ARSIP BULANAN : November 2016

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI

18 November 2016 17:01:11 Dibaca : 906

NAMA : ABDUL MALIK HUNTOLINGO

NIM : 291415036

TUGAS : TEKOM

Perkembangan Telepon

● Pengertian dan Prinsip Dasar Telepon

Telepon merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan suara (terutama pesan yang berbentuk percakapan).Kebanyakan telepon beroperasi dengan menggunakan transmisi sinyal listrik dalam jaringan telepon sehingga memungkinkan pengguna telepon untuk berkomunikasi dengan pengguna lainnya.Telepon berasal dari bahasa Yunani yaitu terdiri dari buah kata yaitu tele yang berarti jauh, dan phone berarti bunyi.Telepon merupakan pesawat atau alat penerima getaran bunyi dari jarak jauh.Pengertian teleon dalam kehidupan sehari-hari mengandung pengertian mikrofon dan telepon.Mikrofon berfungsi sebagai pengirim suara (yang menghadap mulut), sedangkan telepon berfungsi yang menerima suara (yang menempel pada telinga).

Sedangkan prinsip dasar telepon Ketika gagang telepon diangkat, posisi telepon disebut off hook. Lalu sirkuit terbagi menjadi dua jalur di mana bagian positifnya akan berfungsi sebagai Tip yang menunjukkan angka nol sedangkan pada bagian negatif akan berfungsi sebagai Ring yang menunjukkan angka -48V DC. Kedua jalur ini yang nantinya akan memproses pesan dari sender untuk sampai ke receiver. Agar dapat menghasilkan suara pada telepon, sinyal elektrik ditransmisikan melalui kabel telepon yang kemudian diubah menjadi sinyal yang dapat didengar oleh telepon receiver. Untuk teknologi analog, transmisi sinyal analog yang dikirimkan dari central office (CO) akan diubah menjadi transmisi digital. Angka-angka sebagai nomer telepon merupakan penggabungan antara nada-nada dan frekuensi tertentu yang kemudian dinamakan Dual-tone multi-frequencyDTMF dan memiliki satuan Hertz. Hubungan utama yang ada dalam sirkuit akan menjadi on hook ketika dibuka, lalu akan muncul getaran. Bunyi yang muncul di telepon penerima menandakan telepon telah siap digunakan.

● Sejarah Alexander Graham Bell dan Awalmula Menemukan Telepon

Bell lahir pada tanggal 3 Maret 1847 di Edinburg, Scotland.Bell berasal dari keluarga yang sangat mementingkan pendidikan.Ayahnya adalah seorang psikolog dan elocution bernama Alexander Melville Bell, sedangkan kakeknya Alexander Bell merupakan seorang elucution professor.

Setelah menyelesaikan kuliahnya di University of Edinburg dan University College di London, Bell memutuskan buat menjadi asisten ayahnya. Dia membantu orang-orang yang cacat pendengaran untuk belajar berbicara dengan metode yang telah diterapkan oleh ayahnya, yaitu dengan memperhatikan posisi bibir dan lidah lawan bicara.

Pada saat dia bermukim di London, Bell sempat belajar tentang percobaan yang dilakukan oleh Herman Ludwig von Helmholtz berupa tuning fork dan magnet yang bisa menghasilkan bunyi yang terdengar nyaring.Kemudian baru pada tahun 1865 Bell mempelajari lebih mendalam tentang suara yang keluar dari mulut saat berbicara.

Bell semakin tertarik dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan bunyi-bunyian, makanya dia nggak keberatan ketika harus mengajar di Sarah Fuller, Boston yang merupakan sekolah khusus orang-orang tuli pada tahun 1870, selain itu Bell juga bekerja sebagai guru privat.Dan ketika dirinya diangkat menjadi guru besar psikologi di Boston University pada tahun 1873, Bell mengadakan suatu pertemuan khusus buat para guru yang menangani masalah murid-murid yang mengalami cacat pendengaran.

Hampir seluruh hidupnya Bell menghabiskan waktunya untuk mengurusi masalah pendidikan orang-orang yang cacat pendengaran bahkan kemudian dirinya mendirikan American Association to Promote the Theahing of Speech to the Deaf.

Bell mulai melakukan penelitian dengan menggunakan phonatograph, multiple telegraph dan electric speaking telegraph dari tahun 1873 sampai 1976 yang dibiayai oleh dua orang ayah dari muridnya. Salah satu penyandang dananya adalah Gardiner Hubbard yang mempunyai seorang putri yang telinganya tuli bernama Mabel, wanita inilah yang dikemudian hari menjadi istri Bell.
Di kemudian hari Bell mengungkapkan keinginannya untuk menciptakan suatu alat komunikasi dengan transmisi gelombang listrik.Bell pun mengajak temannya Thomas Watson buat membantu menyediakan perlengkapannya. Penelitiannya dilakukan dengan menggunakan alat pengatur suara dan magnet untuk menghantarkan bunyi yang akan dikirimkan, peristiwa ini terjadi pada tanggal 2 Juni 1875.

Akhirnya terciptalah karya Bell sebuah pesawat penerima telepon dan pemancar yang bentuknya berupa sebuah piringan hitam tipis yang dipasang di depan electromagnet. Baru pada tanggal 14 Februari 1876 Bell mematenkan hasil penemuannya, tapi oleh US Patent Office penemuan Bell ini baru resmi dipatenkan pada tanggal 7 Maret untuk “electric speaking telephone”.
Bell terus memperbarui penemuannya dan untuk pertama kalinya dia berhasil mengirimkan suatu kalimat berbunyi “Watson, come here, I want you” pada tanggal 10 Maret 1876.

● Penyebaran jaringan telepon di Indonesia.

Sebelum adanya telepon di Indonesia, pemanfaatan telekomunikasi dilakukan dengan telegraf.Pemanfaatan telegraf ini dimulai sejak saluran telegraf pertama dibuka pada tanggal 23 Oktober 1855 oleh Pemerintah Hindia Belanda. Sejak hadirnya telegraf elektromagnetik yang menghubungkan Batavia (Jakarta) dan Buitenzorg (Bogor), jasa telegraf dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas di 28 kantor telegraf. Selain itu, kabel laut juga telah terpasang antara Jakarta dan Singapura, kemudian juga dari Jawa (Banyuwangi) ke Australia (Darwin).Beberapa tahun setelah penggunaan telegraf, muncullah jaringan telepon lokal di Indonesia dan menyebar secara cepat pada sebagian besar wilayah Indonesia.

● Tahun 1882-1884

Pada tanggal 16 Oktober 1882 jaringan telepon lokal pertama sekali digunakan di Indonesia yang diselenggarakan oleh pihak swasta yang mendapat izin konsesi selama 25 tahun.Jaringan telepon yang pertama ini menghubungkan Gambir dan Tanjung Priok (Batavia).Selanjutnya, pada tahun 1884 jaringan telepon dibangun di Semarang dan Surabaya. Khusus untuk hubungan telepon interlokal, perusahaan Intercommunaal Telefoon Maatschappij memperoleh konsesi selama dua puluh lima tahun untuk hubungan Batavia-Semarang, selanjutnya Batavia-Surabaya, disusul Batavia-Bogor dan kemudian Bandung-Sukabumi. Dalam pengembangan jaringan telepon ternyata perusahaan-perusahaan telepon itu hanya membuka hubungan telepon di kota-kota besar yang mendatangkan untung saja sehingga penyebaran jaringan telepon tidak merata.

● Tahun 1906

Setelah jangka waktu konsesi berakhir, semua perusahaan jaringan telepon diambil alih dan dikelola oleh Pemerintah Hindia Belanda melalui pembentukan Post, Telegraaf en Telefoon Dienst, kecuali jaringan telepon Perusahaan Kereta Api Deli (Deli Spoor Maatschappij, DSM). Sejak saat itu pelayanan jasa telekomunikasi dikelola oleh pemerintah secara monopoli.

● Tahun 1967

Perusahaan telekomunikasi selesai dengan pembangunan jaringan telekomunikasi Nusantara yang meliputi proyek gelombang mikro lintas Sumatera, gelombang mikro Indonesia Timur yang menghubungkan Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Kalimantan. Jaringan telepon itu semula menggunakan sistem baterai lokal dan kawat tunggal yang terpasang di atas permukaan tanah sehingga sering mengalami gangguan.Pembaharuan dan modernisasi kemudian dilaksanakan, pemasangan kabel jarak jauh diterapkan di bawah permukaan tanah, kawat tunggal diganti dengan kawat sepasang dan menggunakan sistem baterai sentral.

● Tahun 1976

Pada tanggal 9 Juli 1976 Indonesia memulai babak baru bidang telekomunikasinya yang ditandai dengan peluncuran satelit Palapa A-1 berjenis HS-333 dari Cape Canaveral.Satelit ini memungkinkan jaringan telepon Indonesia semakin luas cakupannya, hingga mencapai luar negara.Sejak saat ini pertumbuhan jaringan telepon semakin pesat dan canggih karena didukung teknologi satelit.Semakin banyak pula fasilitas yang dapat dinikmati masyarakat Indonesia.
● Tahun 2009

Sejauh ini tercatat sebanyak 31.000 desa di sejumlah daerah Indonesia belum memiliki jaringan telepon.Pemerintah Indonesia sedang berupaya membangun jaringan di desa-desa tersebut agar masyarakatnya juga dapat menikmati fasilitas telepon.

Perkembangan Telegrap

Perkembangan Telegraf Telegraf merupakan sebuah mesin/alat yang menggunakan teknologi telegrafi untuk mengirim dan menerima pesan dari jarak jauh. Kata telegraf yang sering didengar saat ini, secara umum merupakan telegraf elektrik. Telegraf ditemukan oleh seorang warga AS bernama Samuel F.B Morse bersama dengan asistennya Alexander Bain.

Telegraf pertama kali ditemukan oleh Samuel finley Breese morse, seorang peneliti Amerika pada tahun 1837 dan di Inggris pada tahun yang sama oleh seorang fisikawan Sir Charles Wheatstone yang bekerja sama dengan seorang insinyur Inggris Sir William F. Cookie. Telegraf kemudian menjadi alat komunikasi kasi yang penting pada pertengahan tahun 1800-an sampai dengan pertengahan tahun 1900-an.Morse menggunakan kode-kode sederhana untuk mewakili pesan-pesan yang ingin dikirimkan dengan meggunakan pulsa listrik melalui kabel tunggal.

Pada saat melakukan percobaan menggunakan peralatan yang dimilikinya, Morse menemukan bahwa sinyal-sinyal hanya dapat dikirimkan dengan baik dalam jarak 32 km.Untuk jarak yang lebih jauh , sinyal-sinyal yang diterima menjadi terlalu lemah untuk direkam.Km dari stasiun sinyal.Relai tersebut berfungsi untuk mengulangi sinyal yang diterima dan mengirimkannya kembali ke 32 km berikutnya.Relai terdiri dari sakelar yang dioperasikan secara elektromagnetik.

Sistem telegraf kemudian segera digunakan untuk bisnis yang membutuh-kan pengiriman pesan secara cepat untuk jarak yang jauh,seperti surat kabar dan pesan untuk perjalanan kereta api. Telegraf memungkinkan perusahaan-perusahaan menjalankan bisnis secara global untuk pertama kali. Sebuah ruangan telegraf kemudian dibangun di United States Capitol pada tahun 1844. Telegraf kabel bawah pertama kali dibangun di bawah laut samudra atlantik pada tahun 1858 dan pelayanan reguler transatlantik dimulai pada tahun 1866.

(HF 0606094365) Pesan pada telegraf dikirimkan oleh operator telegraf (telegrapher) menggunakan kode morse yang dikenal dengan nama “telegram” atau “kabelgram”, dan sering disingkat dengan pesan kabel atau kawat. Sebelum telepon jarak jauh (interlokal) diperkenalkan dan digunakan, telegram ini sangat terkenal pemakaiannya. Telegram biasanya digunakan untuk keperluan bisnis, dan tidak sama dengan email. Telegram sering digunakan untuk pengiriman dokumen resmi dalam perjanjian bisnis.

Perkembangan Digital

Perkembangan dunia teknologi memang tidak ada matinya. Hampir setiap tahun bahkan bulan selalu ada hal baru dalam teknologi. Tak terkecuali dalam teknologi percetakan. Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1439 oleh Johannes Guttenberg, mesin cetak terus mengalami perkembangan hingga saat ini. Johannes Guttenberg merupakan ahli logam berkebangsaan Jerman. Berkat penemuannya tersebut bangsa Eropa menjulukinya sebagai penemu movable type karena berhasil memperbaiki sistem cetak mencetak pada masanya.

Sementara itu teknologi digital printing sendiri baru pertama kali ditemukan pada tahun 1993 yakni ditemukannya mesin digital printing press. Teknologi ini berkembang akibat penemuan teknologi komputer. Adalah Xerox perusahaan printing yang pertama kali membuat serta memasarkan mesin digital pertama. Tidak seperti mesin cetak sebelumnya yang harus menggunakan banyak pelat untuk mencetak banyak gambar, digital printing press yang diciptakan Xerox untuk pertama kalinya mampu mencetak gambar yang berbeda-beda di setiap halamannya.

Setelah kemunculan mesin digital printing press di tahun 1993, pada tahun berikutnya mulai bermunculan banyak mesin digital dengan beragam format, berikut Kaka Visual jabarkan:

● Digital Printing Wide Format

Sesuai namanya mesin digital ini memiliki ukuran yang super lebar. Ukurannya yag lebar memudahkan baliho atau baner yang memiliki ukuran diatas 3.2 meter hingga 5 meter. Selain baliho dan banner, mesin digital ini juga dapat berfungsi untuk mencetak spanduk dan billboard.

Selain dapat mencetak media yang berukuran super lebar, keunggulan lainnya dari digital printing wide format adalah kemampuan mencetaknya yang mampu mencetak dalam jumlah banyak sekaligus. Namun dibalik keunggulannya, mesin digital printing wide format nyatanya juga memilki kelemahan yakni tidak dapat mencetak media dengan tingkat kualitas tinggi.

● Digital Printing Large Format Premium

Berbeda dengan wide format, digital printing large format premium hanya dapat digunakan untuk mencetak media banner yang memiliki ukuran di bawah 3 meter. Biasanya dalam banyak kasus digunakan untuk ukuran 1 sampai 2.6 meter seperti X Banner, Spanduk, Roll Banner, ataupun Poster. Akan tetapi dibalik kelemahannya, mesin digital printing larg format premium juga memeliki kelebihan yakni mampu mencetak media dengan kualitas premium.

● Digital Printing OFFSET

Terakhir digital printing offset yang tak lain adalah pengganti mesin offset manual di mana penggunaan mesin offset sebelumnya dalam proses cetak memerlukan film atau pelat. Tentu hal ini akan sangat merepotkan karena akan memerlukan banyak film atau pelat dalam setiap proses penyetakan.

Kini dengan hadirnya Digital printing offset tentunya akan mempermudah urusan cetak mencetak,. Semuanya menjadi lebih praktis dan tinggal print dari komputer. Kelebihan lain dari mesin digital printing offset adalah kemampuan fleksibilitas media yang luas mulai dari kertas sampai dengan plastik dan hasil cetaknya sangat mirip dengan mesin offset biasa. Contoh jenis mesin offset digital diantaranya HP, Indigo, Kodak Nexpress. Namun bagi Anda yang ingin memiliki mesin cetak ini nampaknya harus merogoh kocek yang cukup dalam mengingat harganya yang cukup mahal.

Itu tadi semua penjabaran mengenai beberapa format mesin digital. Perkembangan teknologi sangat membantu kemampuan mesin cetak menjadi sangat baik. Mesin digital printing yang saat ini ada tidak hanya dapat melayani cetakan dalam kapasitas besar namun dapat melayani dalam jumlah dan kapasitas sekala kecil yang berkaitan dengan promosi baik dalam ruangan (indoor) maupun luar ruangan (outdoor) yang dapat menunjang kemajuan dalam dunia bisnis.

Perkembangan Satelit

Satelit adalah benda yang mengorbit benda lain dengan periode revolusi dan rotasi tertentu. Ada dua jenis satelit yakni satelit alam dan satelit buatan.

● Sejarah Satelit

Teknologi penerbangan antariksa sebenarnya merupakan "buah" dari era perang dingin dan persaingan antara Amerika Serikat dengan Rusia yang saat itu masih bernama Uni Sovyet.

Teknologi roket yang merupakan dasar dari sistem penerbangan antariksa pada mulanya dikembangkan untuk keperluan persenjataan. Bicara soal teknologi roket, kita tidak bisa lepas dari nama Wehrner Von Braun, ilmuwan Jerman yang direkrut Hitler untuk mengembangkan misil V2, sebuah peluru kendali dengan teknologi roket dalam masa Perang dunia II.

Saat perang usai, Von Braun hijrah ke AS dan membantu pengembangan teknologi roket untuk kepentingan penerbangan antariksa di sana. Namun demikian, entah kenapa, cetak biru V2 kemudian jatuh ke tangan Rusia, dan digunakan oleh pihak rusia sebagai acuan untuk mengembangkan roketnya sendiri. Kedua negara adidaya itu kemudian terlibat dalam persaingan sengit untuk mengeksplorasi ruang angkasa.

Rusia unggul lebih dahulu dengan keberhasilannya meluncurkan satelit buatan yang pertama di dunia dengan nama Sputnik I ( yang artinya rekan pelancong 1 ) pada 4 Oktober 1957 dan memulai Program Sputnik Rusia, dengan Sergei Korolev sebagai kepala disain dan Kerim Kerimov sebagai asistentnya. Peluncuran ini memicu lomba ruang angkasa (space race) antara Soviet dan Amerika.

Sputnik 1 membantuk mengidentifikasi kepadatan lapisan atas atmosfer dengan jalan mengukur perubahan orbitnya dan memberikan data dari distribusi signal radio pada lapisan ionosphere. Karena badan satelit ini diisi dengan nitrogen bertekanan tinggi, Sputnik 1 juga memberi kesempatan pertama dalam pendeteksian meteorit, karena hilangnya tekanan dalam disebabkan oleh penetrasi meteroid bisa dilihat melalui data suhu yang dikirimkannya ke bumi. Sputnik 2 diluncurkan pada tanggal 3 November 1957 dan membawa awak mahluk hidup pertama ke dalam orbit, seekor anjing bernama Laika.

Pada bulan Mei, 1946, Project Rand mengeluarkan desain preliminari untuk experimen wahana angkasa untuk mengedari dunia, yang menyatakan bahwa, "sebuah kendaraan satelit yang berisi instrumentasi yang tepat bisa diharapkan menjadi alat ilmu yang canggih untuk abad ke duapuluh". Amerika sudah memikirkan untuk meluncurkan satelit pengorbit sejak 1946 dibawah Kantor Aeronotis angkatan Laut Amerika (Bureau of Aeronautics of the United States Navy). Project RAND milik Angkatan Udara Amerika akhirnya mengeluarkan laporan diatas, tetapi tidak mengutarakan bahwa satelit memiliki potensi sebagai senjata militer; tetapi, mereka menganggapnya sebagai alat ilmu, politik, dan propaganda. Pada tahun 1954, Sekertari Pertahanan Amerika menyatakan, "Saya tidak mengetahui adanya satupun program satelit Amerika."

Pada tanggal 29 Juli 1955, Gedung Putih mencanangkan bahwa Amerika Serikat akan mau meluncurkan satelit pada musim semi 1958. Hal ini kemudian diketahui sebagai Project Vanguard. Pada tanggal 31 July, Soviets mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan satelit pada musim gugur 1957.

Mengikuti tekanan dari American Rocket Society (Masyarakat Roket America), the National Science Foundation (Yayasan Sains national), and the International Geophysical Year, interest angkatan bersenjata meningkat dan pada awal 1955 Angkatan Udara Amerika dan Angkatan Laut mengerjai Project Orbiter, yang menggunakan wahana Jupiter C untuk meluncurkan satelit. Proyek ini berlangsung sukses, dan Explorer 1 menjadi satelit Amerika pertama pada tanggal 31 januari 1958.

Pada 12 April 1961, Rusia kembali memimpin dengan meluncurkan manusia pertama ke angkasa luar, Yuri Alekseyivich Gagarin, seorang mayor Agkatan Udara Rusia yang meluncur dengan kapsul Vostok I. Kurang dari sebulan kemudian, AS yang "kebakaran jenggot" karena terus didahului Rusia meluncurkan astronaut pertamanya, Alan B Shepard dengan kapsul Mercury 7.

Peluncuran ini dilakukan secara terburu-buru dengan teknologi yang belum "matang" sehingga Shepard hanya mampu mengangkasa selama 15 menit dengan

ketinggian maksimal 184 km, kalah jauh dengan Gagarin yang mencatat waktu 108 menit dan ketinggian maksimal 301,4 km dalam sekali orbit.

Misi Shepard sendiri sebenarnya hanyalah penerbangan naik-turun dan tidak sampai mengorbit Bumi. Wajar kalau Rusia sempat mengejek misi ini sebagai "penerbangan kutu loncat". AS baru berhasil mengirimkan pesawat pengorbit pada 20 Februari 1962, ketika kapsul Friendship 7 yang diawaki oleh Letkol John Herschel Glenn berhasil melakukan 3 kali orbit dalam penerbangan selama 4 jam 56 menit.

Prestasi ini masih kalah jauh dengan kemajuan yang dicapai Rusia pada

6 bulan sebelumnya, ketika Mayor German Stephanovich Titov berhasil mengorbit sebanyak 17 kali dalam penerbangan selama 25 jam 18 menit dalam kapsul Vostok II.

Bulan menjadi sasaran berikutnya dari kedua negara yang tengah bersaing itu. Rusia lagi-lagi mendahului dengan mengirim wahana tak berawak Lunik II pada 14 September 1959. Wahana ini tercatat sebagai wahana buatan manusia pertama yang mendarat di permukaan bulan. Sayangnya, Lunik II mendarat secara keras (hard landing), dengan akibat seluruh peralatan yang dibawanya rusak sehingga tidak mampu mengirimkan data apapun ke Bumi.

Pada bulan Juni 1961, tiga setengah tahun setelah meluncurnya Sputnik 1, Angkatan Udara Amerika menggunakan berbagai fasilitas dari Jaringan Mata Angkasa Amerika (the United States Space Surveillance Network) untuk mengkatalogkan sejumlah 115 satelit yang mengorbit bumi.

Rusia baru berhasil mendaratkan wahana yang mampu melakukan pendaratan Lunak (soft landing) pada Februari 1966 melalui wahana Lunik IX.

Bagaimana dengan AS? Walaupun pada awalnya sempat tertinggal, AS berhasil mengirimkan wahana untuk melakukan pendaratan lunak pada 1966. Setahun kemudian, sebuah wahana AS lainnya berhasil mengirimkan gambar TV pertama dari permukaan bulan.

Puncaknya terjadi pada 17 Juli 1969, ketika Neil Armstrong dan Edwin Aldrin berhasil mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai manusia pertama yang menginjak permukaan bulan melalui misi Apollo-11.

Misi ini dilanjutkan dengan 5 pendaratan lainnya, masing-masing Apollo-12 (November 1969), Apollo-14 (Februari 1971), Apollo-15 (Agustus 1971), Apollo-16 (April 1972), dan terakhir, Apollo-17 (Desember 1972). Misi Apollo juga pernah mencatat kegagalan, tepatnya menimpa misi Apollo-13 yang mengalami kecelakaan (ledakan pada salah satu modulnya). Lewat tindakan pertolongan yang legendaris, para awaknya dapat kembali dengan selamat ke Bumi walaupun gagal menjejak ke permukaan Bulan.

Sementara itu, Rusia tercatat pernah mengirimkan modul Lunkhod I pada 17 November 1970. Modul ini berupa robot yang dikendalikan dari Bumi. Namun demikian, sesudahnya program antariksa Rusia di Bulan tidak lagi berlanjut. Begitu pula dengan AS. Setelah berakhirnya misi Apollo-17, AS tidak lagi mengirimkan manusia ke Bulan.

Era Ulang Alik Penerbangan berawak ke antariksa selalu menyedot dana yang tidak sedikit. Sebelum era pesawat ulang-alik, seluruh komponen wahana antariksa bersifat sekali pakai. Akibatnya, mengirim misi berawak sama halnya dengan membuat wahana baru. Selain boros biaya, cara ini juga riskan karena apabila terjadi masalah (baca: kecelakaan) dalam misi berawak di ruang angkasa, mengirim misi untuk melakukan pertolongan adalah tindakan yang hampir mustahil.

Musibah yang menimpa misi Apollo-13 memberikan pelajaran bahwa misi berawak ke antariksa tidak lain adalah sebuah petualangan yang penuh resiko. Atas pertimbangan itulah, maka sejak akhir dasawarsa 1970-an, NASA mulai mengembangkan pesawat ulang-alik. Misi ulang-alik dinilai lebih "murah" karena hampir seluruh komponennya dapat dipergunakan kembali pada misi-misi sesudahnya. AS kembali mencatat sejarah dengan keberhasilannya meluncurkan pesawat ulang-alik pertamanya, Columbia, pada bulan Juni 1981.

Dengan digunakannya teknologi ulang-alik, terbuka kesempatan untuk meluncurkan misi berawak dengan frekuensi yang lebih sering dengan pembiayaan yang lebih kecil. Bahkan saat peluncuran perdana Columbia, pihak NASA (Badan luar angkasa AS) sempat mematok target untuk meluncurkan setidaknya satu misi berawak tiap minggu.

Namun, dalam kenyataannya target itu tidak pernah tercapai. Misi ulang-alik sendiri mulai dipertanyakan efektifitas dan efisiensinya mengingat dana yang diserap ternyata tidak jauh berbeda dengan pada era roket-sekali-pakai yang sudah ditinggalkan NASA. Nahas yang menimpa pesawat ulang-alik Challenger yang meledak saat peluncuran (28 Februari 1986) dan menewaskan ketujuh awaknya memang sempat membuat NASA merestrukturisasi kembali program ulang-aliknya, khususnya dalam persoalan keamanan.

Namun demikian, teknologi ulang-alik sendiri tidak banyak berubah, bahkan selama lebih dari 20 tahun sejak pertama kali digunakan. Puncaknya terjadi pada peristiwa kecelakaan yang menimpa Columbia, 1 Februari 2003 lampau, ketika pesawat tersebut meledak di udara sesaat setelah memasuki atmosfir Bumi dalam proses pendaratan. Peristiwa yang menewaskan tujuh awak tersebut kembali membuka perdebatan mengenai keamanan serta kepentingan misi ulang-alik.

Buntut dari kecelakaan ini adalah dibekukannya program luar angkasa AS sambil mengkaji kembali berbagai faktor dalam penerbangan ulang-alik, termasuk kemungkinan digunakannya teknologi yang sama sekali baru, dengan efisiensi dan tingkat keamanan yang lebih tinggi. Ada beberapa alternatif pengganti pesawat ulang-alik yang saat ini sedang dikembangkan, walaupun masih belum jelas teknologi mana yang kelak akan dipilih untuk menggantikan model peluncuran pesawat ulang-alik.

Sepeninggal Challenger dan Columbia, AS masih memiliki tiga pesawat ulang-alik lain, yaitu Discovery, Atlantis, dan Endeavour, ditambah dengan satu prototipe yang tidak pernah mengudara, Enterprise, yang kini menghuni museum Smithsonian.

Sementara itu, dalam megejar ketertinggalannya dari AS, Rusia tercatat juga sempat mengembangkan pesawat ulang-aliknya sendiri yang diberi nama Buran, dari bahasa setempat yang berarti Badai Salju. Tahun 1988, Buran sempat diuji-coba dalam sebuah penerbangan tanpa awak. Sayangnya, krisis politik maupun ekonomi yang melanda Uni Sovyet sesaat sebelum bubar membuat proyek Buran tersendat, dan bahkan terhenti sama sekali sebelum sempat berkembang.

Pecahnya Uni Sovyet akhirnya juga membawa malapetaka bagi program antariksa Rusia. Pangkalan peluncuran Rusia yang berada di Tyuratam (dikenal sebagai kosmodrom Baikonur) kini telah masuk wilayah Kazakhstan, sebuah negara kecil yang secara ekonomi tidak begitu makmur. Tentu saja pemerintah Kazakhstan tidak ingin membiarkan begitu saja sebagian teritorinya dipakai secara gratis oleh negara "asing" untuk kepentingannya sendiri. Pendeknya, pemerintah Kazakhstan menuntut pihak Rusia untuk membayar semacam ongkos sewa untuk dapat terus menggunakan pangkalan tersebut, hal mana cukup memusingkan bagi pihak Rusia yang perekonomiannya juga sedang sekarat dibelit "krismon".

Walhasil, pasca bubarnya Sovyet, program rang angkasa Rusia sempat tersendat selama beberapa waktu. Walaupun terkesan "ala kadarnya", Rusia masih terus melanjutkan program antariksa mereka dengan memanfaatkan stasiun luar angkasa Mir. Sayangnya, pembiayaan yang tersendat-sendat, ditambah lagi dengan kondisi Mir yang memang sudah uzur akhirnya membuat otoritas Rusia terpaksa memutuskan untuk mengakhiri riwayat stasiun kebanggaan mereka itu pada bulan April 2001. Anggaran yang "cekak" pula yang menyebabkan Rusia "kreatif" mencari cara, termasuk yang tidak biasa, untuk membiayai program luar angkasanya. Dengan membayar biaya sekitar US$ 20 juta, siapa saja bisa mengikuti penerbangan antariksa Rusia. Dengan cara ini pula, Dennis Tito, seorang milyarder asal AS, akhirnya bisa tercatat sebagai turis antariksa yang pertama dalam sejarah.

Belakangan, Rusia berniat menjadikan program "turis antariksa" ini sebagai salah satu cara untuk memperoleh dana segar guna melanjutkan program luar angkasanya.Ruang angkasa memang terlalu luas untuk dieksplorasi oleh satu atau dua negara tertentu saja. Dewasa ini, pemanfaatan luar angkasa dilakukan atas dasar kerjasama, bukan lagi persaingan seperti pada awalnya. Kini, AS dan Rusia, bersama-sama dengan negara-negara maju lainnya bahu-membahu mengembangkan Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space

Station) yang diharapkan kelak menjadi pusat kegiatan eksplorasi antariksa secara lintas negara.

Sementara itu, teknologi roket juga tidak lagi merupakan monopoli AS atau Rusia. Tercatat negara-negara seperti Jepang, India, China, dan Uni Eropa, juga telah berhasil mengembangkan teknologi roketnya sendiri. Keberhasilan China dalam meluncurkan misi berawak ke antariksa kiranya telah menorehkan sejarah baru dalam dunia penerbangan antariksa.

Satelit buatan manusia terbesar pada saat ini yang mengorbit bumi adalah Station Angkasa Interasional (International Space Station).

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong