Etika dan Filsafat Komunikasi (Hakikat Filsafat)
4. Hakikat Filsafat
Ada banyak cara untuk memahami filsafat itu sendiri. Filsafat bahkan sering kali dipadukan dengan berbagai cabang ilmu lainnya yang hakikatnya adalah untuk memahami ilmu itu sendiri.
 Filsafat sebagai sikap
Filsafat mengajarkan kita untuk lebih dewasa dalam menyikapi berbagai hal dan permasalahan yang ada. Sikap menyelidiki secara kritis, toleran, dan bersedia meninjau ulang dengan perspektif yang berbeda.
 Filsafat sebagai metode
Adalah cara berpikir secara efektif dan mendalam. Metode ini sangat mendalam dan menyeluruh bersifat inklusif dan synoptic (garis besar).
 Filsafat sebagai kelompok persoalan
Terkait dengan persoalan dan pertanyaan-pertanyaan filsafat. Setiap orang (filsuf) berhak menjawabnya dengan argumentsi logis dan kuat.
 Filsafat sebagai sekelompok teori ini ditandai dengan pemunculan filsafat yang juga seiring dengan munculnya teori-teori besar hasil pemikiran filsuf Aristoteles, Socrates, Plato, August Comte, Karl Marx, Thomas Aquinas, dl. Besarnya kadar subyektifitas seorang filsuf dalam memaknai filsafat membuat kita sulit menentukan sistem pemikiran baku filsafat itu sendiri.
 Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa
Mempelajari arti dan hubungan di antara konsep dasar yang dipakai setiap ilmu. Sehingga seorang filsuf berusaha menjelaskan berdasarkan kefilssafatan secara umum dan tidak berhenti pada penjelasan khusus saja.
 Filsafat sebagai usaha untuk memperoleh pandangan yang meneyeluruh. Berbeda dengan ilmuwan yang memandang hanya pada satu pandangan khusus suatu keilmuan, mala filsuf melihat dunia dengan pemahaman yang menyeluruh dan total. Sehingga akan diperoleh kesimpulan-kesimpulan umum tentang sifat-sifat dasar alam semesta dan kedudukan manusia di dalamnya serta mencari hunbungan di antaranya.
Adapun manfaat yang didapat ketika mempelajari filsafat adalah terbentuknya sebuah pandangan baru terhadap fenomena keilmuan dan hakikat alam itu sendiri. Jika selama ini kita dihadapkan pada lokus dan focus fenomena tertentu maka dengan filsafat dinding lokus dan focus tersebut dengan sendirinya hancur bersamaan dengan pemikiran filsafat itu sendiri. Kita lebih memahami bahwa sebuah pandangan memiliki konsekuensi terhadap sikap yang akan kita ambil dalam menyikapi sebuah persoalan. Dengan filsafat, kita akan lebih bijak dalam berpikir, bersikap, dan bertindak.
Lebih jauh, manfaat filsafat kembali pada tujuan filsafat itu sendiri. Dalam konteks ini, filsafat berusaha meluruskan kembali pemikiran-pemikiran seluruh bidang kelimuan pada aspek pragmatic kebermanfaatannya yang sangat etis. Sehingga tanggungjawab etis pengamalan ilmu pengetahuan dan hakikat sesuatu menjadi lebih jelas.
Dari beberapa pendapat tersebut, pengertian filsafat dapat dirangkum menjadi seperti berikut:
a. Filsafat adalah hasil yang kritis dan dinyatakan dalam bentuk yang sistematis
b. Filsafat adalah hasil fikiran manusia yang paling dalam
c. Filsafat adalah refleksi lebih lanjut dari pada ilmu pengetahuan atau pendalaman lebih lanjut ilmu pengetahuan
d. Filsafat adalah hasil analisia dan abstraksi
e. Filsafat adalah pandangan hidup
f. Filsafat adalah hasil perenungan jiwa manusia yang mendalam, mendasar, dan memyeluruh.
Etika dan Filsafat Komunikasi (Kebenaran)
3. Kebenaran
a. Kebenaran berasal dari kata dasar “benar”. Secara etimologi “benar” mempunyai arti tidak salah, lurus, sungguh-sungguh dan tidak bohong. Sedangkan secara epitemologi (istilah), pengertian kebenaran dapat kita lihat pembahasan dibawah ini. Pembahasan tentang kebenaran, maka kita akan menemukan dua hal, yakni “kebenaran apoteriori atau kebenaran yang berasal dari fakta”, dan “Kebenaran apriori atau kebenaran berasal dari akal budi”. Kebenaran apriori dapat dibuktikan dengan melihat keterkaitannya dengan proposisi yang sama, sedangkan kebenaran aposteriori hanya bisa dilihat sebagai benar berdasarkan pengalaman.
Ada dua pandangan tentang kebenaran, kebenaran secara rasional atau berdasarkan akal budi dan kebenaran secara empiris atau berdasarkan pengetahuan. Hal ini sebagaimana dikatakan Immanuel Kant dalam yang dikutip oleh A. Sonny Keraf, bahwa ada dua cara yang saling terkait dan menunjang satu sama lain untuk bisa sampai pada suatu pengetahuan.
• Pertama, secara empiris, yaitu dengan mengacu pada pengalaman dan pengamatan indrawi, pada bagaimana benda atau objek tertentu tampak pada kita melalui pancaindra. Jadi untuk mengetahui bahwa suatu konsep atau proposisi benar, saya mengacu pada objek dari proposisi itu menampakkan diri pada saya. Artinya, saya selalu menceknya pada fakta dan data yang bisa ditangkap dengan pancaindra. Dengan kata lain untuk mengetahu bahwa proposisi benar kita tidak mengacu pada akal budi, bagaimana akal budi memikirkannya, melainkan bagaimana pada objek yang dinyatakan dalam proposisi itu tampak pada saya. Ini lah yang disebut sebagai kebenaran atau pengetahuan empiris.
• Kedua, suatu objek bisa ditangkap oleh pancaindra kalau kita mempunyai kategori-kategori tertentu. Pengetahuan memang didasarkan pada pengalaman indrawi, tetapi pengalaman indrawi itu hanya mungkin terjadi dalam bentuk-bentuk bawaan tertentu yang ada dalam diri manusia; berupa ruang dan waktu serta hukum sebab akibat. Jadi, di pihak lain ada pengetahuan transendental yang memberi kerangka yang memungkinkan objek dapat dialami. Maka di satu pihak akal budi menangkap benda tertentu sesuai dengan bentuk benda itu tetapi di pihak lain, benda itu sendiri menyesuaikan diri dengan bentuk-bentuk yang telah ada dalam akal budi. (A. Sonny Keraf & Mikhael Dua, 2001;60).
b. Dalam sejarah filsafat juga terdapat beberapa teori tentang kebenaran, diantaranya ada tiga yang utama yakni:
• Teori penyesuaian (korespondensi)
Menurut teori ini kebenaran adalah penyesuaian antara apa yang dikatakan dan kenyataan
• Teori keteguhan (koherensi)
Menurut teori ini kebenaran tidak diperoleh dalam keseuaian antara proposisi atau pernytaan dan kenyataan. Suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan itu bersifat koherens atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya.yang dianggap benar.
• Teori Pragmatis tentang kebenaran.
Menurut teori ini kebenaran suatu pernyataan diukur dengan criteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.(Antonius Atosokhi Gea at.all, 2005;153).
• Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kebenaran adalah pengetahuan yang berdasarkan akal budi dan pengalaman-pengalaman. Kebenaran adalah rangkaian fakta-fakta yang saling bersesuai dan koheren antara satu dan lainnya yang tidak bertentangan baik secara kualitataf maupun kuantitatif.
c. Kebenaran kefilsafatan
Dalam kajian filsafat dikenal berbagai macam teori kebenaran. Karena tujuan utama berfilsafat adalah mencari kebenaran yang ditunjukan dengan upaya terus-menerus untuk mencari kebenaran sejati maka dalam wacana filsafat ada berbagai macam teori kebenaran yang saling melengkapi satu sama lain. Kebenaran kefilsafatan harus memenuhi empat aspek, yakni objek materi, forma, metode dan system yang terkait dengan kebenaran.
 Objek materi
Dimana filsafat mempelajari segala sesuatu yang ada, sehingga dapat kita pahami bahwa kebenaran ilmu pengetahuan filsafat bersifat umum universal, yang berarti tidak terkait dengan jenis-jenis objek tertentu. Misalnya objek manusia, maka tidak dibatasi pada manusia etnis, golongan dan zaman tertentu.
 Objek forma
Ilmu pengetahuan filsafat bersifat metafisika, yakni meliputi ruang lingkup mulai dari konkret-khusus sampai kepada abstrak universal. Contohnya adalah macam-macam segitiga yang sebenarnya memiliki sifat yang sama, yaitu tiga garis lurus yang saling berpotongan sehingga membentuk tiga sudut yang kesemuanya berjumlah 180 derajat. Itulah acuan kebenaran filsafat yang abstrak-metafisika.
 Metode
Kefilsafatan terarah pada pencapaian pengetahuan esensial atas setiap hal dan pengetahuan eksistensial dari pada segala sesuatu dalam keterikatan yang utuh (kesatuan).
 System Kebenaran bersifat dialektis, yakni senantiasa terarah kepada keterbukaan bagi masuknya ide-ide baru dan pengetahuan-pengetahuan baru yang semakin memperjelas kebenaran.
d. Kebenaran dalam komunikasi
Menurut Yasraf Amir Piliang (1999), jaringan komunikasi yang berskala global telah menggiring kearah proses komunikasi dan arus informasi yang berlangsung cepat dan padat. Peningkatan tempo kehidupan di dalam skema globalisasi informasi telah menciptakan kebergantungan tinggi pada berbagai teknologi informasi dan komunikasi.
Etika dan Filsafat Komunikasi (Filsafat dan Ilmu Komunikasi)
2. Filsafat dan Ilmu Komunikasi
a. Filsafat komunikasi dan ilmu komunikasi
• Suatu disiplin ilmu yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis,kritis, dan holistik tentang teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensinya (Onong U.Effendy)
• Ilmu komunikasi adalah suatu ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam menyampaikan isi pesannya kepada manusia lain (Hoeta Soehoet)
• Menurut Richard Lanigan, Filsafat komunikasi adalah upaya menjawab pertanyaan
b. Cabang-cabang Filsafat
1. Metafisika
Suatu studi tentang sifat dan fungsi teori tentang realita. Dalam hubungannya teori dan proses komunikasi metafisika berkaitan dengan:
 Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan individual dengan realita.
 Sifat dan fakta bagi tujuan, perilaku, penyebab dan aturan Problema Pilihan.
2. Epistemologi
Merupakan suatu cara untuk mengetahui bagaimana pengetahuan, dalam hal ini teori komunikasi disusun dari bahan yang diperoleh yang dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah. Yakni berdasarkan :
 Kerangka Pemikiran yang logis
 Penjabaran Hipotesis
 Menguji Kebenaran Hipotesis
1. Aksiologi
 Dalam hubungannya dengan filsafat komunikasi, aksiologi merupakan studi etika dan estetika mengenai bagaimana cara mengekspresikannya.
 Hal ini penting bagi seorang komunikator dalam kaitannya dengan proses komunikasi ketika ia mengemas pikirannya sebagai isi pesan yang ingin disampaikannya dengan menggunakan bahasa atau lambang, terlebih dahulu melakukan pertimbangan nilai, apa yang perlu disampaikan dan apa yang tidak perlu disampaikan
4. Logika
Logika teramat penting dalam komunikasi karena suatu pemikiran harus dikomunikasikan kepada orang lain, dan yang dikomunikasikan harus merupakan putusan sebagai hasil dari proses berpikir logis.
Filsafat-filsafat khusus lainnya: filsafat agama, filsafat manusia, filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat pendidikan, dan sebagainya. Seperti telah dikatakan, ilmu filsafat itu sangat luas lapangan pembahasannya. Yang ditujunya ialah mencari hakihat kebenaran dari segala sesuatu, baik dalam kebenaran berpikir (logika), berperilaku (etika), maupun dalam mencari hakikat atau keaslian (metafisika). Maka persoalannya menjadi apakah sesuatu itu hakiki (asli) atau palsu (maya). Dari tinjauan di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam tiap-tiap pembagian sejak zaman aristoteles hingga dewasa ini lapangan-lapangan yang paling utama dalam ilmu filsafat selalu berputar di sekitar logika, metafisika, dan etika.
c. Komunikasi sebagai Sebuah Ilmu
Syarat-syarat Ilmu:
 Suatu ilmu harus mempunyai objek kajian.
 Objek kajiannya terdiri dari satu golongan masalah yang sama tabiatnya baik dilihat dari dalam maupun dari luar.
 Keterangan mengenai objek kajian tersebut dapat disusun dalam rangkaian hubungan sebab akibat.
1. Objek kajian Ilmu Komunikasi adalah “usaha manusia dalam menyampaikan isi pesannya kepada manusia lain”
2. Objek kajian ilmu komunikasi terdiri dari satu golongan masalah, yaitu bagaimana usaha manusia menyampaikan isi pesannya kepada manusia lain, bukan usaha manusia mencari nafkah, bukan usaha manusia mencari keadilan, dan lain-lain.
Ilmu komunikasi juga mempunyai satu golongan masalah yang sama tabiatnya maupun menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunnya baik dilihat dari dalam, yaitu:
a) Usaha manusia untuk menyampaikan isi pesannya kepada manusia lain bukan usaha binatang, bukan usaha angin, bukan usaha pohon beringin, tetapi usaha manusia yang dapat menggunakan akal budinya, bukan usaha manusia yang tidak dapat menggunakan akal budinya.
b) Usaha manusia dalam menyampaikan isi pesannya kepada manusia lain bukan usaha manusia dalam menyampaikan isi pesannya kepada Tuhan.
Etika dan Filsafat Komunikasi
1. Pengantar Filsafat
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
a. Filsafat adalah ‘ilmu istimewa’ yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa kerana masalah-masalah tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
b. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis hakikat sarwa yang ada, yaitu: ” hakikat tuhan, ” hakikat alam semesta, dan ” hakikat manusia, serta sikap manusia sebagai konsekuensi dari paham tersebut. Perlu ditambah bahwa definisi-definisi itu sebenarnya tidak bertentangan, hanya cara mengesahkannya saja yang berbeda.
Adapun cabang-cabang filsafat yaitu:
-Epistemologi (filsafat pengetahuan)
-Etika (Filsafat Moral)
-Estetika (filsafat Seni)
-Matafisika
-Politik (Filsafat pemerintahan)
-Filsafat Agama
-Filsafat ilmu
-Filsafat Pendidikan
-Filsafat Hukum
-Filsafat Sejarah
-Filsafat matematika
c. Filsafat Ilmu
Merupakan bagian dari epistemologi(filsafat pengetahuan)yang secara spesifik
mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan sosial namun permasalah-permasalahan teknis yang khas, maka filsafat ilmu itu sering dibagi menjadi filsafat ilmu alam dan filsafat ilmu sosial. Selain sebagai sebuah usaha atau suatu upaya, William James, seorang filsuf dari Amerika, melihat bahwa berpikir juga merupakan sisi lain dari filsafat. Menurutnya, filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan terang. Artinya, bahwa segala upaya yang dilakukan oleh filsafat tak dapat dilepaskan dari tujuannya untuk meraih kejelasan dan keterangan dalam berpikir. Jadi, berfikir adalah sisi lain yang dimiliki filsafat.
Bagi manusia, berpikir adalah hal yang sangat melekat. Manusia, merujuk pada Aritoteles, adalah animal rationale atau mahluk berpikir. Tidak seperti mahluk-mahluk lainnya, oleh Tuhan manusia diberi anugerah yang sangat istemewa yakni akal. Dengan akal, manusia memiliki kemampuan untuk berpikir dan mengatasi dan memecahkan segala permasalahan yang dihadapinya pikirannya. Karena filsafat mengandaikan adanya kerja pikiran, maka sifat pertama yang terdapat dalam berpikir secara filsafat adalah rasional.
Rasional berarti bahwa segala yang dipikirkannya berpusar pada akal. Tapi, tidak semua aktivitas berpikir manusia dapat dikatakan berpikir secara filsafat. Untuk dapat dikatakan bahwa satu aktivitas berpikir itu merupakan berpikir secara filsafat, aktivitas berpikir itu haruslah bersifat metodis.
Secara umum, berpikir metodis berarti berpikir dengan cara tertentu yang teratur. Dalam membeberkan pikiran-pikirannya, filsafat senantiasa menggunakan cara tertentu yang teratur. Keteraturan ini membuat pikiran-pikiran yang dibeberkan oleh filsafat menjadi jelas dan terang. Tapi agar cara tertentu itu dapat teratur, filsafat membutuhkan faktor lain, yakni sistem.
Sebagai sebuah sistem, filsafat suatu susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan. Ia terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur menurut pola tertentu, dan membentuk satu kesatuan.
Kategori
- Masih Kosong
Blogroll
- Masih Kosong