Kuliah Pulang atau Kuliah Sambil Berorganisasi ?
Kuliah Pulang atau Kuliah Sambil Berorganisasi ?
Mahasiswa merupakan salah satu elemen penting dalam setiap episode panjang perjalanan bangsa ini, banyak lulusan SMA/SMK Berbondong-bondong serta berambisi untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Tetapi sebagian besar mereka belum mengetahui apa Mahasiswa sebenarnya.
Peran Mahasiswa
agent of change, agent of control, agent of value. Sebagai Generasi Peradaban di masa yang akan datang, Mahasiswa harus peka terhadap isu sosial di sekitarnya, jangan menjadi mahasiswa yang kupu-kupu (kuliah pulang kuliah pulang). Sebagai Mahasiswa, setidaknya kita mengisi waktu kita dalam kegiatan yang lainnya misalnya berorganisasi dan lainnya, mengutip salah satu senior Ketua HMJ Ilmu Komunikasi Zulkifli Mangkau. Beliau mengatakan “Organisasi itu penting buat mahasiswa karena bisa menampung ideologi yang kita tanamkan”. Pada saat itu kami berada di kampus ketika sedang duduk santai bersama sahabat (maklum anak kost) dan kakak senior. “Kuliah itu seperti nasi, sedangkan organisasi itu seperti lauknya”, itulah yang diucapkan sahabat saya bernama Tio.
Kuliah sambil berorganiasi lebih identik disebut aktivis. tetapi sebagian orang menganggap bahwa berorganisasi itu mengambat perkuliahan kita. Padahal berorganisasi itu justru bukan sekedar menambah wawasan saja tetapi juga mencetak pemimpin masa depan yang akan datang dengan pola pikir kita yang baik. Saya mengikuti acara motivasi yang diadakan oleh Lembaga Dakwah Fakultas di gedung serbaguna Universitas Negeri Gorontalo, Pak Jumadil sebagai motivator, beliau bercerita mengenai pengalamannya kuliah sambil berorganisasi. Justru dia menjadi cumlaude yang hanya menempuh kuliah S1 selama 3 tahun lebih. Jadi, yang menghambat kuliah itu bukan organisasi tetapi diri kita sendiri yang menghambatnya.
Mahasiswa sebagai penancap tombak peradaban bangsa ini semakin mengalami perubahan adalah tak lain karena ada peran pemuda mahasiswa di dalamnya. Wakil Presiden Republik Indonesia Bung Hatta, beliau pernah mengatakan “ Hanya ada satu negara yang berhak jadi negaraku, dia tumbuh karena perbuatan dan itu adalah dan itu adalah perbuatanku”. Hati ini tergerakkan ketika membacanya. Jika perbuatan kita baik maka negara akan baik dan jika perbuatan kita buruk maka perbuatan kita buruk. Kita tidak bisa berharap, bahwa sebuah perubahan negara ini hanya dilakukan diam begitu saja, yang bisa hanyalah tindakan kita untuk melakukan suatu perubahan yang lebih baik.
Bukan itu saja, berorganisasi juga banyak kawan dengan orang lain. 1000 kawan terlalu sedikit 1 musuh terlalu banyak. Kita harus berkawan semua orang apakah dia baik atau buruk selama mereka itu baik dengan kita. Pada saat kegiatan Komunikasi Masuk Desa (KMD) di desa Boidu selama 4 hari pada tanggal 29,30 September, 1, 2 Oktober 2016 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMAKOM). mengutip dari salah satu dosen, Bapak Mohamad Reza. Beliau mengatakan “Berkawanlah dengan Ikhlas”. Dari kutipan sakti beliau, hati kami tersentuh dan tergerak dalam berkawan kepada sesama manusia selama etika itu dijaga. Kita tidak memandang suku dan agamanya.. Tetapi kita memandang dia adalah Indonesia seperti kita juga, sebagaimana dengan sila ke-3 yang berbunyi “Persatuan Indonesia”.
Mari kita renungkan, apakah kita vertikal naik menjadi seorang pemenang?, ataukah kita vertikal horizontal yang berjuang disitu-situ saja?
“Tuhan Tak meminta kita untuk selalu berhasil, Dia hanya meminta kita untuk selalu mencoba dan jangan pernah untuk menyerah”.