The Legend of Smansa Gorontalo

14 December 2016 11:15:30 Dibaca : 67

Mentari pagi datang seakan menyambut pagi yang cerah. Sama hal nya dengan yang biasa disapa ‘ka Ako’ yang selalu semangat melangkahkan kakinya menuju SMAN 1 Gorontalo. Tanpa perduli seberapa jauh jarak sekolah dari rumahnya.


Ka Ako bertugas sebagai penjaga sekolah, selalu datang lebih awal. Yaitu sebelum pukul 07.00 ka Ako sudah berada di sekolah. Tanpa memperlihatkan rasa capek sedikitpun dari wajahnya. Ia berdiri di depan gerbang sekolah untuk menyambut siswa sisiwi dengan sedikit nasehat “belajar yang baik ya nak”.


Karena pengabdiaannya yang telah lama di Smansa, semua guru memberikan hadiah kepadanya berupa memberangkatkannya ke tanah suci. Saat itu, raut kebahagiaan terpancar dari wajahnya atas apa yang telah diberikan kepadanya.


Karena usianya yang telah tua dan rentan, serta badannya yang mulai kaku, ia mengalami kesulitan untuk berjalan sehingga gaya berjalannya yang begitu lambat. Sering kali ia hanya duduk di meja piket yang berada di depan pintu gerbang sambil menikmati kue yang sering di berikan oleh guru-guru kepadanya.


Beberapa bulan setelah kembalinya dari tanah suci, ia sempat mengalami musibah kecelakaan. Ketika akan pulang ke rumah setelah sore hari, ia menyebrang jalan didepan sekolah kemudian datang sebuah mobil berkecepatan tinggi yang kemudian menabraknya. Ka ako pun terpental jatuh ke aspal dan mengalami luka yang sangat parah.


Warga pun berkerumunan untuk melihat keadaan dari si korban. Saat itu keadaannya sangat memprihatinkan dengan badan yang penuh dengan luka dan berlumuran darah. Tak lama kemudian ambulans pun datang menjemputnya. Sempat ia di rawat di rumah sakit dan koma selama 7 hari. Karena keadaannya yang telah koma tersebut, Ia sempat di beritakan bahwa ia telah wafat. Tentu hal ini sangat disayangkan apakah orang yang memberitakan hal tersebut tau dengan keadaan yang sebenarnya dari si korban ini ? tentu saja tidak, karena hanya berasal dari cerita yang dari mulut ke mulut tentang keadaan dari si korban tersebut.


Tetapi setelah beberapa minggu di rawat, akhirnya ka Ako pun sembuh dan keluar dari rumah sakit. Dan orang yang telah menyebarkan berita duka tersebut meminta maaf kepada ka Ako dan keluarga karena kelalaian yang telah ia perbuat. Sungguh perbuatan yang tak patut untuk di lakukan karena semena-mena memberitakan keadaan orang yang sudah meninggal padahal masih hidup.


Setelah sembuh, ka Ako pun menjalani aktivitasnya sehari-hari sebagaimana yang selalu ia lakukan di SMAN 1 GORONTALO. Berkat segala jasa yang telah ia berikan untuk SMAN 1 tersebut dan hal-hal yang telah ia lalui selama disekolah itu, kemudian ia di juluki sebagai “The Legend of Smansa Gorontalo”.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong