UTS ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI II

14 April 2015 22:52:00 Dibaca : 1121

2. Filsafat & Ilmu Komunikasi/Pendapat Saya

Banyak orang mengetahui bahwa filsafat dengan ilmu komunikasi adalah satu himpunan. Ilmu komunikasi adalah ilmu cabang dari ilmu-ilmu sosial. Ilmu filsafat berbicara tentang adanya kajian dengan ilmu-ilmu yang lain. Sedangkan ilmu komunikasi adalah ilmu yang berbicara tentang segala komunikasi manusia dengan manusia. Dalam aktivitas kita sehari-hari, kita telah di hidupkan dengan adanya komunikasi. Komunikasi telah ada dalam Al-Qur’an. Yang berarti sebelum adanya kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, komunikasi telah ada.

Filsafat tidak pernah lepas dengan yang namanya komunikasi dan pernyataan tersebut sangat di benarkan karena jika kita mengkaji suatu permasalah kita harus berinteraksi dengan manusia lainya sehingga kita bisa atau kita dapat megkajinya. Dan namun jika kita tidak berinteraksi dengan manusia lainnya maka kita akan sangat sulit untuk mengkaji atau mendapatkan sesuatu utnuk kita kaji. Oleh sebab itu filsafat dan komunikasi sangatlah berhubungan seperti di ibaratkan sendal jepit jika tidak ada satunya yang ada hanya sepasangnya maka sendal itu tidak akan ada apa – apanya namun jika sepasang itu lengkap maka itu akan menjadi sesuatu yang sangat berguna dan dibutuhkan. Begitu pula denga filsafat dan komunikasi jika filsafat tidak ada komunikasi hanya menjadi suatu perbincangan yang tidak terlalu efektif dan tidak terlalu bernilai dan jika komunikasi yang tidak ada maka filsafat tidak ada apa – apanya tidak tidak akan berguna namun jika kedua – duanya ada maka itu akan sangat lengkap dan akan sangat sanat berharga.

Menurut pendapat saya mengenai filsafat dan komunikasi mungkin ada sangkut pautnya karena pada saat kita mengkaji kita pasti membutuhkan yang namanya komunikasi dan komunikasi tidak pernah lepas dari yang namnyanya manusia karena pada dasarnya manusia adalh makhluk sosial yang butuh orang lain dan tidak hidup sendiri dan butuh berkomunikasi dengan orang lain.

Dalam mempelajari filsafat seperti yang dikatakan di atas kita tidak hanya perlu belajar dengan bertatapan muka kita bisa sada bertatapan tidak langsung dengan menggunakan yang namnaya media zaman sekarang orang berkomunikasi tidak hanya bertatapan muka mereka bisa menggunakan yang namanya media seperti handphone atau yang sejenisnya. Dan dalam hubungannya dengan filsafat kita bisa mempelajarinya atau mengkajinya jika kita tidak menemui orang yang akan kita bisa kaji permasalahan yang ada kita bisa mencarinya melalui media dan hal itu mungkin akan sangat berguna dan akan sangat efesien dari bertatap muka. Karena kita bisa menghemat banyak biaya transportasi dan hal – hal lainya yang dapat mengupas segala yang kita tidak inginkan.

Filsafat juga sangat berhubungat erat dengan ilmu komunikasi. Karena ilmu-ilmu yang mempelajari tentang ilmu komunikasi sangat di sangkut kaitkan dengan ilmu filsafat.

Berikut definisi filsafat menurut beberapa ahli :

Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat, mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:

Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)Apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika)Sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh agama)Apa itu manusia ( dijawab oleh Antropologi )

Komunikasi

Onong Uchjana Effendy mengatakan: Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media)Raymond Ross mengatakan: Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.Gerald R. Miller mengatakan: Komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk memengaruhi perilaku mereka.Everett M. Rogers mengatakan: Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.Lasswell (1960) mengatakan : Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what effect?).

Analisis 5 unsur menurut Lasswell (1960):

Who? (siapa/sumber). Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi,bisa seorang individu,kelompok,organisasi,maupun suatu negara sebagai komunikator.Says What? (pesan). Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima(komunikan),dari sumber(komunikator)atau isi informasi.Merupakan seperangkat symbol verbal/non verbal yang mewakili perasaan,nilai,gagasan/maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yaitu makna,symbol untuk menyampaikan makna,dan bentuk/organisasi pesan.In Which Channel? (saluran/media). Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator(sumber) kepada komunikan(penerima) baik secara langsung(tatap muka),maupun tidak langsung(melalui media cetak/elektronik dll).To Whom? (untuk siapa/penerima). Orang/kelompok/organisasi/suatu negara yang menerima pesan dari sumber. Disebut tujuan (destination)/ pendengar (listener) / khalayak (audience) / komunikan / penafsir/ penyandi balik (decoder). With What Effect?(dampak/efek). Dampak/efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber, seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan, dll.

Contoh: Komunikasi antara dosen dengan mahasiswanya. Dosen sebagai komunikator harus memiliki pesan yang jelas yang akan disampaikan kepada mahasiswanya atau komunikan. Setelah itu dosen juga harus menentukan saluran untuk berkomunikasi baik secara langsung(tatap muka) atau tidak langsung(media). Setelah itu dosen harus menyesuaikan topic/diri/tema yang sesuai dengan si komunikan, juga harus menentukan tujuan komunikasi/maksud dari pesan agar terjadi dampak/effect pada diri komunikan sesuai dengan yang diinginkan.

3. Objek Kajian Etika Dan Filsafat Komunikasi/Konsep

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok, dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa sebagai wanita. Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua. Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ, anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.

Ada empat tipe manusia, antara lain:

Manusia yang tahu bahwa ia tahu. Manusia ini berpengetahuan, berkemampuan, untuk member pernyataan atas suatu objek, bisa mengingat-ingat apa yang terjadi dimasa lampau.Manusia yang tahu bahwa ia tidak tahu. Ia sadar akan dirinya dan oleh karena itu bertanya, menyelidiki sampai terpuas keingintahuannya.Manusia yang tidak tahu bahwa ia tahu, belum berkemampuan untuk member pernyataan atau putusan berlawan dengannya.Manusia yang tidak tahu bahwa ia tidak tahu, manusia ini lazim disebut “sok tahu”

Pengetahuan adalah hasil persentuhan alam dengan pancaindra, ini desubut sebagai pengetahuan khusus. Namun pengetahuan umum lebih bersifat unik, manusia tidak pernah bersentuhan dengan objek yang umum yang bersentuhan langsung dengan pancaindra. Manusia mengambil kesimpulan umum dari hal-hal khusus dengan akal melalui logikanya. Baik khusus atau umum pengetahuan itu tetap ada. Logika berfikir untuk menyimpulkan hal umum dari hal-hal khusus disebut induktif. Kebalikannya apabila menyimpulkan hal khusus dari hal umum disebut deduktif.

3. Objek Kajian Etika Dan Filsafat Komunikasi/Pendapat saya

a. Objek Filsafat

Isi filsafat ditentukan oleh objek yang dipikirkan. Ada dua objek apa yang dipikirkan. Ada dua objek dalam filsafat diantaranya:

Objek Material

Objek material filsafat yaitu segala yang ada dan mungkin ada, jadi luas sekali dan tidak terbatas.

Objek materia antara filsafat dengan sains (ilmu pengetahuan) sama, yaitu sama-sama menyelidiki segala yang ada dan mungkin ada. Tapi ada dua hal yang membedakan diantaranya:

a) Sains menyelidiki objek material yang empiris. Sedangkan filsafat menyelidiki bagian yang abstraknya.

b) Ada objek material filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh sains seperti tuhan, hari akhir (hal-hal yang tidak empiris). Jadi objek material filsafat lebih luas daripada sains.

Objek Formal (sikap penyelidikan)

Objek forma filsafat adalah penyelidikan yang mendalam atau ingin mengetahui bagian dalamnya. Kata mendalam artinya ingin tahu tentang objek yang tidak empiris.

Objek ini hanya dimiliki oleh filsafat saja. Sains tidak mempunyai objek forma. Karena objek sains hanya terbatas pada sesuatu yang bisa diselidiki secara ilmiah saja, dan jika tidak dapat diselidiki maka akan terhenti sampai disitu.

Tetapi filsafat tidaklah demikian, filsafat akan terus bekerja hingga permasalahannya dapat ditemukan sampai akar-akarnya.

4. Kebenaran Dalam Etika & Filsafat Komunikasi/Konsep

A. Pengertian Filsafat

Filfafat adalah sumber dari ilmu pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan adalah sumber atau dasar dari sebuah kebenaran. Masalah kebenaran sangat dasariah karena menyangkut segala pengetahuan yang menuju kebenaran. Masalahnya adalah hubungan antara pengetahuan dan kenyataan. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang dimaksud sesuai dengan kenyataan. Kebenaran yang dibahas dalam filsafat pengetahuan adalah kebenaran sebagai sifat pengetahuan. Yang dimaksud dengan pengetahuan yang benar dan “hasrat untuk menuju kebenaran” adalah bermacam-macam menurut konteks kebudayaan. Menuju pengetahuan yang benar untuk filsafat timur bersifat steriologis. Pengetahuan yang benar membawa keselamatan. Pandangan timur ini senada dengan perkataan Yesus “Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoh 8:32). Pandangan barat, kebenaran itu bersifat riil dan objektif. Namun dalam kenyataannya kebenaran objektif bisa bersifat sementara karena bisa berhadapan dengan kebenaran objektif lain secara berlawanan. Menurut Prof. Dr. Mujamil Qomar, kebenaran kebenaran yang ditunjukan oleh wahyu. Kebenaran yang digariskan Al-qur’an itu sifatnya kokoh, pasti dan mutlak, sehingga tidak bisa ditandingi oleh kebenaran lainya.

B. Pengertian Kebenaran

Kebenaran berasal dari kata dasar “benar”. Secara etimologi “benar” mempunyai arti tidak salah, lurus, susngguh-sungguh dan tidak bohong. Sedangkan secara epitemologi (istilah), pengertian kebenaran dapat kita lihat pembahasan dibawah ini. Pembahasan tentang kebenaran, maka kita akan menemukan dua hal, yakni “kebenaran apoteriori atau kebenaran yang berasal dari fakta”, dan “Kebenaran apriori atau kebenaran berasal dari akal budi”. Kebenaran apriori dapat dibuktikan dengan melihat keterkaitannya dengan proposisi yang sama, sedangkan kebenaran aposteriori hanya bisa dilihat sebagai benar berdasarkan pengalaman.

C. Kebenaran kefilsafatan

Dalam kajian falsafah dikenal berbagai macam teori kebenaran. Karena tujuan utama berfilsafat adalah mencari kebenaran yang ditunjukan dengan upaya terus-menerus untuk mencari kebenaran sejati maka dalam wacana filsafat ada berbagai macam teori kebenaran yang saling melengkapi satu sama lain. Kebenaran kefilsafatan harus memenuhi empat aspek, yakni objek materi, forma, metode dan system yang terkait dengan kebenaran.

D. Kebenaran dalam komunikasi

Menurut Yasraf Amir Piliang (1999), jaringan komunikasi yang berskala global telah menggiring kearah proses komunikasi dan arus informasi yang berlangsung cepat dan padat. Peningkatan tempo kehidupan di dalam skema globalisasi informasi telah menciptakan kebergantungan tinggi pada berbagai teknologi informasi dan komunikasi. Dalam dorongan kecepatan yang tak kuasa dikendalikan, komunikasi dan informasi menjadi sebuah terror (terror of speed), yang menghasilkan kecemasan (anxiety) dan kondisi panik (panic). Kecepatan pergantian citra televise yang tak sanggup dicerna: sebuah pesan-pesan email, blog, atau spam internet yang tak mampu dimaknai; gelombang pegantian gaya dan gaya hidup yang menjadikan orang selalu merasa kurang (lack) dan ketinggalan jaman.

Menuju teori disinformasi

Media komunikasi di abad informasi digital berkembang kearah sebuah titik, yang di dalamnya terjadi pelencengan fungsi komunikasi, kesimpangsiuran tanda, pengaburan makna, pengdistorsian realitas, dan penisbian kebenaran. Komunikasi tak lagi punya tujuan pasti; informasi tak lagi punya makna yang jelas. Informasi berkembang kearah sifat superlative, yang diproduksi berlebihan. Realitas komunikasi menciptakan pula kondisi kemustahilan iterpretasi karena apa yang ditampilkan sebagai sebuah kebenaran (truth) boleh jadi tak lebih dari sebuah kebohongan (misalnya, citra teroris). Kini tak ada lagi batas pasti antara kebenaran dan kepalsuan. Orang dihadapkan pada kesulitan besar dalam memisahkan antara kebenaran dan kepalsuan. Kepalsuan yang dikemas dalam teknik imagologi yang cerdas melalui manipulasi computer grafik, kini dapat tampil sebagai kebenaran yang meyakinkan.

4. Kebenaran Dalam Etika & Filsafat Komunikasi/Pendapat saya

Menurut pendapat saya kebenaran itu adalah sesuatu yang sudah di tetapkan bersama dan sudah di sepakati bersama sehingga kata kebenaran itu tercipta dan terjadi. Jika kebenaran tidak di sepakati terlebih dahulu maka kata kebenaran itu tidak aka nada di dunia ini. Dan kata kebenaran itu pula akan muncul apa bila seseorang yang bersangkutan mengatakan katan benar maka kata benar itu akan muncul dan orang yang berada didekatnya itu juga akan megatakan bahwa itu benar.

Namun kata bkebenaran sekarnag masih menjadi perbincangan oleh orang banyak. Mengapa? Karena jika kata kebenrara itu tidak tepat atau tidak pada waktu dimana kata kebenaran itu dikatakan maka kata benar itu akan menjadi kesalah pahaman dan akan menjadi pemilihan yang tidak terlalu efisien.

Oeleh karena itu jika kata benar di letakan pada tempat yang teratur atau pada saat – saat yang tepat maka kata benar itu akan sangat mudah di pahamai oleh orang lain dan akan mudah dipahami oleh orang lain begitu pula dengan sebaliknya jika kata benar tidak padawaktunya atau tidak pada tempatnya maka kata kebenaran tersebut akan sangat susah untuk dipahami dan akan sangat susah untuk diterima oleh orang lain.

Kebenaran dan kekeliruan

Manusia memiliki naluri ingin tahu dan disini dapat terlihat tahu yang benar dan yang keliru. Objek tahu adalah segala sesuatu yang ada dan mungkin ada. Sepanjang hidup, manusia dirangsang alam sekitarnya untuk tahu. Jadi hal tahu bersentuhan dengan objeknya. Pengetahuan tidak sesuai dengan objek sama dengan keliru, sedangkan jika sesuai dengan objek dikatakan sama dengan benar. Persesuaian antara pengetahuan dengan objeknya dinamai kebenaran. Yang penting pengetahuan yang dimiliki seseorang sesuai dengan aspek yang yang diketahui. Bila seseorang tidak tahu tentang salah satu aspek dari sesuatu objek, ia bukan keliru melainkan pengetahuannya tidak lengkap. Kekeliruan baru terjadi jika manusia mengira tahu tentang suatu aspek, tapi aspek itu tidak ada pada objeknya.

Isi filsafat ditentukan oleh abyek apa yang dipikirkan. Obyek yang dipikirkan oleh filosof ialah segala yang ada dan yang mungkin ada. Obyek yang diselidiki oleh filosof ada obyek material, yaitu segala yang ada tadi tentang obyek material ini banyak yang sama dengan obyek materia sains

Selain obyek materia, yaitu sifat penyelidikan. Obyek forma filsafat adalah peyelidikan yang mendalam. Artinya, ingin tahunya filsafat adalah ingin tahu bagian dalamnya. Kata mendalam artinya ingin tahu tentang obyek yang tidak empiris.

Filsafat adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang ada di alam semesta dan merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Serta membahas 3 hal penting yaitu:

Tuhan (Teologi).Manusia (Humanologi).Alam (Kosmologi).

Ciri ilmu filsafat yang membedakan dengan ilmu lain adalah:

Filsafat membahas ilmu secara sinopsis (menyeluruh).Filsafat itu mendasar (radikal) atau membahas tuntas dari awal.Filsafat selalu menanyakan sesuatu dibalik persoalan yang dihadapi dan dipelajari oleh ilmu (spekulatif) tersebut, menetapkan dan mengendalikan pada pikiran rasional dan berusaha mencari kebenaran.

Ada beberapa aliran filsafat yang merupakan pemikiran-pemikiran para pilosof dan berkembang dalam masyarakat dan mempraktekkannya, seperti:

Empirisme yaitu menekankan pada pengalaman dan penghayatannya terhadap duniadan kehidupan.Rasionalisme yaitu pemikiran dan pertimbangan terhadap akal sehat.Idealisme yaitu pemikiran yang berdasarka ide, materi, dan perkembangan pada pemikiran jiwa dan raga.

Sikap Mental

Dari pengetahuan diatas tersimak beberapa sikap mental, antara lain:

Keyakinan menghadapi kebenaran, manusia harus bersikap kritis, tidak cepat-cepat mengambil kesimpulan. Nanti pada saatnya dia merasa cukup alas an pengetahuannya benar, berarti dia telah memiliki keyakinan.Kepastian adalah keyakinan yang telah mendapatpembuktian kebenaran berdasarkan pengalaman sendiri.Sangsi, manusia ada yang belum 100% yakin akan kebenaran. Ada sebagian fakta sudah menunjukan kebenaran tetapi ada fakta lain tidak diketahui atau belum diyakini kebenarannya. Ia masih sangsi. Sangsi berbeda dengan ragu, orang yang ragu tidak berani member pernyataan atau putusan/tidak berani bertindak. Sangsi mendorong manusia mengadakan penelitian lebih lanjut guna mendapat kebenaran. Keraguan melemahkan Karen membuat manusia tidak berani bertindak.Kepercayaan, telah diutarakan bahwa kepastian adalah sikap mental dari mencari kebenaran berdasar pengalaman sendiri, seseorang meyakini kebenaran sebagai suatu kepastian. Apabila kebenaran pengetahuan didapat dari pengalaman orang lain yang dipercaya, maka disebut kepercayaan. Jadi percaya adalah menerima kebenaran dari orang yang kredibel.

5. Tema Pokok Dalam Etika dan Filsafat Komunikasi/Konsep

A. Manusia sebagai pelaku komunikasi menurut aristoteles [384-322sm]

Manusia punya tiga jiwa [anima], yakni: 1.Anima avegatativa/ roh vegetatif ' tumbuh- tumbuhan ' fungsinya makan, tumbuh dan berkembang biak. 2.Anima sensitiva ' binatang punya perasaan, naluri dan nafsu ' mampu mengamati, bergerak dan bertindak. 3.Anima intelektiva ' roh intelekyang dimiliki manusia ' berpikir dan berkehendak. ' punya kesadaran.

Ciri manusia menurut Aristoteles adalah memiliki totalitas, yakni persatuan roh dan jasad. Roh/anima adalah penyebab hidup, bukan penyebab kesadaran, sedangkan yang menyebabkan kesadaran adalah "aku"/rohani. "aku" adalah juga yang merasa, sedangkan pusat panca indera ada di otak, dan memiliki perangsang masing-masing yang disebut "adequatus".

3 aliran besar tentang manusia. Materialisme, yaitu aliran yang melihat manusia ada pada fisiknya. Keberadaan fisik dengan demikian merupakan unsur pokok dari kemanusia. Idealisme, keberadaan manusia adalah pada ide. Seperti orang yang belum pernah melihat kapal selam tapi ia akan mengerti akan kapal selam bila diberi penjelasan dan gambaran tentang kapal selam. Eksistensialisme, melihat manusia pada eksistensinya, yakni sejauh mana keberdaannya diakui oleh masyarakat sekitarnya.

Komunikator Humanistik Adalah komunikator humanistik. Menurutnya komunikator humanistik adalah diri seseorang yang unik dan otonom, dengan proses mental mencari informasi secara aktif, yang sadar akan dirinya dan keterlibatannya dengan masyarakat, memiliki kebebasan memilih dan bertanggung jawab terhadap prilaku yang diakibatkan. Teori humanistik bertujuan menggambarkan teori perilaku manusia yang sederhana dan berdiri sendiri.

B. Teknologi komunikasi straubhaard/larose dalam buku media now tahun 2002

Mengatakan bahwa perkembangan teknologi terhadap bidang komunikasi ditandai dengan terbentuknya Masyarakat Informasi [information society]. Masyarakat informasi adalah suatu masyarakat dimana produksi, pemrosesan, distribusi dan konsumsi informasi menjadi aktivitas yang utama. Sebelum terbentuknya masyarakat informasi, secara sosiologis masyarakat terlebih dahulu mengalami fase masyarakat pra- agriculture, masyarakat agriculture, masyarakat industri, baru masyarakat informasi.

Pada fase pertama, kegiatan manusia adalah bercocok tanam dan berburu dengan perlengkapan seadanya dan dilakukan tanpa pola [nomaden]. 2. Fase kedua, agriculture, kegiatan utama masyarakat adalah bertani serta bagaimana memasar hasil bumi tersebut untuk ditukar dengan kebutuhan lainnya. 3. Fase ketiga, masyarakat industri, ditandai dengan penemuan mesin sehingga produksi bisa dilakukan dengan jumlah massif. Tenaga Bila dilihat dariàkerja lebih banyak tersedot dalam sektor pabrik. cirinya, maka Indonesia belum bisa dikatakan sudah masuk ke era masyarakat informasi. Mungkin kalau pada taraf sudah memulai, terutama mereka yang tinggal di kota besar.

C. Komunikasi efektif dan strategi komunikasi

Proses komunikasi memang tidak dapat dihindarkan dari aktivitas manusia. Namun, komunikasi tidak selalu berjalan sebagaimana mestinya. Ketidakefektifan dalam berkomunikasi adalah hal yang juga sering terjadi. Hal ini akan terjadi jika pesan yang disampaikan oleh komunikator tidak diterima secara benar dan baik oleh komunikan, dan masih banyak faktor-faktor lain yang dapat menyebabkannya.

Wilbur Schramm menyebut sebagai “the conditions of success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita ingin agar pesan yang kita sampaikan menghasilkan tanggapan yang kita inginkan.

The Conditionsof Success in Communication terebut meliputi:[1][21]

ï‚· Pesan harus dirancang sedemikian dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikasi.

ï‚· Pesan harus menggunakan lambang yang memiliki pengertian yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.

ï‚· Pesan harus dapat menumbuhkan kebutuhan pribadi komunikan sekaligus menyediakan alternatif mencapai kebutuhan tersebut.

ï‚· Pesan harus berkaitan dengan kebutuhan kelompok dimana komunikan berada.

5. Tema Pokok Dalam Etika dan Filsafat Komunikasi/Pendapat Saya

Pada umumnya hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan kelompok tetapi juga terjadi didalam kehidupan masyarakat secara luas. Dari gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.

Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni : Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.

Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.

Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial.

Manisfestasi manusia sebagai makhluk sosial, nampak pada kenyataan bahwa tidak pernah ada manusia yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan orang lain.

Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.

Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk hukum, mendirikan kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Dalam perkembangan ini, spesialisasi dan integrasi atau organissai harus saling membantu. Sebab kemajuan manusia nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk kerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam masyarakat yang saling membutuhkan.

Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa tanggungjawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah” dari pada wujud sosial yang ”besar” dan ”kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu non formal (masyarakat) maupun dalam bentuk-bentuk formal (institusi, negara) dengan wibawanya wajib mengayomi individu.

Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.

Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat. Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.

Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup adabersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.

6. Manusia Sebagai Makhluk Simbolik/Konsep

Manusia sebagai Makhluk Simbolik (Homo Symbolicum)

Manusia adalah makhluk sosial. Hal tersebut sudah menjadi kesepakatan masyarakat umum tentang definisi manusia. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena tak ada satupun manusia yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau bahkan bantuan makhluk hidup lainnya. Misalnya, anjing yang dapat membantu manusia untuk menjaga rumahnya. Oleh sebab itu, manusia dalam kehidupan sehari-harinya pasti melakukan interaksi dengan orang lain maupun makhluk hidup lainnya. Dalam interaksi tersebut, manusia memiliki sistem simbol dalam berkomunikasi, sehingga manusiapun tidak hanya dikatakan sebagai makhluk sosial, tetapi juga sebagai makhluk simbolik atau Homo Symbolicum. Dalam komunikasi dikenal sebuah teori tentang interaksi manusia, yaitu teori interaksi simbolik. Interaksi simbolik merupakan suatu aktivitas yang menjadi ciri khas manusia, yaitu komunikasi dan pertukaran simbol yang diberi makna. Interaksi simbolik berasal dari pemikiran George Herbert Mead (1863-1931). Mead membuat pemikiran orisinal, yaitu “The Theoretical Perspective” yang merupakan cikal bakal Teori Interaksi Simbolik. Teori ini juga sering disebut dengan Mazhab Chicago, karena Mead tinggal di Chicago selama kurang lebih 37 tahun.

Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini mengatakan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra mereka. Teori interaksi simbolik ini memiliki prinsip sebagai berikut:

1) Manusia, tidak seperti hewan lebih rendah, diberkahi dengan kemampuan berpikir. Manusia dan hewan adalah makhluk hidup, tetapi manusia diberkahi dengan kemampuan berpikir, sedangkan hewan tidak. Oleh sebab itu, setiap manusia dapat berinteraksi dengan hal-hal di sekelilingnya dengan menggunakan aturan seperti saat seseorang melakukan kesalahan kepada orang lain, dia harus meminta maaf kepada orang tersebut. Akan tetapi, hewan tidak perlu meminta maaf kepada hewan lainnya ketika melakukan kesalahan, karena hewan tidak memiliki akal untuk berpikir bahwa mereka harus berinteraksi dengan hewan lainnya dengan menggunakan aturan.

2) Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial. Manusia memiliki kemampuan berpikir yang memang sudah diberikan oleh sang pencipta, tetapi kemampuan berpikir manusia tersebut dapat terbentuk dan semakin berkembang melalui interaksi sosial. Dalam berinteraksi, manusia menggunakan akal mereka untuk memahami hal-hal yang ada di sekeliling mereka dan melalui pemahaman tersebut kemampuan berpikir manusia terbentuk dan semakin berkembang.

3) Dalam interaksi sosial, manusia mempelajari makna dan simbol yang memungkinkan mereka menerapkan kemampuan khas mereka sebagai manusia, yaitu berpikir. Manusia berpikir untuk menginterpretasi makna dari simbol-simbol yang mereka temukan dalam kehidupan mereka.

Manusia dikatakan sebagai makhluk simbolik karena dalam kehidupan sehari-hari, mereka sering menggunakan simbol-simbol. Salah satu contoh penggunaan simbol dalam kehidupan sehari-hari adalah simbol-simbol pada peraturan lalu lintas, misalnya lampu lalu lintas atau lebih sering disebut lampu merah oleh masyarakat luas yang terdiri dari tiga warna yaitu merah, kuning, dan hijau. Warna-warna tersebut masing-masing memiliki makna tersendiri yakni warna merah yang memerintahkan para pengguna jalan untuk berhenti, warna kuning yang memerintahkan untuk berhati-hati, dan lampu hijau yang memerintahkan untuk kendaraan jalan.

Teori Pemikiran George H Blumer Tentang Interaksionisme Simbolik

Teori interaksionisme simbolik salah satunya dipopulerkan oleh Herbert Blumer. Blumer pertama kali mengemukakan istilah interaksionisme simbolik pada tahun 1937 dan menulis esai penting dalam perkembangannya. Interaksionisme simbolik Blumer merujuk pada suatu karakter interaksi khusus yang berlangsung antar-manusia. Aktor tidak semata-mata bereaksi terhadap tindakan yang lain tetapi dia menafsirkan dan mendefinisikan setiap tindakan orang lain. Respon aktor selalu didasarkan atas penilaian makna tersebut. Oleh karenanya interaksi pada manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol penafsiran atau menemukan makna tindakan orang lain.

Teori Pemikiran George Mead TentangInterksionisme Simbolik

Mead juga menyimpulkan alasannya membuat konsep interaksionisme simbolis, yaitu pemakaian konsep psikologi sosial dengan konsekuensi yang melekat padanya. Untuk menganalisis perilaku ataupun tindakan sosial harus dimulai menganalisis perilaku sosial sebagai kompleksitas dari perilaku-perilaku individu yang menjadi bagian-bagian perilaku sosial tersebut. Dan juga, bagi psikologi sosial adalah keseluruhan (masyarakat) mendahului bagian (individu), bukan bagian mendahului keseluruhan, bukan keseluruhan menurut satu atau beberapa bagian.

6. Manusia Sebagai Makhluk Simbolik/Konsep/Pendapat Saya

Pendapat saya tentang manusia sebagai makhluk simbolik menurut mead dan blumer yaitu seperti yang dikatana oleh mead dimana ”Berpikir menurut Mead adalah suatu proses individu berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan memilih dan menggunakan simbol-simbol yang bermakna” dalam kalimat tersebut mead berasumsi bahwa manusia selalu berinteraksi dengan dirinya sendiri pada saat memilih atau menggunakan simbol – simbol yang mereka temukan atau yangmereka lihat dan dalam simbol – simbol tersebut memiliki suatu makna yang berbeda maka mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiri untuk membedekan simbol – simbol dengan makna yang ada agar mereka tidak salah saat menggunakan simbol tersebut.

Simbol atau tanda yang diberikan oleh manusia dalam melakukan interaksi mempunyai makna-makna tertentu , sehingga dapat menimbulkan komunikasi. Menurut Mead, komunikasi secara murni baru terjadi bila masing-masing pihak tidak saja memberikan makna pada perilaku mereka sendiri, tetapi memahami atau berusaha memahami makna yang diberikan oleh pihak lain. Dalam hubungan ini, habermas mengemukakan dua kecendrungan fungsional dalam argument bahasa dan komunikasi serta hubungan dengan perkembangan manusia. Pertama, bahwa manusia dapat mengarahkan orientasi perilaku mereka pada konsekuensi-konsekuensi yang paling positif . Kedua, sebagai kenyataan bahwa manusia terlibat dalam interaksi makna yang kompleks dengan orang yang lain, dapat memaksa mereka untuk cepat berinteraksi dengan apa yang diinginkankan orang lain.

Pada awal perkembangannya, interaksi simbolik lebih menekankan studinya tentang perilaku manusia pada hubungan interpersonal, bukan pada keseluruhan kelompok atau masyarakat. Proporsi paling mendasar dari interaksi simbolik adalah perilaku dan interaksi manusia itu dapat dibedakan, karena ditampilkan lewat symbol dan maknanya. Mencari makna dibalik yang sensual menjadi penting didalam interaksi simbolis.

Karena jia mereka salah menggunakan simbol – simbol yang sesuai dengan maknanya tersebut maka simbol – simbol tersebut akan berubah makna lagi dan makna yang sesungguhnya akan berganti dengan sesuai penempatan simbol – simbol yang telah mereka gunakan. Namun pada awalnya simbol – simbol tersebut akan terlihat seperti aneh karena simbol – simbol tersebut tidak sesuai dengan penempatan simbol – simbol tersebut. Contoh : Lampu lalu lintas di pasang pada sudut – sudut lapangan sepak bola. Lampu lalu lintas tersebut adalah simbol di mana simbol tersebut haru di pasang pada jalan yang memiliki beberapa jalan yang melewati 2 atau 3 jalur. Namun di sini simbol tersebut di tempatkan pada sudut – sudut lapangan sepak bola yang seharunya dipasang bendera – bendera yang melambangkan bahwa itu adalah batas lapangan yang akan digunakan utuk pada saat tendangan sudut terjadi atau bola yang sudah melewati garis atau bendera yang sudah ada.

Berikutnya menurut blumer, blumer mengatakan bahwa ”manusia mempunyai sejumlah kemungkinan tindakan dan pemikiranya sebelum ia memulai tindakan yang sebenarnya dengan melalui pertimbangan. Karena itu, dalam tindakan manusia terdapat suatu proses mental yang tertutup yang mendahului proses tindakan yang sesungguhnya.” Dalam beberapa kalimat tersebut blumer mengatakan bahwa manusia sebelum memilih atau menggunakan symbol – symbol yang akan ia gunakan ia terlebuh dahulu akan memikirkannya dengan penuh pertimbangan yang sangat besar dan sangat teliti.

Namun pada dasarnya teori yang di sampaikan oleh blumer tidak terlalu berbedah jauh dengan apa yang di katakana oleh mead. Karena pada dasarnya blumer adalah seorang murid dari mead jadi tidak heran banya teori – teori darinya sangat atau mirip dengan teori yang di sampaikan oleh mead.

Namun hal tersebut sempat dibentangkan dengan beberapa katak yang saya kutip dari beberapa referensi di mana ”Blumer lebih banyak dipengaruhi oleh Mead dalam berbagai gagasan psikologi sosial-nya mengenai teori interaksionisme simbolik. Kendatipun demikian, seorang blumer tetap memiliki kekhasan-kekhasan dalam pemikirannya, dan terutama ia mampu membangun suatu teori dalam sosiologi yang berbeda dengan “gurunya”, Mead. Pemikiran blumer pada akhirnya memiliki pengaruh yang cukup luas dalam berbagai riset sosiologi. Bahkan blumer pun berhasil mengembangkan teori ini sampai pada tingkat metode yang cukup rinci.” Dalam kata – kata tersebut blumer berhasul membuat suatu riser atau suatu teori yang berbeda dari yang di sampaikan oleh mead

Jadi pada intinya manusia sebagai makhluk simbolik adalah manusia yang selalu mempertimbangkan atau memikirkan hal – hal yang berhungungan dengan symbol, tanda dan hal tersebut yang membuat manusua menjadi makhluk yang simbolik di karenakan manusia selalu mengguakan atau memikirkan symbol – silmbol yang akan mereka gunakan atau yang akan mereka pakai pada saat mereka membtuhkan symbol – symbol tersebut.

Dan manusia sebagai makhluk yang simboik adalah manusia yang selalu menggunakan symbol – symbol atau selalu bergantung pada symbol – symbol yang ada seperti rambu – rambu lalu lintas, lampu lalu lintas, dan berbagai symbol – symbol yang ada atau yang diciptakan atau yang dubuat untuk digunakan yang ada didunia ini.

Pada teori ini dijelaskan bahwa tindakan manusia tidak disebabkan oleh“kekuatan luar” (sebagaimana yang dimaksudkan kaum fungsionalis struktural), tidak pula disebabkan oleh “kekuatan dalam” (sebagaimana yang dimaksud oleh kaumreduksionis psikologis) tetapi didasarkan pada pemaknaan atas sesuatu yang dihadapinyalewat proses yang oleh Blumer disebut self-indication.Menurut Blumer proses self-indication adalah proses komunikasi pada diriindividu yang dimulai dari mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, danmemutuskan untuk bertindak berdasarkan makna tersebut.

Lebih jauh Blumer menyatakan bahwa interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan symbol -simbol, oleh penafsiran, dan oleh kepastian makna dari tindakan orang lain, bukan hanya sekedar saling bereaksi sebagaimana model stimulus-respons.Interaksionisme simbolis cenderung sependapat dengan perihal kausal prosesinteraksi social. Dalam artian, makna tersebut tidak tumbuh dengan sendirinya namunmucul berkat proses dan kesadaran manusia. Kecenderungan interaksionime simbolis inimuncul dari gagasan dasar dari Mead yang mengatakan bahwa

interaksionis symbol

memusatkan perhatian pada tindakan dan interaksi manusia, bukan pada proses mental yang terisolasi

Jadi sebuah symbol tidak dibentuk melalui paksaan mental merupakantimbul berkat ekspresionis dan kapasitas berpikir manusia.Pada tahapan selanjutnya, pokok perhatian interaksionisme simbolis mengacu pada dampak makna dan symbol terhadap tindakan dan interaksi manusia. Dalam tahapanini Mead memberikan gagasan mengenai perilaku tertutup dan perilaku terbuka. Perilakutertutup adalah proses berpikir yang melibatkan makna dan symbol. Perilaku terbukaadalah perilaku actual yang dilakukan oleh actor. Di lain sisi, seorang actor juga akanmemikirkan bagaimana dampak yang akan terjadi sesuai dengan tindakan. Tindakan yangdihasilkan dari pemaknaan symbol dan makna yang merupakan karakteristik khususdalam tindakan social itu sendiri dan proses sosialisasi.Dalam interaksionisme simbolis, seseorang memberikan informasi hasil dari pemaknaan symbol dari perspektifnya kepada orang lain. Dan orang-orang penerimainformasi tersebut akan memiliki perspektif lain dalam memaknai informasi yangdisampaikan actor pertama. Dengan kata lain actor akan terlibat dalam proses salingmempengaruhi sebuah tindakan social.Untuk dapat melihat adanya interaksi sosial yaitu dengan melihat individu berkomunikasi dengan komunitasnya dan akan mengeluarkan bahasa-bahasa , kebiasaanatau simbol-simbol baru yang menjadi objek penelitian para peneliti budaya .

Menurut H. Blumer teori ini berpijak pada premis bahwa (1) manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna yang ada pada “sesuatu” itu bagi mereka, (2) makna tersebut berasal atau muncul dari “interaksi sosial seseorang dengan orang lain”, dan (3) makna tersebut disempurnakan melalui proses penafsiran pada saat “proses interaksi sosial” berlangsung. “Sesuatu” – alih-alih disebut “objek” – ini tidak mempunyai makna yang intriksik. Sebab, makna yang dikenakan pada sesuatu ini lebih merupakan produk interaksi simbolis.

Bagi H. Blumer, “sesuatu” itu – biasa diistilahkan “realitas sosial” – bisa berupa fenomena alam, fenomena artifisial, tindakan seseorang baik verbal maupun nonverbal, dan apa saja yang patut “dimaknakan”.

Sebagai realitas sosial, hubungan “sesuatu” dan “makna” ini tidak inheren, tetapi volunteristrik. Sebab, kata Blumer sebelum memberikan makna atas sesuatu, terlebih dahulu aktor melakukan serangkaian kegiatan olah mental: memilih, memeriksa, mengelompokkan, membandingkan, memprediksi, dan mentransformasi makna dalam kaitannya dengan situasi, posisi, dan arah tindakannya.

Dengan demikian, pemberian makna ini tidak didasarkan pada makna normatif, yang telah dibakukan sebelumnya, tetapi hasil dari proses olah mental yang terus-menerus disempurnakan seiring dengan fungsi instrumentalnya, yaitu sebagai pengarahan dan pembentukan tindakan dan sikap aktor atas sesuatu tersebut. Dari sini jelas bahwa tindakan manusia tidak disebabkan oleh “kekuatan luar” (sebagaimana yang dimaksudkan kaum fungsionalis struktural), tidak pula disebabkan oleh “kekuatan dalam” (sebagaimana yang dimaksud oleh kaum reduksionis psikologis) tetapi didasarkan pada pemaknaan atas sesuatu yang dihadapinya lewat proses yang oleh Blumer disebut self-indication.
Menurut Blumer proses self-indication adalah proses komunikasi pada diri individu yang dimulai dari mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna tersebut. Dengan demikian, proses self-indication ini terjadi dalam konteks sosial di mana individu mengantisipasi tindakan-tindakan orang lain dan menyesuaikan tindakannya sebagaimana dia memaknakan tindakan itu.
Lebih jauh Blumer dalam buku yang sama di halaman 78 menyatakan bahwa interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol, oleh penafsiran, dan oleh kepastian makna dari tindakan orang lain, bukan hanya sekedar saling bereaksi sebagaimana model stimulus-respons. Selain menggunakan Interaksionis Simbolik, kasus Sampit bisa didekati dengan metode Hermeneutik. Hermeneutik dapat didefinisikan sebagai suatu teori atau falsafah yang menginterpretasi makna. Pada dasawarsa ini, Hermeneutik muncul sebagai topik utama dalam falsafah ilmu sosial, seni dan bahasa dan dalam wacana kritikan sastera yang mempamerkan hasil interpretasi teks sastera.
Perkataan Hermeneutik berasal dari dua perkataan Greek: hermeneuein, dalam bentuk kata kerja bermakna ”to interpret” dan hermeneia, dalam bentuk kata nama bermakna ”interpretation”. Kaedah ini mengutamakan penginterpretasian teks dalam konteks sosiobudaya dan sejarah dengan mendedahkan makna yang tersirat dalam sesebuah teks atau karya yang diselidiki. Dokumen awal menjelaskan bahawa seorang ahli falsafah, iaitu Martin Heidegger menggunakan kaedah Hermeneutik pada tahun 1889-1976. Walau bagaimanapun, Hermeneutik telah mula dipelopori oleh Schleimarcher dan Dilthey sejak abad ke-17 dan diteruskan oleh Habermas, Gadamer, Heidegger, Ricoeur dan lain-lain pada abad ke-20.

Blumer lebih banyak dipengaruhi oleh Mead dalam berbagai gagasan psikologi sosial-nya mengenai teori interaksionisme simbolik. Kendatipun demikian, seorang blumer tetap memiliki kekhasan-kekhasan dalam pemikirannya, dan terutama ia mampu membangun suatu teori dalam sosiologi yang berbeda dengan “gurunya”, Mead. Pemikiran blumer pada akhirnya memiliki pengaruh yang cukup luas dalam berbagai riset sosiologi. Bahkan blumer pun berhasil mengembangkan teori ini sampai pada tingkat metode yang cukup rinci. Teori interaksionisme simbolis yang dimaksud blumer bertumpu pada tiga premis utama:

ï‚· Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.

ï‚· Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan dengan orang lain.

ï‚· Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial sedang berlangsung.[24]

Teori interaksionisme simbolis merujuk pada karakter interaksi khusus yang berlangsung antar manusia. Aktor tidak semata-mata beraksi terhadap tindakan yang lain, tetapi dia menafsirkan dan mendefinisikan setiap tindakan orang lain. Respon aktor secara langsung maupun tidak, selalu didasarkan atas penilaian makna tersebut. Oleh karena itu, interaksi manusia di jembatani oleh penggunaan simbol-simbol penafsiran atau dengan menamukan makna tindakan orang lain.

Dalam konteks itu, menurut Blumer, aktor akan memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokkan dan mentransformasikan makna dalam kaitannya dengan situasi dimana dan kemana arah tindakannya. Sebenarnya, interpretasi harus tidak di anggap hanya sebagai penerapan makna-makna yang dipakai dan disempurnakan sebagai instrumen bagi pengarahan dan pembentukan tindakan. Blumer mengatakan bahwa individu bukan di kelilingi oleh lingkungan obyek-obyek potensial yang mempermainkannya dan memebentuk perilakunya. Gambaran yang benar ialah ia membentuk obyek-obyek itu.

Dalam pada itu, maka individu sebenarnya sedang merancang obyek-obyek yang berbeda, memberinya arti, menilai kesesuaiannya dengan tindakan dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian tersebut. Inilah yang dimaksud dengan penafsiran atau bertindak berdasarkan simbol-simbol.

Dengan begitu, manusia merupakan aktor yang sadar dan reflektif, yang menyatukan obyek-obyek yang di ketahuinya melalui apa yang disebut Blumer sebagi self indication. Self indication adalah proses komunikasi yang sedang berjalan dimana individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna itu. Proses self indication ini terjadi dalam konteks sosial dimana individu mencoba “mengantisipasi” tindakan-tindakan orang lain dan menyesuaikan tindakannya sebagaimana dia menafsirkan tindakan itu.

 

Daftar Pustaka

http://perkuliahan-perkuliahan.blogspot.com/2009/03/materi-kuliah-pengantar-filsafat-02.html

(http://arinnjunaid.blogspot.com/2014/01/manusia-sebagai-makhluk-simbolik-homo.html)

http://elmasterquin.blogspot.com/2012/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://donaheli.blogspot.com/2013/09/filsafat-komunikasi.html

http://kebenaran.org/

http://filsafat.kompasiana.com/2009/11/09/ada-tiga-macam-kebenaran-23239.html

http://mbenxxcaem.blogspot.com/2011/09/hakekat-filsafat.html

http://ronikurosaky.blogspot.com/2014/05/teori-interaksi-simbolik-menurut-george.html

http://lauraerawardani.blogspot.com/2014/04/interaksionisme-simbolik.html

http://henrysubiakto.blogspot.com/2012/02/anatomi-teoretik-george-herbertmead.html

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong