Feature Mengembangkan Cerita Human Interest

09 December 2016 10:09:22 Dibaca : 179

Kisah Seorang Wanita dipertemukan lewat taaruf, berakhir ke pelaminan


Sejatinya sejak manusia lahir ke dunia dia sudah memiliki jodoh dari Allah. Namun, meski sudah digariskan Sang Pencipta, manusia tetap harus berusaha mencari pasangan yang melengkapi hidupnya.
Pada proses pencarian jodoh tersebut, Islam memiliki metode taaruf yang berarti perkenalan. Taaruf biasa digunakan kaum dewasa untuk melakukan sebuah perkenalan sebagai langkah awal untuk mendapatkan pasangan hidup.
Metode taaruf tidak jauh berbeda dengan pendekatan yang biasa dilakukan pada proses perkenalan alias pedekate. Masa taaruf dilakukan oleh dua muslim yang belum kenal sebelumnya dan berlawanan jenis untuk saling menjajaki satu sama lain sehingga mereka bisa kenal lebih dekat dari sebelumnya.

    Hal yang membedakan taaruf dengan pedekate pada umumnya adalah orang yang melakukan taaruf akan dibantu seorang mediator/perantara atau harus didampingi dengan wali keluarga, dan pada prosesnya ketika salah satunya merasa tidak nyaman, maka masa perkenalan itu boleh dihentikan.
Saya mempunyai kakak perempuan yang bernama Ikha. Ka Ika lulusan dari pondok pesantren Al-fatha di Kecamatan Pulubala di Kabupaten Gorontalo . "Sebenarnya pilihannya Taaruf itu salah satunya karena basic keluarga juga. Tapi lebih dari itu, selama 20 tahun (sebelum menikah) kakak saya hidup sangat sadar bahwa kebanyakan orang yang kita kenal luarnya saja dan akan beda jauh ketika di dalam rumah tangga," kata ka Ika yang memilih metode taaruf ketika mencari teman hidup. Hal itu disampaikan kakak saat berbincang dengan kami sekeluarga beberapa waktu lalu.
Kakak saya sadar meski taaruf sangat dibenarkan oleh Islam, tapi tetap saja ada kendala yang dihadapi. Apalagi karena keduanya tidak mengenal sama sekali seperti apa wajah atau karakter orang tersebut.

      "Sebenarnya kacamata orang awam, metode ini sama dengan beli kucing dalam karung. Sebab banyak yang harus diperhatikan, dipertimbangkan, diinvestigasi seperti apa orang yang akan diperkenalkan. Tapi dia serahkan ke Allah dia minta yang terbaik. Toh mengenal di luar tidak menjamin, malah muncul penilaian dengan kecenderungan yang membutakan mata. Misal tidak bisa melihat pasangannya secara netral," jelas kakak yang kini telah jadi ibu.

Selain karena ingin melihat karakter pasangan lebih netral, alasan lain memilih taaruf karena saat usianya 20 tahun, dia berniat ingin menikah di umur 22 tahun. Kemudian secara tidak sengaja pula, proses taaruf itu mulai dilakukannya di umur 21 tahun.
"Dalam doanya waktu umur 20 itu, umur 22 saya siap nikah, dan doa saat itu Alhamdulillah, terkabul," kenangnya.
"Saat umur 21 tahun, kakak punya kenalan yang rupanya satu organisasi di SMA( sekolah sebelum ia masuk di pondok pesantren ) . Nah saat itu tiba-tiba dia SMS kakak saya yang isinya lebih kurang begini 'Assalamualaikum wr wb Ika, berdasarkan hasil diskusi antara ustaz dan guru ngaji nya saya ada yang perlu saya tanyakan, apakah sedang dalam masa pinangan atau sudah dikhitbah orang lain', nah saat itu kakak saya tidak langsung menjawab," cerita ka ika. Mendapatkan pesan demikian, Kakak langsung berkonsultasi dengan guru ngajinya apa maksud pertanyaan dalam pesan singkat itu. Tak lama kemudian, si pria itu kembali mengirim pesan dan mengajak Kakak saya ber-taaruf.
"Nah, karena sebelumnya Kakak saya tidak kenal secara personal dengan dia, Kakak memilih seorang mediator/perantara yang kebetulan temannya sendiri yang sudah menikah. Mediator/perantara inilah yang jadi alat komunikasi kakak sampai masa khitbah,"
"Akhir February 2014 mereka dan via mediator saling bertukar curriculum vitae (CV). Mirip kaya CV ngelamar kerja, ada foto, biodata, data keluarga, karakter sifat masing-masing ingin seperti apa kriteria pasangan, dan bagaimana konsep pernikahan yang diinginkan. Setelah mediator memberikan CV kepada mereka, lalu mereka diberi waktu berpikir ulang sampai waktu yang tidak ditentukan,".
Keduanya berhak menolak dan tidak melanjutkan masa perkenalan ini. Saat itu,kakak Saat itu,kakak benar-benar berkonsultasi pada banyak orang soal pria yang mengajaknya taaruf.

      "Dan setelah kakak saya konsultasi ke keluarga, teman-temannya, lalu kakak saya salat istikharah, akhirnya dia memutuskan lanjut ke tahap berikutnya yaitu nazhar,". Proses berikutnya dalam taaruf setelah saling berkenalan yang dibantu oleh mediator adalah nazhor. Di mana tahap ini merupakan proses saling melihat antara dua orang yang selama ini melakukan ta'aruf.
Dalam tahap ini,Kakak saya, mediator/perantara dan yang bersangkutan dipertemukan secara fisik dan mendiskusikan apa yang dimuat di CV. Setelah itu, mediator bertanya kembali kepada mreka apakah ingin dilanjutkan proses atau tidak. Kalau lanjut, pihak laki-laki langsung ditanyakan kapan orang tua akan mendatangi rumah wanita untuk silaturhami. Waktunya tidak boleh terlalu lama.
"Karena idealnya, taaruf itu 3-6 bulan. Nah kemudian, setelah ada kesepakatan kapan orang tua laki-laki ke rumah, saat itulah tugas si mediator/perantara selesai,"
Setelah silaturahmi ditentukanlah tanggal lamaran, kemudian melakukan proses lamaran dan menikah. Ka Ika sendiri menghabiskan waktu lebih kurang 6 bulan sejak proses taaruf dimulai sampai akhirnya dia menikah. Proses yang singkat memang. Tapi, Kakak saya mengaku sangat yakin dengan pria yang dikenalnya lewat metode taaruf.
"Dengan pria itu gaya komunikasi mereka mirip, dan dari awal gak ada masalah komunikasi dan karakternya lebih sabar. Selain itu, pria juga saat itu mencari partner rumah tangga yang juga bisa jadi partner kerja dan sejauh ini sesuai ekspektasi,"
Bagi Ka ika, suami yang didapatnya dari proses taaruf ini adalah seorang yang bisa bisa melengkapi hidupnya.
"Dia melengkapi, tidak banyak menuntut dan fleksibel. Alhamdulillah," katanya mengakhiri berbincangan dengan suara bahagia .