolektif dalam memahami pengalaman kehidupannya”. Kedua, budaya adalah “praktik-praktik cara hidup dari satu kelompok, atau apa yang dilakukan secara material dari individu dari hari kehari”.
Studi-studi Feminis
Feminisme berasal dari kata latin femina yang berarti memiliki sifat keperempuanan. Menurut Aida Fitalayah S. Hubies “feminisme diawali oleh persepsi oleh ketimbangan posisi perempuan dibanding dengan laki-laki di masyarakat” (dalam Ansori, 1998:5).
Sejauh ini ada sejumlah aliran besar feminisme. Pertama, feminisme liberal. Aliran ini mempunyai dasar filosofy liberalisme, bahwa semua orang secara ontologis mempunyai kesempatan dan hak-hak yang sama untuk memajukan dirinya dan prinsip ini belum diberikan pada perempuan. Kedua, adalah feminisme radikal, meskipun banyak meminjam jargon Marxisme, feminisme radikal, menurut Jaggar (1997), tidak menggunakannya secara sungguh-sungguh. Bagi mereka dasar penindasan perempuan sejak awal adalah dominasi laki-laki, dimana penguasa fisik perempuan oleh laki-laki dianggap sebagi bentuk dasar penindasan (Faakih, 1996;40).
B. CATATAN AKHIR
Perspektif teori kritis adalah upaya membongkar idiologi dominan yang menindasi. Idiologi menjadi inti kritiknya. Idiologi dalam hal ini dapat dipahami sebagai relasi kekuasaan yang ada diluar suatu kelas. Misalnya kaum feminis,mengkritik idiologi patriarkar yang menindas kaum feminim. Idiologi patriarkar dianggap menyembunyikan, menutupi dan mendistorsi relasi gender dalam masyarakat.
Melalui perspektif kritis ini kita menemukan ilmu komunikasi yang lebihberwarna lagi. Tidak hanya ditentukan olehkonstruksi budaya, atau kognisi seseorang, komunikasi tenyata mengandung idiologi tertentu. Dengan demikian ilmu komunikasi terus berkembang kesegalah arah kehidupan, dan ini berarti memiliki peran penting ditengah masyarakat.
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam interaksi ataupun kegiatan komunikasi, seorang komunikator harus memahami tentang filsafat komunikasi. Dengan pemahaman tentang filsafat komunikasi, maka komunikator dapat memahami teori maupun proses komunikasi secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistik. Dengan adanya pemahaman tersebut komunikator dapat merancang pesan yang ingin ia sampaikan secara logis, sehingga apa yang disampaikan itu merupakan pesan yang efektif, sehingganya bisa disimpulkan bahwa filsafat komunikasi sangat diperlukan dalam perencanaan sebelum kegiatan komunikasi. Sementara saat melaksanakan kegiatan komunikasi, komunikator harus mengetahui dan memahami tentang etika dalam berkomunikasi.
Etika dalam konteks ini merupakan pemahaman tentang kebaikan dan keburukan. Jika orang sudah mengetahui tentang etika dalam berkomunikasi, maka orang dapat menyampaikan pesan yang baik dan benar. Orang yang memahami etika komunikasi, akan memperhatikan segala hal, tentang baik buruknya pesan yang ia sampaikan, maupun bagaimana cara penyampaian pesan.
Paham tentang etika dalam berkomunikasi itu selalu akan selalu menjunjung tinggi nilai- nilai maupun norma yang sesuai dengan tempat di mana dia berada ketika berkomunikasi . Maka pada akhirnya etika merupakan landasan dalam melakukan kegiatan komunikasi. Dimana kegiatan komunikasi yang dilaksanakan mengacu pada filsafat komunikasi, yang terdiri atas empat pilar filsafat komunikasi
Kategori
- Masih Kosong
Blogroll
- Masih Kosong