ARSIP BULANAN : April 2015

Etika dan Filsafat Komunikasi part 2

15 April 2015 11:32:44 Dibaca : 347

2. FILSAFAT DAN ILMU KOMUNIKASI
Filfafat adalah sumber dari ilmu pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan adalah sumber atau dasar dari sebuah kebenaran. Masalah kebenaran sangat dasariah karena menyangkut segala pengetahuan yang menuju kebenaran. Masalahnya adalah hubungan antara pengetahuan dan kenyataan. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang dimaksud sesuai dengan kenyataan. Kebenaran yang dibahas dalam filsafat pengetahuan adalah kebenaran sebagai sifat pengetahuan. Yang dimaksud dengan pengetahuan yang benar dan “hasrat untuk menuju kebenaran” adalah bermacam-macam menurut konteks kebudayaan. Menuju pengetahuan yang benar untuk filsafat timur bersifat steriologis. Pengetahuan yang benar membawa keselamatan. Pandangan timur ini senada dengan perkataan Yesus “Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoh 8:32). Pandangan barat, kebenaran itu bersifat riil dan objektif. Namun dalam kenyataannya kebenaran objektif bisa bersifat sementara karena bisa berhadapan dengan kebenaran objektif lain secara berlawanan. Menurut Prof. Dr. Mujamil Qomar, kebenaran kebenaran yang ditunjukan oleh wahyu. Kebenaran yang digariskan Al-qur’an itu sifatnya kokoh, pasti dan mutlak, sehingga tidak bisa ditandingi oleh kebenaran lainya.
Dari pendapat ini dapat disimpulkan bahwa kebenaran itu sudah ada, tinggal menulusuri bukti-buktinya. Bukti kebenaran itu dapat dicapai melalui percobaan-percobaan atau penelitian-penelitian ilmiah terhadap petunjuk-pertunjuk yang ada. Maka ada perbedaan mekanisme kerja dalam mencapai kebenaran dikalangan ilmuan barat dan ilmuan muslim. Jika metode keilmuan barat dipakai untuk mendapatkan kebenaran objektif yang sifatnya masih sementara, maka kebenaran wahyu telah ditunjukan lebih dahulu secara pasti, baru dicari bukti-bukti kebenarannya melalui metode-metode tertentu. Dengan kata lain, kebenaran yang dicapai melalui metode keilmuan barat berada di belakang sebagai jawaban terhadap upaya-upaya penggalian ilmu pengetahuan, sedangkan kebenaran wahyu berada di muka (telah ditentukan) baru kemudian dicari bukti-buktinya melalui pendekatan atau metode tertentu.

Pengertian Kebenaran
Kebenaran berasal dari kata dasar “benar”. Secara etimologi “benar” mempunyai arti tidak salah, lurus, susngguh-sungguh dan tidak bohong. Sedangkan secara epitemologi (istilah), pengertian kebenaran dapat kita lihat pembahasan dibawah ini. Pembahasan tentang kebenaran, maka kita akan menemukan dua hal, yakni “kebenaran apoteriori atau kebenaran yang berasal dari fakta”, dan “Kebenaran apriori atau kebenaran berasal dari akal budi”. Kebenaran apriori dapat dibuktikan dengan melihat keterkaitannya dengan proposisi yang sama, sedangkan kebenaran aposteriori hanya bisa dilihat sebagai benar berdasarkan pengalaman.
Ada dua pandangan tentang kebenaran, kebenaran secara rasional atau berdasarkan akal budi dan kebenaran secara empiris atau berdasarkan pengetahuan. Hal ini sebagaimana dikatakan Immanuel Kant dlm yang dikutip olh A. Sonny Keraf, bahwa ada dua cara yang saling terkait dan menunjang satu sama lain untuk bisa sampai pada suatu pengetahuan. Pertama, secara empiris, yaitu dengan mengacu pada pengalaman dan pengamatan indrawi, pada bagaimana benda atau objek tertentu tampak pada kita melalui pancaindra. Jadi untuk mengetahui bahwa suatu konsep atau proposisi benar, saya mengacu pada objek dari proposisi itu menampakkan diri pada saya. Artinya, saya selalu menceknya pada fakta dan data yang bisa ditangkap dengan pancaindra. Dengan kata lain untuk mengetahu bahwa proposisi benar kita tidak mengacu pada akal budi, bagaimana akal budi memikirkannya, melainkan bagaimana pada objek yang dinyatakan dalam proposisi itu tampak pada saya. Ini lah yang disebut sebagai kebenaran atau pengetahuan empiris. Kedua, suatu objek bisa ditangkap oleh pancaindra kalau kita mempunyai kategori-kategori tertentu. Pengetahuan memang didasarkan pada pengalaman indrawi, tetapi pengalaman indrawi itu hanya mungkin terjadi dalam bentuk-bentuk bawaan tertentu yang ada dalam diri manusia; berupa ruang dan waktu serta hukum sebab akibat. Jadi, di pihak lain ada pengetahuan transendental yang memberi kerangka yang memungkinkan objek dapat dialami. Maka di satu pihak akal budi menangkap benda tertentu sesuai dengan bentuk benda itu tetapi di pihak lain, benda itu sendiri menyesuaikan diri dengan bentuk-bentuk yang telah ada dalam akal budi. (A. Sonny Keraf & Mikhael Dua, 2001;60).

Evasi Komunikasi
Hambatan komunikasi pada umumnya mempunyai 2 sifat :
1. Hambatan Obyektif; Gangguan dan halangan terhadap jalannya komunikasi yang tidak disengaja, dibuat oleh pihak lain, tapi mungkin disebabkan oleh keadaan yang tidak menguntungkan.
Misal: Gangguan cuaca, gangguan lalu-lintas.
Hambatan Objektif juga bisa disebabkan :
• Kemampuan komunikasi yang kurang baik;
• Approach/Pendekatan penyajian kurang baik;
• Timing tidak cocok;
• Penggunaan media yang keliru.
2. Hambatan Subyektif; yang sengaja dibuat oleh orang lain. Disebabkan karena adanya :
• Pertentangan kepentingan;
• Prejudice;
• Tamak;
• Iri hati;
• Apatisme, dsb.
EVASION OF COMMUNICATION :
• “Gejala mencemooh dan mengelakan suatu komunikasi untuk mendeskreditkan atau menyesatkan pesan komunikasi”.
• Mencacatkan Pesan Komunikasi (Message made invalid); Kebiasaan mencacatkan pesan komunikasi dengan menambah-nambah pesan yang negatif.
• Mengubah Kerangka Referensi (Changing frame of reference),Kebiasaan mengubah kerangka referensi menunjukkan seseorang yang menanggapi komunikasi dengan diukur oleh kerangka referensi sendiri.
Faktor-Faktor Penunjang Komunikasi Efektif
Mengapa Komunikasi Kita Pelajari dan Teliti ?
Jawabannya :
Karena Kita Ingin Mengetahui Bagaimana Efek Suatu Jenis Komunikasi kepada Seseorang.
WILBUR Schramm, menampilkan apa yang disebut “the condition of success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki, dengan memperhatikan :
a) Pesan harus dirancang dan disampaikan sehingga menarik.
b) Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman antara komunikator dan komunikan, sehingga dimengerti.
c) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan.
d) Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan komunikan.
1. FAKTOR KOMPONEN KOMUNIKAN
a. Para Ahli Komunikasi meneliti sedalam-dalamnya tujuan Komunikan
b. Mengapa “Know Your Audience” merupakan ketentuan utama dalam komunikasi
Sebabnya ialah karena penting mengetahui :
-Timing yang tepat untuk suatu pesan;
-Bahasa yang harus dipergunakan agar pesan dapat dimengerti;
-Sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif;
-Jenis kelompok dimana komunikasi akan dilaksanakan.
Komunikan dapat dan akan menerima sebuah pesan hanya kalau terdapat empat kondisi berikut ini :
• Dapat dan Benar-benar Mengerti Pesan Komunikasi;
• Pada Saat Mengambil Keputusan, Sadar Sesuai dengan Tujuannya;
• Pada Saat Mengambil Keputusan, Sadar Keputusannya Bersangkutan dengan Kepentingan Pribadinya;
• Mampu menepatinya baik secara mental maupun fisik.
2. FAKTOR KOMPONEN KOMUNIKATOR
Dua Faktor Penting pada diri Komunikator:
• Kepercayaan pada Komunikator (Source Credibility);
Hasrat seseorang untuk memperoleh suatu pernyataan yang benar. Kualitas komunikasinya sesuai dengan kualitas sampai dimana ia memperoleh kepercayaan dari komunikan. Kepercayaan ditentukan oleh Keahliannya dan dapat dipercaya. Karena kepercayaan yang besar dapat merubah sikap.
nDaya Tarik Komunikator (Source Attractiveness);
Hasrat seseorang untuk menyamakan dirinya dengan komunikator. Komunikator akan sukses dalam komunikasinya, bila berhasil memikat perhatian komunikan. Sehingga akan mempunyai kemampuan melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik. Komunikan menyenangi komunikator, apabila merasa adanya kesamaan khususnya kesamaan ideologi yang lebih penting daripada kesamaan demografi.
Seorang komunikator akan sukses dalam komunikasinya. Kalau menyesuaikan komunikasinya dengan “the image” dari komunikan, yaitu :
nMemahami kepentingannya;
-Kebutuhannya;
-Kecakapannya;
-Pengalamannya;
-Kemampuan berpikirnya;
-Kesulitannya; dsb
Singkatnya, Komunikator harus dapat menjaga kesemestaan alam mental yang terdapat pada komunikan.
Prof. Hartley, menyebutnya “the image of other”.
3. HAMBATAN KOMUNIKASI
Ahli Komunikasi menyatakan; tidaklah mungkin seseorang melakukan komunikasi yang sebenarnya efektif, karena ada banyak hambatan yang harus menjadi perhatian, antara lain :
Gangguan
- Mekanik (Mechanical channel noise); Gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.
- Semantik (Semantic noise); Gangguan yang bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Karena melalui penggunaan bahasa.
Semantik adalah pengetahuan mengenai pengertian kata-kata yang sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata. Lambang kata yang sama mempunyai pengertian yang berbeda untuk orang-orang yang berlainan, terjadi salah pengertian Denotatif (arti yang sebenarnya dari kamus yang diterima secara umum) dan Konotatif (arti yang bersifat emosional latar belakang dan pengalaman seseorang).
3.KEBENARAN
Evasi Komunikasi
Hambatan komunikasi pada umumnya mempunyai 2 sifat :
1. Hambatan Obyektif; Gangguan dan halangan terhadap jalannya komunikasi yang tidak disengaja, dibuat oleh pihak lain, tapi mungkin disebabkan oleh keadaan yang tidak menguntungkan.
Misal: Gangguan cuaca, gangguan lalu-lintas.
Hambatan Objektif juga bisa disebabkan :
• Kemampuan komunikasi yang kurang baik;
• Approach/Pendekatan penyajian kurang baik;
• Timing tidak cocok;
• Penggunaan media yang keliru.
2. Hambatan Subyektif; yang sengaja dibuat oleh orang lain. Disebabkan karena adanya :
• Pertentangan kepentingan;
• Prejudice;
• Tamak;
• Iri hati;
• Apatisme, dsb.
EVASION OF COMMUNICATION :
• “Gejala mencemooh dan mengelakan suatu komunikasi untuk mendeskreditkan atau menyesatkan pesan komunikasi”.
• Mencacatkan Pesan Komunikasi (Message made invalid); Kebiasaan mencacatkan pesan komunikasi dengan menambah-nambah pesan yang negatif.
• Mengubah Kerangka Referensi (Changing frame of reference),Kebiasaan mengubah kerangka referensi menunjukkan seseorang yang menanggapi komunikasi dengan diukur oleh kerangka referensi sendiri.
diposkan oleh Herry Erlangga pada 19.58 0 Komentar
Faktor-Faktor Penunjang Komunikasi Efektif
Mengapa Komunikasi Kita Pelajari dan Teliti ?
Jawabannya :
Karena Kita Ingin Mengetahui Bagaimana Efek Suatu Jenis Komunikasi kepada Seseorang.
WILBUR Schramm, menampilkan apa yang disebut “the condition of success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki, dengan memperhatikan :
a) Pesan harus dirancang dan disampaikan sehingga menarik.
b) Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman antara komunikator dan komunikan, sehingga dimengerti.
c) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan.
d) Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan komunikan.
1. FAKTOR KOMPONEN KOMUNIKAN
a. Para Ahli Komunikasi meneliti sedalam-dalamnya tujuan Komunikan
b. Mengapa “Know Your Audience” merupakan ketentuan utama dalam komunikasi
Sebabnya ialah karena penting mengetahui :
-Timing yang tepat untuk suatu pesan;
-Bahasa yang harus dipergunakan agar pesan dapat dimengerti;
-Sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif;
-Jenis kelompok dimana komunikasi akan dilaksanakan.
Komunikan dapat dan akan menerima sebuah pesan hanya kalau terdapat empat kondisi berikut ini :
• Dapat dan Benar-benar Mengerti Pesan Komunikasi;
• Pada Saat Mengambil Keputusan, Sadar Sesuai dengan Tujuannya;
• Pada Saat Mengambil Keputusan, Sadar Keputusannya Bersangkutan dengan Kepentingan Pribadinya;
• Mampu menepatinya baik secara mental maupun fisik.
2. FAKTOR KOMPONEN KOMUNIKATOR
Dua Faktor Penting pada diri Komunikator:
• Kepercayaan pada Komunikator (Source Credibility);
Hasrat seseorang untuk memperoleh suatu pernyataan yang benar. Kualitas komunikasinya sesuai dengan kualitas sampai dimana ia memperoleh kepercayaan dari komunikan. Kepercayaan ditentukan oleh Keahliannya dan dapat dipercaya. Karena kepercayaan yang besar dapat merubah sikap.
nDaya Tarik Komunikator (Source Attractiveness);
Hasrat seseorang untuk menyamakan dirinya dengan komunikator. Komunikator akan sukses dalam komunikasinya, bila berhasil memikat perhatian komunikan. Sehingga akan mempunyai kemampuan melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik. Komunikan menyenangi komunikator, apabila merasa adanya kesamaan khususnya kesamaan ideologi yang lebih penting daripada kesamaan demografi.
Seorang komunikator akan sukses dalam komunikasinya. Kalau menyesuaikan komunikasinya dengan “the image” dari komunikan, yaitu :
nMemahami kepentingannya;
-Kebutuhannya;
-Kecakapannya;
-Pengalamannya;
-Kemampuan berpikirnya;
-Kesulitannya; dsb
Singkatnya, Komunikator harus dapat menjaga kesemestaan alam mental yang terdapat pada komunikan.
Prof. Hartley, menyebutnya “the image of other”.
3. HAMBATAN KOMUNIKASI
Ahli Komunikasi menyatakan; tidaklah mungkin seseorang melakukan komunikasi yang sebenarnya efektif, karena ada banyak hambatan yang harus menjadi perhatian, antara lain :
a. Gangguan
- Mekanik (Mechanical channel noise); Gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.
4.HAKEKET FILSAFAT
Hakikat Pengetahuan Filsafat
Hatta mengatakan bahwa pengertian filsafat lebih baik tidak dibicarakan lebih dulu, nanti bila orang telah banyak mempelajari filsafat orang itu akan mengerti dengan sendirinya apa filsafat itu ( Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1966, 1:3 ). Langeveld juga berpendapat seperti itu. Katanya, setelah orang berfilsafat sendiri, barulah ia maklum apa filsafat itu, maka dalam ia berfilsafat akan semakin mengerti ia apa filsafat itu ( Langeveld, Menudju ke Pemikiran Filsafat, 1961:9 ).
Poedjawijatna ( Pembimbing ke Alam Filsafat, 1974: 11) mendefinisikan filsafta sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan akal pikiran belaka. Hasbullah Bkry ( Sistematik Filsafat, 1971:11) mengatakan bahwa filsafat sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya mencapai pengetahuan itu.
Apa yang diingatkan oleh Hatta dan Langeveld memang ada benarnya. Kita sebenarnya tidak cukup hanya dengan mengatakan filsafat ialah hasil pemikiran yang tidak empiris, karena pernyataan itu memang belum lengkap. Bertnard Russel menyatakan bahwa filsafat adalah the attempt to answer ultimate question critically ( Joe Park, Selected Reading in the Philosophy of Education, 1960:3 ). D.C. Mulder ( Pembimbing ke Dalam Ilmu Filsafat, 1966: 10 ) mendefinisikan filsafat sebagai pemikiran teorirtis tentang susunan kenyataan sebagai keseluruhan.
Sedangkan filsafat menurut arti kata, terdiri atas kata philein yang artinya cinta dan sophia yang artinya kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Cinta artinya hasrat yang besar, atau yang berkobar-kobar, atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kenenaran yang sesungguhnya. Jadi filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati. Pengertian umum filsafat adalah ilmu pengetahan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat. Ilmu pengetahuan tentang hakikat menanyakan tentang apa hakikat atau sari atau inti atau esensi segala sesuatu. Dengan cara ini, jawaban yang akan diberikan berupa kebenaran yang hakiki. Ini sesuai dengan arti filsafat menurut kata-katanya. Sementara itu pengertian khusus filsafat telah mengalami perkembangan yang cukup lama dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks sehingga menimbulkan berbagai pendapat tentang arti filsafat dengan kekhususan masing-masing. Berbagai pendapat khusus tentang filsafat anatara lain:
a. Rasionalisme yang mengagungkan akal
b. Materialisme yang mengagungkan materi
c. Idealisme yang mengagungkan idea
d. Hedolisme yang mengagungkan kesenangan
e. Stoikisme yang mengagungkan tabiat saleh
Aliran-aliran tersebut mempunyai kekhususan masing-masing, menekankan kepada sesuatu yang dianggap merupakan inti dan harus di beri tempat yang tinggi misalnya ketenangan, kesalehan, kebendaan, akal dan idea.
Dari beberapa pendapat tersebut, pengertian filsafat dapat dirangkum menjadi seperti berikut:
a. Filsafat adalah hasil yang kritis dan dinyatakan dalam bentuk yang sistematis
b. Filsafat adalah hasil fikiran manusia yang paling dalam
c. Filsafat adalah refleksi lebih lanjut dari pada ilmu pengetahuan atau pendalaman lebih lanjut ilmu pengetahuan
d. Filsafat adalah hasil analisia dan abstraksi
e. Filsafat adalah pandangan hidup
f. Filsafat adalah hasil perenungan jiwa manusia yang mendalam, mendasar, dan memyeluruh.

1. Struktur Filsafat
Hasil berfikir tentang yang ada dan mungkin ada itu tadi telah berkumpul banyak sekali, dalam buku tepal maupun tipis. Setelah disusun secara sistematis, itulah yang disebut sistematika filsafat. Filsafat terdiri atas tiga cabang besar, yaitu: ontoligi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga cabang itu sebenarnya merupakan satu kesatuan:
a. Ontologi, membicarakan hakikat ( segala sesuatu ) ini berupa pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu
b. Epistemologi cara memperoleh pengetahuan itu
c. Aksiologi membicarakan guna pengetahuan itu.
Antologi mencakupi banyak sekali filsafat, mungkin semua filsafat masuk disini, misalnya Logika, Metafisika, Kosmologi, Teologi, Antropologi, Etika, Estetika, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum dan lain-lain. Epistimologi hanya mencakup satu bidang saja yang disebut Epistemologi yang membicarakan cara memperoleh pengetahuan filsafat. Ini berlaku bagi setiap cabang filsafat yaitu Aksiologi yang membicarakan guna pengetahuan filsafat. Ini pun berlaku bagi semua cabang filsafat. Inilah kerangka struktur filsafat

B. Karakteristik Berfikir Filsafati: Sifat Menyeluruh, Sifat Mendasar Dan Sifat Spekulatif
1. Berfilsafat
Sejarah kefilsafatan di kalangan filsuf menjelaskan tentang tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu kekaguman atau keheranan, keraguan atau kegengsian, dan kesadaran atas keterbatasan. Plato mengatakan:’maka kita memberi pengamatanm bintang-bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan kepada kita untuk menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal filsafat’.
Agustinus dan Descartes memulai berfilsafat dari keraguan atau kesangsian. Manusia heran, tetapi kemudian ragu-ragu, apakah ia tidak ditipu oleh panca indranya yang sedang heran? Rasa heran dan meragukan ini mendorong manusia untuk memperoleh kepastian dan kebenaran yang hakiki. Berfikir secara mendalam, menyeluruh, dan kritis inilah yang kemudian disebut berfilsafat.
Berfilsafat dapat juga bermula dari adanya suatu kesadaran akan keterbatasan pada diri manusia. Berfilsafat kadang-kadang dimulai apabila manusia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah, terutama dalam menghadapi kejadian-kejadian alam. Apabila seseoarang merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadran akan keterbatasan dirinya tadi manusia mulai berfilsafat. Ia akan memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan kebenaran hakiki.
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu. Kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu. Filsafat dimulai dari rasa ingin tahu dan keragu-raguan. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan apa yang belum diketahui. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini. Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk beretrusterang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah dijangkau.
2. Sifat Menyeluruh Berfikir Filsafati
Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan sebagai seseorang yang berpijak dibumi sedang tengadah kebintang-bintang, atau seseorang yang berdiri di puncak tinggi, memandang ke ngarai dan lembah dibawahnya, masing-masing ingin mengetahui hakikat dirinya atau menyimak kehadirannya dalam kesemestaan alam yang ditatapnya.
Seorang ilmuan tidak akan pernah puas mengenal ilmu hanya dari sisi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan lainnya. Apa kaitan ilmu dengan moral, dengan agama, dan apakah ilmu itu membawa kwbahagiaan pada dirinya.

3. Sifat Mendasar Berfikir Filsafati
Selain tengadah kebintang, orang yang berfilir filsafati juga membongkar tempat berpijak secara fundamental. Dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu dapat disrbut benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Lalu benar itu apa? Pertanyaan itu melingkar sebagai sebuah lingkaran, yang untuk menyusunnya, harus dimulai dari sebuah titik, sebagai awal sekaligus sebagai akhir. Lalu bagaimana menentukan titik awal yang benar?

4. Sikap Spekulatif Berfikir Filsafati
Tidakkah mungkin manusia menangguk pengetahuan secara keseluruhan, bahkan manusia pun tidak yakin pada titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Itu hanya sebuah spekulasi. Menyusun sebuah lingkaran memang harus dimulai dari sebuah titik, bagaimana pun spekulasinya. Yang penting, dalam prosesnya nanti, dalam analisis maupun pembuktiannya, manusia harus dapat memisahkan spekulasi mana yang paling dapat diandalkan. Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan. Apakah yang disebut logis? Apakah yang disebut benar? Apakah yang disebut sahih? Apakah alam ini teratur atau kacau? Apakah hidup ini ada tujuan?
Semua pengetahuan yang ada, dimulai dari spekulasi. Dari serangkaian spekulasi dapat dipilih buah pikiran yang paling dapat diandalkan, yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan. Tanpa menerapkan kriteria tentang apa yang disebut benar maka tidak mungkin pengetahuan lain berkembang atas dasar kebenaran. Tanpa menetapkan apa yang disebut baik dan buruk, tidak mungkin bicara tentang moral. Tanpa wawasan apa yang disebut indah atau jelek, tidak mungkin berbicara tentang kesenian

C. Epistemologi Filsafat
Epistemologi membicarakan tiga hal, yaitu objek filsafat ( yaitu yang difikirkan ), cara memperoleh pengetahuan filsafat dan ukuran kebenaran ( pengetahuan ) filsafat.

1. Objek Filsafat
Tujuan berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya, yang terdalam. Jika hasil pemikiran itu disusun, maka susunan itulah yang kita sebut sistematika filsafat. Sistematika atau struktur filsafat dalam garis besar terdiri atas ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Isi setiap cabang filsafat ditentukan oleh objek apa yang diteliti ( dipikirkan)-nya. Jika ia memikirkan pendidikan maka jadilah Filsafat Pendidikan. Jiak yang difikirkannya hukum maka hasilnya tentulah Filsafat Hukum, dan seterusnya. Seberapa luas yang mungkin dapat dif\ikirkan? Luas sekali. Yaitu semua yang ada dan mungkin ada. Inilah objek filsafat. Jika ia memikirkan pengetahuan jadilah ia Flisafat Ilmu, jika memikirkan etika jadilah Filsafat Etika, dan seterusnya.
Objek penelitian filsafat lebih luas dari objek penelitian sain. Sain hanya meneliti objek yang ada dan mungkin ada. Sebenarnya masih ada objek lain yang disebut objek formal yang menjelaskan sifat kemendalaman penelitian filsafat. Ini dibicarakan pada epistemologi filsafat.
Perlu juga ditegaskan bahwa sain meneliti objek-objek yang ada dan empiris, yang ada tetapi abstrak ( tidak empiris ) tidak dapat diteliti oleh sain. Sedangkan filsafat meneliti objek yang ada tetapi abstrak, adapun yang mungkin ada, sudah jelas abstrak, itu pun jika ada.

2. Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat
Pertama-tama filosof harus membicarakan ( mempertanggung jawabkan ) cara mereka memperoleh pengetahuan filsafat. Yang menyebabkan kita hormat kepada para filosof antara lain ialah karena ketelitian mereka, sebelum mencari pengetahuan mereka membicarakan lebih dahulu ( dan mempertanggung jawabkan cara memperoleh pengetahuan tersebut.
Berfislafat ialah berfikir. Berfikir itu tentu menggunakan akal. Menjadi persoalan, apa sebenarnya akal itu. John Locke ( Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, 11, 1973:111) mempersoalkan hal ini. Ia melihat, pada zamannya akal telah digunakan secara terlalu bebas, telah digunakan sampai diluar batas kemampuan akal. Hasilnya adalah kekacauan pikiran pada masa itu. Bagaimana manusia memperoleh pengetahuan filsafat? Dengan berfikir secara mendalam, tentang sesuatu yang abstrak. Mungkin juga objek pemikirannya sesuatu yang konkret, tetapi yang hendak diketahuinya ialah bagian “dibelakang” objek konkret itu.
Secara mendalam artinya ia hendak mengetahui bagian yang abstrak sesuatu itu, ia mengetahui sedalam-dalamnya. Kapan pengetahuannya itu dikatakan mendalam? Dikatakan mendalam tatkala ia sudah berhenti sampai tanda tanya. Dia tidak dapat maju lagi, disitulah orang berhenti, dan ia telah mengetahui sesuatu itu secara mendalam. Jadi jelas, mendalam bagi seseorang belum tentu mendalam bagi orang lain.
Seperti telah disebut dimuka, sain mengetahui sebatas fakta empiris. Ini tidak mendalam. Filsafat ingin mengetahui dibelakang sesuatu yang empiris itu. Ini lah yang disebut mendalam. Tetapi itu pun mempunyai rentangan. Sejauh mana hal abstrak dibelakang fakta empiris itu dapat diketahui oleh seseorang, akan banyak tergantung pada kemampuan berfikir seseorang. Saya misalnya mengetahui bahwa gula rasanya manis ( ini pengetahuan empirik ) dibelakangnya saya mengetahui bahwa itu disebabkan oleh adanya hukum yang mengatur demikian. Ini pengetahuan filsafat, abstrak, tetapi baru satu langkahorang lain dapat mengetahui bahwa hukum itu dibuat yang maha pintar. Ini sudah langkah kedua, lebih mendalam dari pada sekedar mengetahui adanya hukum. Orang lain masih dapat melangkah kelangkah ketiga, misalnya ia mengetahui sebagian hakikat tuhan. Demikianlah pengetahuan dibelakang fakta empiris itu dapat bertingkat-tingkat, dan itu menjelaskan kemendalaman pengetahuan filsafat seseorang. Untuk mudahnya mungkin dapat dikatakan begini: berfikir mendalam ialah berfikir tanpa bukti empirik.

3. Ukuran Kebenaran Pengetahuan Filsafat
Pengetahuan filsafat adalah pengetahuan yang logis tidak empiris. Pernyataan ini menjelaskan bahwa ukuran kebenaran filsafat ialah logis tidaknya pengetahan itu. Kebenaran teori filsafat ditentukan oleh logis tidaknya teori itu. Ukuran logis atau tidaknya tersebut akan terlihat pada argumen yang menghasilkan kesimpulan teori itu. Fungsi argumen dalam filsafat sangatlah penting, sama dengan fungsi data pada pengetahaun sain. Aegumen itu menjadi satu kesatuan dengan konklusi, konklusi itulah yang disebut teori filsafat. Bobot teori filsafat justru terletak pada kekuatan argumen, bukan pada kehebatan konklusi. Karena argumenitu menjadi kesatuan dengan konklusi, maka boleh juga diterima pendapat yang mengatakan bahwa filsafat itu argumen. Kebenaran konklusi ditentukan 100% oleh argumennya

4. Persoalan Filsafat
Ada enam persoalan yang selalu menjadi perhatian para filsuf, yaitu ‘ada’, pengetahuan, metode, penyimpulan, moralitas, dan keindahan. Keenam persoalan tersebut memerlukan jawaban secara radikal dan tiap-tiap persoalan menjadi salah satu cabang filsafat.

1. Persoalan ‘Ada’
Persoalan tentang ‘ada’ (being) menghasilkan cabang filsafat metafisika. Meta berarti dibalik dan physika berarti benda-benda fisik. Pengertian sederhana dari metafisika yaitu kajian tentang sifat paling dalam dalam dan radiakal dari kenyataan. Dalam kajian ini para filusuf tidak mengacu kepada ciri-ciri khsus dari benda-benda tertentu, akan tetapi mengacu kepadaciri-ciri universal dari semua benda. Metafisika sebagai salah satu cabang filsafat mencakup persoalan ontologis, kosmologis, dan antropologis. Ketiga hal tersebut memiliki titik sentral kajian tersendiri. Ontologis merupakan teori tentang sifat dasar dari kenyataan yang radikal dan sedalam-dalamnya. Kosmologi merupakan teori tentang perkembangan kosmos ( alam semesta ) sebagai suatu sistem yang teratur.

2. Persoalan tentang pengetahuan ( knowledge )
Persoalan tentang pengetahuan ( knowledge ) menghasilkan cabang filsafat epistemologi, yaitu filsafat pengetahuan. Istilah epistemologi berasal dari akar kata episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori. Dalam rumusan yang lebih rinci disebutkan bahwa epistemologi merupakan salah satu cabang fislsafat yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode, dan validitas pengetahuan.

3. Persoalan tentang metode
Persoalan tentang metode menghasilkan cabang filsafat metodologi. Istilah ini berasal dari metos dengan unsur meta yang berarti cara, perjalanan, sesudah, dan hodos yang berarti cara perjalanan, arah. Pengertian metodologi secara umum ialah kajian atau telaah penyusunan secara sistematis dari beberapa proses dan asas-asas logis dan percobaan yang sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah, atau sebagai penysusun struktur ilmu-ilmu fak.

4. Persoalan tentang penyimpulan
Persoalan tentang penyimpulan menghasilkan cabang filsafat logika ( logis ). Logika berasal dari kata logos ang berarti uraian, nalar. Secara umum, pengertian logika adalah telaah mengenai aturan-aturan penalaran yang benar. Logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berfikir tepat dan benar. Berfikir adalah kegiatan pikiran atau akal budi manusia. Dengan berfikir manusia telah mengerjakan pengolahan pengetahuan yang telah didapat. Dengan mengerjakan, mengelola pengetahuan yang telah didapat maka ia dapat memperoleh kebenaran. Apabila seseorang mengelola, mengerjakan, berarti ia telah mempertimbangkan, membandingkan, menguraikan, serta menghubungkan pengertian yang satu dengan lainya. Logika dapat dibagi menjadi logika ilmiah dan logika kodrati. Logika merupakan suatu upaya untuk menjawab pertanyaan.

5. Persoalan tentang moralitas ( morality )
Persoalan tentang moralitas menghasilkan cabang filsafat etika ( ethics ). Istilah etika berasal dari kata ethos yang berati adat kebiasaan. Etika sebagai salah satu cabang filsafat menghendaki adanya ukuran yang bersifat universal. Dalam hal ini berarti berlaku untuk semua orang dan setiap saat. Jadi tidak dibatasi dengan ruang dan waktu.

5. Manusia sebagai mahluk sosial
a. Manusia Sebagai Makhluk Yang Bereksistensi
Menurut pendapat para filsuf sebelum berlakunya teori sokrates, sampai zaman modern ini bahwa manusia selain merupakan makhluk biologis yang sama dengan makhluk lainnya adalah makhluk yang mempunyai sifat yang khas. maka dalam mempelajari definisi-nya pun kita harus mempunyai sudut pandang yang khusus/khas juga. Jika menurut pandangan psikologi modern adalah kita tidak bisa menjadikan manusia hanya sebagai objek seperti pandangan kaum materialis, dan kita juga tidak bisa mempelajari manusia hanya dari kesadarannya seperti pandangan kaum idealis, karena manusia adalah objek yang sekaligus subjek. Tidak sedikit juga sarjana yang memberi definisi mengenai manusia salah satunya, E. Cassirer menyatakan " manusia sebagai makhluk simbolis ".

Sedangkan menurut faham filsafat eksistensialisme : " manusia adalah eksistensi ". Manusia tidak hanya ada atau berada di dunia ini, tetapi ia secara aktif "meng-ada-kan" dirinya. Manusia tidak lantas pasrah terhadap kodratnya dan secara pasif menerima keadaan-nya, tetapi secara aktif dan sadar menjadikan dirinya sesuatu. Berbeda dengan makhluk hidup lainnya, yang sepenuhnya tergantung pada alam. Kebutuhan yang meneruslah yang menjadikan-nya khas manusiawi dan karena itulah manusia bisa berkarya. Disinilah psikologi berinteraksi dengan ilmu-ilmu lainnya seperti antropologi dan sosiologi.

b.Manusia Sebagai Makhluk Hidup

Sebelum kita membicarakan sifat-sifat dari manusia yang khas dan lain dari makhluk-makhluk lainnya, kita akan membahas sifat-sifat manusia sebagai makhluk hidup pada umumnya.

• Ikatan - ikatan biologis
Bertentangan dengan eksistensinya, manusia adalah makhluk biologis yang sampai pada batas-batas tertentu terikat pada kodrat alam. Manusia tetap membutuhkan udara untuk bernafas serta makan dan minum dari alam untuk kebutuhan hidupnya. manusia juga memerlukan hubungan seksual untuk menambah keturunannya.

Dibandingkan dengan makhluk lain, manusia tidak mempunyai alat - alat untuk bertahan dalam lingkungan-nya secara alamiah. Manusia tidak memiliki bulu yang tebal untuk menahan dingin, tidak memiliki taring yang tajam dan lain-lain. Semua itu menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk hidup yang sangatlah lemah. Menurut teori Darwin, hanya tingkat keerdasan yang tinggilah sebagai bekal manusia untuk bertahan didunia ini.
• Manusia adalah satuan hidup
Setiap makhluk hidup mempunyai bagian-bagian tubuh, ada yang sederhana terdiri dari satu atau dua sel, yang membentuk satu tubuh. yang lain ada juga yang lebih dan sangat canggih terdiri dari ratusan, jutaan bahkan miliaran sel. Setiap bagian mempunyai fungsinya sendiri-sendiri dan fungsi-fungsi itu dikoordinasikan agar makhluk yang bersangkutan mampu beradaptasi dan bertahan dalam lingkungannya.

• Sistem energi yang dinamis
Dalam psikologi, pakar-pakar yang mementingkan faktor energi antara lain adalah Sigmund freud ( energi untuk mendorong libido seksual ), Carl justav jung ( energi sebagai penggerak libido non-seksual ), Kurt lewin ( energi bergerak dari satu region kognitif ke region kognitif lainnya ), dan Abraham moslow ( energi dari kebutuhan fisiologi diperlukan untuk mendorong tumbuhnya kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih tinggi ).

Pertumbuhan Mengikuti Pola Tertentu

Pertumbuhan manusia sejak dalam kandungan inilah yang sudah ditentukan polanya, dan tiap-tiap sel tubuh berkembang sesuai dengan jalur perkembangannya masing-masing. Semua mengarah pada satu tujuan untuk menjadi seorang manusia dengan organ-organ yang tersusun secara harmonis.

Perkembangan Menjadi Manusia

Sedikit pembahasan mengenai pertumbuhan manusia ( proses terbentuknya manusia ). Ketika sel telur dari perempuan dibuahi oleh sperma, dari lelaki menjadikan sel baru yang dinamakan zigot. Dan zigot inilah yang nantinya selama sembilan bulan berikutnya berkembang. Tentunya pertumbuhan ini melewati beberapa tahapan yang masing - masing membutuhkan waktu.

Ketika memasuki minggu kedua pembuahan, akan didapati zigot yang telah memiliki 150 sel yang pada sebelunya hanya 32 sel. Ketika embrio berusia delapan minggu atau awal minggu kesembilan maka ia disebut sebagai fetus. Pada masa ini sudah bisa merespon sentuhan, perkembangan lain adalah organ-organ tubuh dan sel-sel saraf mulai bekerja. Yang akhirnya setelah hidup dirahim selama 38 sampai 40 minggu sang bayi manusia akan lahir.

Pengaruh Proses Pematangan Terhadap Perilaku

Perilaku manusia tidak dapat lepas dari proses pematangan organ-organ tubuh. Contoh : seorang bayi belum bisa duduk atau berdiri jika organ-organ tubuhnya seperti tulang,otot, dll belum cukup kuat.

Sampai disini pembahasan kita kali ini jika ada kekurangan tolong ditambahkan dikolom komentar yang sudah kami sediakan.

DAFTAR PUSTAKA

Raksa, Aji. Ciri-Ciri Pemikiran Filsafat. (http://ajiraksa.blogspot.com/, diakses 26 Maret 2012)
https://afrizal.wordpress.com/2007/07/10/pengertian-filsafat/
https://mekar.files.wordpress.com/2008/03/ipul.pdf
http://perkuliahan-perkuliahan.blogspot.com/2009/03/materi-kuliah-pengantar-filsafat-02.html
file:///H:/kebenaran-dalam-etika-dan-filsafat.html
file:///E:/Tugas%20Etika%20dan%20Filsafat%20Internet/definisi-manusia.html

 

Etika dan Filsafat Komunikasi

15 April 2015 11:28:11 Dibaca : 83

NAMA: IBNUH VANLI MOKODOMPIT
NIM : 291414045
KELAS : B ILMU KOMUNIKASI
MK : ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

1. PENGANTAR FILSAFAT

Harold H. Titus (1979 ) : (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.

Pengertian filsafat menurut Harun Nasution filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan

Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).

• Pengertian Teori

Menurut EMORY – COOPER, teori merupakan suatu kumpulan konsep, definisi, proposisi, dan variable yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasikan , sehingga dapat menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena (fakta-fakta) tertentu

Menurut Talcott P dan Robert teori adalah epernagkat penyataan-pernayataan yang secara sistematit berhubungan atau sering disebut teori adalah sekumpulan definisi konsep dan porposisi yang saling berkaitan yang menghadirkan suatu tujuan yang sistematic atau fenomena yang ada dengan menunjukan hubungan yang khas di antara variabel-variabel

Menurut LITTLEJOHN & KAREN FOSS, Teori merupakan sebuah sistem konsep yang abstrak dan hubungan-hubungan konsep tersebut yang membantu kita untuk memahami sebuah fenomena.

• Pengertian Agama

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

Menurut Durkheim definisi Agama adalah merupakan suatu sistem yang terpadu terdiri atau kenyakinan dan praktek yang berhubungan dengan hal-hal yang suci dan menyatukan semua penganutnya dalamsuatu komunitas moral yang di namakan umat.

Menurut Hendro Puspito definisi Agama adalah sistem nilai yang mengaturhubungan manusia dan alam semesta yangberkaitan dengan keyakinan.

• Pengertian Ilmu Pengetahuan

Cambridge-Dictionary 1995 Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang benar, mempunyai objek dan tujuan tertentu dengan sistim, met ode untuk berkembang serta berlaku universal yang dapat diuji kebenarannya.

Ashley Montagu menyebutkan bahwa “Science is a systemized knowledge services form observation, study, and experimentation carried on under determine the nature of principles of what being studied.” (ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun dalam suatu system yang berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman untuk menentukan hakikat dan prinsip hal yang sedang dipelajari).

Ilmu Pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong