UTS ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI I

14 April 2015 22:49:28 Dibaca : 220

Nama : Rafli Kasim
Nim    : 291414011
Kelas : A, Ilmu Komunikasi
M.K    : Etika & Filsafat Komunikasi

 

1. Pengantar Filsafat/ Konsep

MENGENALFILSAFAT

Setiap kali saya memulai untuk pertama kali memberikan perkuliahan mata kuliah "Pengantar Filsafat", saya senantiasa dihadapkan pada pertanyaan: "Apakah filsafat itu?" Sungguh ini merupakan pertanyaan yang sederhana, bahkan sangat sederhana. Tapi, untuk memberikan jawaban yang dapat memuaskan dan benar-benar menjawab pertanyaan tersebut, itu bukanlah
perkara yang mudah. Ada yang mengira bahwa filsafat itu sesuatu yang kabur, serba rahasia, mistis, aneh, tak berguna, tak bermetoda, atau hanya sekedar lelucon yang tak bermakna atau omong kosong. Selain itu ada pula yang mengira bahwa filsafat itu merupakan kombinasi dari astrologi, psikologi dan teologi. Filsafat bukanlah semua itu.

Oxford Pocket Dictionary mengartikan filsafat sebagai use of reason and argument in seeking truth and knowledge of reality. Sementara Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan filsafat sebagai:
1. pengetahuan dan penyedilikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, dan hukumnya;
2. teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan;
3. ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi;
4. falsafah.

Menurut Kamus Filsafat, filsafat merupakan (Bagus, 2000: 242):
1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata.
3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan: sumbernya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya.
4. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan penyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.
5. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu manusia melihat apa yang dikatakan dan untuk mengatakan apa yang dilihat.
Secara etimologi atau asal kata, kata "filsafat" berasal dari sebuah kata dalam bahasa Yunani yang berbunyi philosophia. Kata philophia ini merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata philos dan sophia. Kata philos berarti kekasih atau sahabat, dan kata sophia yang berarti kearifan atau kebijaksanaan, tetapi juga dapat diartikan sebagaipengetahuan. Jadi secara etimologi, philosophia berarti kekasih/ sahabat kebijaksaan/ kearifan atau kekasih/ sahabat pengetahuan.
Agar bisa menjadi kekasih atau sahabat, seseorang haruslah mengenal dekat dan akrab dengan seseorang atau sesuatu yang ingin dijadikan kekasih atau sahabat tersebut. Dan ini hanya bisa dilakukan apabila seseorang tersebut senantiasa terus-menerus berupaya untuk mengenalnya secara dalam dan menyeluruh. Dengan harapan bahwa upaya yang terus-menerus itu dapat membawa seseorang atau sesuatu itu pada kedekatan yang akrab sehingga dapat mengasihinya.

Definisi Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi


1. Epistemologi
Berasal dari kata Yunani, Episteme dan Logos. Episteme artinya adalah pengetahuan. Logos artinya teori. Epistemologi adalah sebuah kajian yang mempelajari asal mula, atau sumber, struktur dan metode pengetahuan. Epistemologi berusaha menjawab bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus di perhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara atau tehnik atau sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?


2. Ontologi
Ontologi adalah analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan, yaitu hal-hal atau benda-benda empiris. Ontologis membahas tentang apa yang ingin diketahui. Ontologi menganalisa tentang objek apa yang diteliti ilmu? Bagaimana wujud yang sebenar-benarnya dari objek tersebut? bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (misalnya: berpikir, merasa dan mengindera) yang menghasilkan pengetahuan?.


3. Aksiologi
Aksiologi membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang didapatkannya. Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan seperti yang dijumpai dalam kehidupan, yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik ataupun fisik material (Koento, 2003: 13)
Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang bermacam-macam, sebanyak orang yang memberikan pengertian. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi retsebut :
• Plato (477 SM-347 SM). Ia seorang filsuf Yunani terkenal, gurunya Aristoteles, ia sendiri berguru kepada Socrates. Ia mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli.
• Aristoteles (381SM-322SM), mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu; metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
• Marcus Tulius Cicero (106SM-43SM), seorang politikus dan ahli pidato Romawi merumuskan filsafat sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
• Al-Farabi (wafat 950M), seorang filsuf muslim mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
• Immanuel Kant (1724M-1804M) yang sering dijuluki raksasa pemikir barat, mengatakan bahwa filsafat merupakan ilmu pokok dari segala ilmu pengetahuan yang meliputi empat persoalan, yaitu:


 APAKAH YANG DAPAT KITA KETAHUI ? pertanyaan ini dijawab oleh Metafisika.
 APAKAH YANG BOLEH KITA KERJAKAN ? pertanyaan ini dijawab oleh Etika.
 SAMPAI DI MANAKAH PENGHARAPAN KITA ? pertanyaan ini dijawab oleh Agama.
 APAKAH MANUSIA ITU ? pertanyaan ini dijawab oleh Antropologi.

a. Metode Filsafat
Ada tiga metode berfikir yang digunakan untuk memecahkan problema-problema filsafat, yaitu: metode deduksi, induksi dan dialektika.


1. Metode Deduktif
Adalah, suatu metode berpikir dimana kesimpulan ditarik dari prinsip-prinsip umum dan kemudian diterapkan kepada semua yang bersifat khusus. Contohnya sebagai berikut:
• Semua manusia adalah fana (prinsip umum)
• Semua raja adalah manusia (peristiwa khusus)
• Karena itu semua raja adalah fana (kesimpulan)


2. Metode Induksi
Adalah suatu metode berpikir dimana suatu kesimpulan ditarik dari prinsip khusus kemudian diterapkan kepada sesuatu yang bersifat umum. Contoh:
• Bagus adalah manusia (prinsip khusus)
• Dia akan mati (prinsip umum)
• Seluruh manusia akan mati (kesimpulan)


3. Metode Dialektik
Yaitu suatu cara berpikir dimana suatu kesimpulan diperoleh melalui tiga jenjang penalaran: tesis, antitesis dan sintesis. Metode ini berusaha untuk mengembangkan suatu contoh argument yang didalamnya terjalin implikasi bermacam-macam proses (sikap) yang saling mempengaruhi argument tersebut akan menunjukkan bahwa tiap proses tidak enyajikan pemahaman tang sempurna tentang kebenaran. Dengan demikian, timbullah pandangan dan alternatif yang baru. Pada setiap tahap dari dialektik ini kita memasuki lebih dalam pada problema asli. Dan dengan demikian ada demikian ada kemungkinan untuk mendekati kebenaran.


Hegel menganggap bahwa metode dialektik merupakan metode berpikir yang benar ia maksudkan ialah hal-hal yang sebenarnya sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kerap kali kita mengalami perlunya mendamaikan hal-hal yang bertentangan. Tidak jarang terjadi bahwa kita mesti mengusahakan kompromi antara beberapa pandapat atau keadaan yang berlawanan satu sama lain. Nah, maksud Hegel mirip dengan pengalaman kata itu. Hegel sangat mengagumi filsuf yunani Herakleitos yang mengatakan bahwa “pertentangan adalah bapak segala sesuatu”.


Proses dialektik selalu tradisi dari tiga fase. Fase pertama disebut tesis yang menampilkan “lawan” dari fase kedua yaitu antitesis. Akhirnya, disebut fase ketiga disebut sintesis, yang mendamaikan antara tesis dan antitesis yang saling berlawanan. Sintesis yang telah dihasilkan dapat menjadi tesis pula yang menampilkan antitesis lagi dan akhirnya kedua-duanya dinamakan menjadi sintesis baru. Demikian selanjutnya setiap sintesis dapat menjadi tesis.Contoh tesis, antitesis dan sintesis.
Dalam keluarga, suami istri adalah dua makhluk yang berlainan yang dapat berupa tesis dan antitesis. Bagi Suami, anak dapat mrupakan bagian dari dirinya sendiri. Demikian juga dari sang Istri, dengan demikian si anak merupakan sintesis bagi Suami Istri tadi.
Metode yang digunakan memecahkan problem-problem filsafat, berbeda dengan metode yang digunakan untuk mempelajari filsafat. Ada tiga macam metode untuk mempelajari filsafat, diantaranya:


1. Metode Sistematis
Metode ini bertujuan agar perhatian pelajar/ mahasiswa terpusat pada isi filsafat, bukan pada tokoh atau pada metode. Misalnya, mula-mula pelajar atau mahasiswa menghadapi teori pengetahuan yang berdiri atas beberapa cabang filsafat. Setelah itu mempelajari teori hakikat, teori nilai atau filsafat nilai. Pembagian besar ini dibagi lebih khusus dalam sistematika filsafat untuk membahas setiap cabang atau subcabang itu, aliran-aliran akan terbahas.

2. Metode Histories
Metode ini digunakan untuk mempelajari filsafat dengan cara mengikuti sejarahnya dapat dibicarakan dengan demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah. Misal dimulai dari pembicarakan filsafat thales, membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori pengetahuan, teori hakikat, maupun dalam teori nilai. Lantas dilanjutkan dalam membicarakan Anaxr mandios Socrates, lalu Rousseau Kant dan seterusnya sampai tokoh-tokoh kontemporer.

3. Metode Kritis
Metod ini digunakan oleh orang-orang yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Sebaiknya metode ini digunakan pada tingkat sarjana. Disini pengajaran filsafat dapat mengambil pendekatan sistematis ataupun histories. Langkah pertama ialah memahami isi ajaran, kemudian pelajar mencoba mengajukan kritikannya, kritik itu mungkin dalam bentuk menentang. Dapat juga berupa dukungan. Ia mungkin mengkritik mendapatkan pendapatnya sendiri ataupun menggunakan pendapat filusuf lain. Jadi, jadi jelas tatkala memulai pelajaran amat diperlukan dalam belajar filsafat dengan metode ini.

1. Pengantar Filsafat/ Pendapat Saya
Mengenal filsafat adalah sesuatu hal baru untuk kalangan orang yang tidak mengetahuinya. Terasa heran bila orang tersebut mengetahuinya. Karena filsafat adalah ilmu yang mempelajari segala ilmu yang kita pelajari. Filsafat sudah ada di dalam diri kita. Pernahkah kita berfikir bahwa filsafat telah berhubungan langsung dengan kehidupan kita sehari-hari dari bangun tidur sampai tidur kembali. Segala aktivitas yang kita lakukan adalah dalam ilmu pengetahuan yang kita miliki.
Filsafat adalah ilmu dari segala ilmu. Dari segi definisi epistimologi, ontologi dan aksiologi. epistimologi Berasal dari kata Yunani, Episteme dan Logos. Episteme artinya adalah pengetahuan. Artinya pengetahuan yang ada di dalam diri kita. Logos artinya teori. Epistemologi adalah sebuah kajian yang mempelajari asal mula, atau sumber, struktur dan metode pengetahuan. Epistemologi berusaha menjawab bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus di perhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara atau tehnik atau sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?


Begitu juga yang terdapat pada ontologi ontologi. Menganalisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan, yaitu hal-hal atau benda-benda empiris, dan membahas tentang apa yang ingin diketahui. Kemudian menganalisa tentang objek apa yang diteliti ilmu? Bagaimana wujud yang sebenar-benarnya dari objek tersebut? bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (misalnya: berpikir, merasa dan mengindera) yang menghasilkan pengetahuan?. Jadi ontologi lebih banyak menganalisa apa-apa saja yang menjadi objek yang akan dianalisa.


Namun hal tersebut pernah di lakukan oleh seorang ilmuan yang merasa dirinyamampu untuk mengkaji suatu agama sampai dalam – dalamnya atau pada titik akarnya dan hasilnya seorang ilmuan saja yang sudah sangat berpengalan saja masih saja kondisi fisik dan mentalnya terganggu karena hal tetrsebut. Jadi pada intiny menurut pendapat saya kita dalam mepelajari ilmu ilmu filsafat boleh – boleh saja dan tidak tipermasalahkan adatu di laarang namun kita dalam mempelajarinya kita harus tahu sampai dimana batas kemampuan kita dalam mempelajarinya. Karena itu bisa membuat kita kehilangan kewarasan dan kehilangan akal sehat kita.


Kita juga harus melihat dari sudut pandang yang lain. Kita tidak harus melihat segala ilmu yang ada harus kita dasarkan dengan ilmu filsafat. Boleh kita mengkaji sesuatu ilmu, asalkan masih ada dalam fikiran manusia. Masih ada dalam jangkauan alam sadar manusia. Misalkan kita kana mengkaji tentang agama, bukan berarti kehidupan kita habis dengan mengkaji tentang agama. Tetapi kita tetap berpegang teguh kepada apa yang telah di perintahkan.
Seperti halnya dengan orang-orang terdahulu yang kehidupannya habis dengan mengkaji. Jika agama yang di kaji, maka sama halnya kita mengkaji gula. gula telah kita ketahui bahwa rasanya manis, namun dengan tingkat pemikiran kita yang suka mengkaji, maka gula tersebut akan kita kaji lagi.

2. Filsafat & Ilmu Komunikasi/Konsep
Filsafat adalah usaha untuk memahami dan mengerti dunia dalam hal makna dan nilai-nilainya. Ia juga termasuk ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya dan bertujuan untuk memahami (understanding) dan kebijaksanaan (Wisdom). Kata falsafah atau filsafat dalam merupakan kata serapan bahasa Arab, yang juga diambil dari philosophy (Inggris), philosophia (Latin), Philosophie (Jerman, Perancis). Kesemua kata tersebut diambil dari bahasa Yunani philosophia. Kata ini merupakan gabungan dua kata philein berarti mencintai dan philos berarti persahabatan, cinta dsb dan sophos berarti bijaksana dan Sophia berarti kebijaksanaan.
Arti harfiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Ada banyak cara untuk memahami filsafat itu sendiri. Filsafat bahkan sering kali dipadukan dengan berbagai cabang ilmu lainnya yang hakikatnya adalah untuk memahami ilmu itu sendiri. Filsafat berfungsi sebagai sikap artinya filsafat mengajarkan kita untuk lebih deasa dalam menyikapi berbagai hal dan permasalahan yang ada, sebagai metode artinya cara berpikir secara efektif dan mendalam.
Komunikasi Secara etimologis dari perkataan latin “communicatio”, istilah ini bersumber dari perkataan “communis” artinya ‘sama’, maksudnya ‘sama makna atau sama arti’. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan. Jika terjadi kesamaan makna antar kedua aktor komunikasi, maka komunikasi tidak terjadi, rumusan lain ‘situasi tidak komunikatif’.
Filsafat komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah pemahaman (versthen) secara fundamental (mendatar), secara metodelogis, sistematis, analitis, kritis dan holistis (bersama) teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut:


1. Bidangnya artinya komunikasi terbagi atas komunikasi organisasi sampai dengan komunikasi tradisional. Cth: wayang.
2. Sifatnya artinya komunikasi terbagi atas komunikasi verbal dan non-verbal.
3. Tatanannya artinya komunikasi terdiri atas komunikasi kelompok, interpersonal, massa, media, dll.
4. Tujuannya artinya komunikasi itu bertujuan dalam perubahan perilaku, mengubah opini, mengubah sikap dan mengubah masyarakat.
5. Fungsinya artinya komunikasi itu memiliki fungsi sebagai Menginformasikan (to inform), Mendidik (to educate), Menghibur (to entertain), Mempengaruhi (to influence).
6. Tekniknya artinya teknik Komunikasi Informatif, Komunikasi Persuasif, Komunikasi Pervasif, Komunikasi Koersif dan Komunikasi Instruktif.
7. Metodenya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa filsafat komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah pemahaman dalam arti secara mendalam sebagai terjemahan dari versthen mengenai teori dan proses komunikasi.

Ada beberapa pemikiran-pemikiran filsafat komunikasi, yaitu sebagai berikut:
Pemikiran menurut Richard Lanigan
Karyanya yang berjudul “Communication Models in Philosophy, Review and Commentary” membahas secara khusus “analisis filsafati mengenai komunikasi”. Ia Mengatakan “bahwa filsafat sebagai disiplin biasanya dikategorikan menjadi sub-bidang utama menurut jenis justifikasinya yang dapat diakomodasikan oleh jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penyelidikan sistematis studi terhadap Metafisika, Epistemologi, Aksiologi dan Logika. Dari hasil pemikiran menurut Richard Lanigan ini, tercipta 4 teori kebenaran yaitu Teori koherensi artinya suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar, Teori korespondensi artinya suatu pernyataan adalah benar jikalau materi yang terkena oleh persyaratan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan itu dan Teori pragmatik artinya suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia.


• Pemikiran menurut Stephen Little John
Penelaahan terhadap teori dan proses komunikasi dengan membagi menjadi tiga tahap yaitu Tahap Metatheoritical, Tahap Hipotetikal dan Tahap Deskriptif. Dan empat tema yaitu Tema Epistemology (pertanyaan mengenai pengetahuan), Tema Ontology (pertanyaan mengenai eksistensi), Tema Perspective (pertanyaan mengenai focus) dan Tema Axiology (pertanyaan mengenai nilai).


• Pemikiran menurut Whitney R. Mundt
Berbeda dengan pemikiran yang lain, dalam karyanya ”Global Media Philosophies” menjelaskan keterpautan pemerintah dengan jurnalistik di mana keseimbangan kekuatan selalu bergeser. Ada 4 teori yang dikemukakan oleh Mundt, yaitu Teori authoritarian pers adalah pelayan negara, Teori libertarian adalah media tidak bisa tunduk kepada pemerintah tetapi harus bebas otonom artinya bebas untuk menyatakan ideanya tanpa rasa takut diintervensi pemerintah, Teori Social Responsibility merupakan modifikasi atau perkembangan dari teori libertarian tetapi berbeda dengan akarnya (fungsi pers adalah sebagai media untuk mendiskusikan konflik) dan Teori Soviet Communist mengatakan bahwa persnya bebas untuk menyatakan kebenaran sedangkan pers dengan apa yang di namakan sistem liberal dikontrol oleh kepentingan bisnis.

 

Sistematika Filsafat

Hasil berpikir tentang segala sesuatu yang ada dan mungkin ada telah banyak terkumpul dan disusun secara teratur dan sistematis dikenal dengan istilah sistematika filsafat atau struktur filsafat.

Struktur filsafat berkisar pada tiga cabang filsafat yaitu teori pengetahuan, teori hakikat dan teori nilai. Berikut ini akan diuraikan lebih rinci lagi.

1. Teori Pengetahuan

Teori pengetahuan membicarakan cara memperoleh pengetahuan (norma-norma atau teori-teorinya) dan membicarakan pula tentang bagaimana cara mengatur pengetahuan yang benar dan berarti. Posisi terpenting dari pengetahuan telah membicarakan tentang apasebenarnya hakikat pengetahuan itu, cara berpikir dan hukum berpikir agar mendapatkan hasil yang sebenar-benarnya.

Cabang teori pengetahuan yaitu Epistimologi dan logika.

Epistimologi

Epistimologi berasal dari bahasa Yunani, Episteme yang berarti Knowledge atau pengetahuan dan logy berarti pengetahuan atau filsafat ilmu.

Terdapat empat persoalan pokok dalam bidang ini:

Apa pengetahuan itu?Apa sumber-sumber pengetahuan itu?Darimanakah sumber yang benar itu datang dan bagaimana mengaturnya?Apakah pengetahuan tersebut benar?

Persoalan pertama (tentang definisi pengetahuan) sudah dibahas pada uraian sebelumnya. Sekarang pada persoalan berikutnya yaitu sumber pengetahuan manusia.Lours Q.kattsof mengatakan bahwa sumber pengetahuan ada lima macam yaitu: Empiris, rasionalisme, fenomena, intuisi dan metode ilmiah.

Empirisme

Kata ini berasal dari bahasa yunani empeirikos dari kata emperra, artinya pengalaman menurut aliran ini, manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya, pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi, manusia tahu es dingin karena menyentuhnya, gula manis karena mencicipinya.

Jhonh locke (1632-1704) bapak aliran ini pada zaman modern mengemukakan teori tabula rasa. Maksudnya bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, dan akhirnya ia memiliki pengetahuan.

Tidak terasa, uraian tadi sudah menjawab pertanyaan yang ke-3.

Dari manakah pengetahuan yang benar itu dating dan bagaimnakah mengetahuinya?

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman dan dengan perantara panca indera.

Kelemahan aliran ini cukup banyak , diantaranya:

Keterbatasan indraIndera MenibuObjek yang menipu danKelemahan yang berasal dari indra dan objek sekaligus.

Kesimpulannya adalah empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.

Rasionalisme

Aliran ini menyatakan bahwa sumber ilmu pengetahuan terletak pada akal. Rasionalisme memandang pengalaman sebagai jenis perangsang bagi pikiran. Jika kebenaran mengandung makna dan mempunyai ide yang sesuai dengan kenyataan. Maka kebenaran hanya ada di dalam pikiran dan hanya diperoleh dengan akal budi saja.

Descartes adalah bapak dari rasionalisme. Ia berusaha menemukan kebenaran yang tidak dapat diragukan, sehingga dengan memakai metode deduktif dapat disimpulkan semua pengetahuan kita.

Bagi rasionalisme, kekeliruan pada aliran emperisme yang disebabkan kelmahan alat indra tadi, dapat dikoreksi seandainya akal digunakan.

Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan, pengalaman indera dilakukan untuk merangsang akal dan memberikan objek sehingga kebenaran adalah seman-mata dengan akal. Laporan indera menurut rasionalisme merupakan bahan yang belum jelas, kacau. Bajan ini kemudian dipertimbangkan dengan teratur oleh akal dalam pengalaman berpikir sehingga terbentuk pengetahuan yang benar. Jadi, akal bekerja karena ada bahan dari indera. Akan tetapi, akal dapat juga mengahasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan inderawi sama sekali. Jadi akal dapat juga menghasilkan penetahuan tentang objek yang betul-betul abstrak.

Gabungan antara emperis dan rasionalisme melahirkan suatu metode baru yaitu metode sains dan dari metode ilmiah ini melahirkan pengetahuan sains yang disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan.

Pengetahuan sains/ilmu pengetahuan ialah jenis pengetahuan yang logis dan memiliki bukti empiris (pengetahuan yang logis-empiris).

Jika hanya digunakan rasio (akal) maka pengetahuan yang diperoleh ialah pengetahuan filsafat.

Positivisme

Tokoh aliran ini adalah August Compete (1798-1857). Ia penganut empiris. Ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen seperti panas di ukur dengan derajat panas,jauh diukur dengan meteran, berat dengan timbangan neraca, dan sebagainya. Kita tidak cukup mengatakan.

Fenomenalis

Tokoh aliran ini adalah Immanuel kant, seorang filsuf jerman abad ke-18. Dia berpendapat bahwa sebab-akibat tentu mruapakan hubungan yang bersifat niscaya.

Kant membuat uraian lebih lanjut tentang pengalaman. Barang sesuatu bagiman terdapat dalam dirinya sendiri merangsang alat inderawi kita dengan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran.

Bagi Kant para penganut emperisme benar bila berpendapat bahwa semua pengetahuan didasarkan pada pengalaman. Tetapi para penganut rasionalisme juga benar, karena akal memaksa bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta pengalaman.

Intersionisme

Herin Bergson (1859-1941) adalah tokok aliran ini. Ia menganggap tidak hanya indera yang terbatas, akal juag terbatas aliran ini mengkritik aliran empirisme dan rasionalisme.

Objek-objek yang kita tangkap adalah objek yang selalu berubah. Jadi pengetahuan kita tentunya tudak tetap. Intelek atau akal juga terbatas. Akal hanya dapat memahami suatu objek bila ia mengkonsentrasikan dirinya pada objek itu, jadi dalam hal seperti itu manusiatidak mengetahui keseluruhan (unique) tidak juga memahami sifat tetap pada objek.

Dengan menyadari keterbatasn indera dan akal, Bergson mengembangkan suatu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi. Ini adalah hasil evolusi pemahaman tertinggi. Pengembangan kemampuan ini 9intiusi) memerlukan suatu usaha, kemampuan ini dapat memahami kebenaran yang utuh, tetap dan unique.

Metode Ilmiah

Gabungan antara empirisme dan rasionalisme melahirkan suatu metode baru yaitu metode sains (metode imiah) dari metode ini melahirkan ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan ialah jenis pengetahuan yang logis dan memiliki bukti empiris (pengetauan yang logis-empiris).

Jika hanya menggunakan rasio (akal) maka pengetahuan yang diperoleh ialah pengetahuan filsafat.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong