ARSIP BULANAN : February 2020

STRATEGI MEDIA

TUGAS INDIVIDU

Oleh :

Nurul Azhar Fatimah

( 291418002 )

1.      Judul Jurnal                 : Jurnal Kajian Komunikasi

 

2.      Judul                           : Strategi Media Relations Perusahaan Pertambangan Timah  dan Agenda Setting Media di Bangka Belitung

 

 

3.      Volume                       : Volume 6, No. 1, Juni 2018, hlm. 91-105

 

4.      Tahun                          : 2018

 

 

5.      Penulis                         : Iswandi Syahputra

 

6.      Reviewer                     : Nurul Azhar Fatimah

 

7.      Tanggal Terbit Jurnal  :  Juni 2018

 

 

Resume

·         Pendahuluan

Seiring dengan pesatnya kemajuan komunikasi berbasis perangkat teknologi atau perangkat elektronik, kebutuhan terhadap bahan baku perangkat komunikasi elektronik juga mengalami peningkatan. Salah satu bahan baku yang dibutuhkan untuk merakit perangkat komunikasi seperti komputer dan gadget adalah bahan logam jenis timah. Bahan baku timah berguna sebagai saluran yang akan mengantarkan power dalam satu sistem rakitan perangkat komunikasi.

 Menurut catatan Mongabay Indonesia (2013), sejumlah perusahaan besar perakit perangkat komunikasi di dunia seperti Nokia, Sony, Motorola, LG, dan Blackberry membutuhkan timah sebagai salah satu bahan baku utama dalam merakit perangkat komunikasi yang mereka produksi (Mongabay, 2013, Agustus 5).

Timah menjadi pilihan ekonomis karena harganya lebih murah dibanding logam lainnya seperti perak atau emas. Perusahaan elektronik besar dunia tersebut mengaku menggunakan bahan baku timah dari Indonesia. Di dunia, Indonesia memang dikenal sebagai salah satu negara penghasil timah terbesar setelah Cina.

·         Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan di Bangka dan Belitung pada bulan Agustus dan September 2017. Objek penelitian ini adalah strategi media relations. Sedangkan subjek penelitian adalah Humas perusahaan pertambangan timah di provinsi Bangka Belitung. Data penelitian ini dikumpulkan dengan pengamatan dan partisipasi semi tertutup serta wawancara.

·         Hasil dan Pembahasan

Kendati cukup strategis sebagai pihak yang bekerja membentuk dan menjaga citra positif perusahaan, namun fungsi Humas saat ini masih sebagai teknisi komunikasi seperti membuat press release, menggelar press conference (Farihanto, 2014; Ardhoyo, 2013), fasilitator komunikasi (Astuty, dkk, 2017; Idris, 2014; Lubis, 2012; Yuningsih, 2006), fungsi komunikasi oraganisasi (Ishak, 2012) atau monitoring media massa (Bernadeth, Paranoan, dan Djumlani, 2014). Sementara itu, kondisi Humas korporasi saat penelitian pertambangan timah di Bangka Belitung yang diteliti menggambarkan sebuah organisasi dalam korporasi yang menjalankan dua fungsi. Mengacu pada riset yang dilakukan oleh Glen Broom dan David Dozier (dalam Theaker, 2012) Humas pada sebuah korporasi menjalankan dua fungsi utama yaitu, sebagai teknisi komunikasi dan manajer komunikasi. Sebagai teknisi komunikasi, Humas bekerja melakukan hal-hal teknis dalam beberapa aktivitas kehumasan seperti membuat press release, menyelenggarakan konferensi pers, media briefing dan sebagainya. Sedangkan sebagai manajer komunikasi, Humas merupakan satu unit manajemen dalam sebuah struktur korporasi.

Dalam perspektif tersebut, Humas adalah satu bidang dalam sebuah struktur korporasi yang menjalankan empat fungsi utama, yaitu (1) the expert prescriber, yaitu pihak yang diberi (memiliki) otoritas oleh manajemen korporasi untuk menjalankan aktivitas komunikasi korporasi. Aktivitas kehumasan tersebut dapat mulai dari meneliti, merumuskan, menjalankan dan mengembangkan berbagai model komunikasi terhadap publik internal dan eksternal korporasi baik dalam situasi normal dan krisis. (2) the problem-solving facilitator, yaitu pihak yang terlibat dalam melakukan analisis dan merumuskan solusi strategis terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh korporasi. (3) the communication facilitator, yaitu pihak yang menginterpretasikan visi dan misi korporasi untuk kemudian mengkomunikasikannya pada khalayak luas. Humas merupakan representasi korporasi yang terlibat aktif menjadi mediator dan fasilitator komunikasi korporasi dan khalayak. (4) the communication technician, yaitu pihak yang memiliki kemampuan soft skill seperti menulis press release dan menggunakan kemampuan tersebut untuk kepentingan korporasi. Dalam konteks ini, Humas bukan pihak yang terlibat dalam proses mengambil kebijakan perusahaan, tetapi memiliki tugas teknis menyebarluaskan kebijakan korporasi.

 

·         Kesimpulan

Perusahaan pertambangan timah di Bangka Belitung memiliki agenda setting agar Perda Zonasi disyahkan. Agenda setting perusahaan ini sama dengan agenda pemerintah daerah. Perda Zonasi dinilai menjadi agenda utama karena merupakan dasar hukum untuk mempertemukan berbagai sektor kepentingan terkait pertambangan. Untuk memperkuat agenda setting tersebut diperlukan pemberitaan media massa. Perusahaan pertambangan mencari sejumlah tokoh masyarakat, akademisi atau politisi untuk dijadikan narasumber pemberitaan. Pada saat yang bersamaan, media massa sebagai industri tidak memiliki agenda setting terkait persoalan pertambangan. Sebaliknya, sebagai industri media massa lebih berorientasi profit sehingga cenderung bersifat transaksional melalui berbagai kerjasama iklan dan pemberitaan. Sehingga, agenda setting media tidak sepenuhnya menjelaskan bagaimana media menyusun agenda mereka, kemudian menjadi agenda publik dan selanjutnya menjadi sebuah kebijakan sebagai produk agenda negara (pemerintah). Penelitian ini menemukan bahwa

agenda media dapat dipengaruhi atau ditentukan oleh agenda pihak lain di luar institusi media massa yang memiliki kepentingan tertentu. Dalam penelitian ini agenda yang dimaksud tersebut adalah agenda korporasi pertambangan dan agenda pemerintah untuk menyusun Perda Zonasi dengan menekan potensi konflik yang muncul. Dua insititusi berbeda tetapi memiliki satu agenda bersama memberi pengaruh dalam proses menyusun agenda setting media. Pengaruh tersebut terjadi melalui berbagai relasi berbasis transaksional antara perusahaan pertambangan dengan media massa lokal. Model transaksi tersebut dilakukan dengan sebuah perjanjian kerjasama antar institusional dalam bentuk iklan dan pemberitaan atau kerjasama personal dalam suatu iklim perkawanan, persahabatan dan kekeluargaan. Dalam perspektif ini, media massa merupakan representasi institusi ekonomi yang memiliki orientasi mencari keuntungan untuk keberlangsungan perusahaan media melalui berbagai kerjasama yang saling menguntungkan. Media massa yang awalnya tidak memiliki agenda setting khusus dalam pemberitaan terkait isu pertambangan (khususnya isu tentang Perda Zonasi) menjadi memiliki agenda karena terikat dengan kerjasama iklan dan pemberitaan. Kehadiran media sosial atau media daring berbasis Internet sebagai media baru telah menempatkan siapa saja dapat mencari, memproduksi, memanipulasi, mengkomodifikasi dan mendistribusikan informasi yang mereka pilih. Aktivitas yang dinamis dan hyperactive netizen di media sosial tersebut merupakan faktor eksternal lainnya yang turut memberi pengaruh terhadap alur skema agenda setting media. Kondisi-kondisi tersebut merubuhkan fungsi gatekepeer sebagai hulu pangkal beroperasinya agenda setting media. Situasi ini kemudian yang digambarkan sebagai potret akhir agenda setting media.

 

 

Sumber :

http://journal.unpad.ac.id/jkk/article/view/15233

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong