Tugas Mata Kuliah Strategi Media

04 February 2020 13:35:37 Dibaca : 1277

Judul Jurnal : Strategi Media Relations Perusahaan Pertambangan Timah dan Agenda Setting Media di Bangka Belitung

Judul : Strategi Media Relations

Volume : Volume 6, No. 1

Tahun : 2018

Penulis : Iswandi Syahputra

Reviewer : Muh. Rully Assandi Abdul

Tanggal terbit jurnal : Juni 2018

RESUME

A. Pendahuluan

    Seiring dengan pesatnya kemajuan komunikasi berbasis perangkat teknologi atau perangkat elektronik, kebutuhan terhadap bahan baku perangkat komunikasi elektronik juga mengalami peningkatan. Salah satu bahan baku yang dibutuhkan untuk merakit perangkat komunikasi seperti komputer dan gadget adalah bahan logam jenis timah. Bahan baku timah berguna sebagai saluran yang akan mengantarkan power dalam satu sistem rakitan perangkat komunikasi. Menurut catatan Mongabay Indonesia (2013), sejumlah perusahaan besar perakit perangkat komunikasi di dunia seperti Nokia, Sony, Motorola, LG, dan Blackberry membutuhkan timah sebagai salah satu bahan baku utama dalam merakit perangkat komunikasi yang mereka produksi (Mongabay, 2013, Agustus 5).

    Sebagai salah satu aktivitas dalam lingkup public relations, media relations merupakan bagian dari public relations eksternal yang membina dan mengembangkan hubungan baik dengan media massa sebagai sarana komunikasi antara organisasi dengan publik untuk mencapai tujuan organisasi (Iriantara, 2010). Media relations menjadi kunci untuk mengoptimalkan pesan perusahaan dengan pihak di luar perusahaan (eksternal) seperti masyarakat, pengguna hingga dunia internasional maupun pihak di dalam perusahaan (internal) seperti Pemerintah dan pihak terkait lainnya (Vivian, 2017). 

   Strategi media relations menjadi sangat penting bagi perusahaan yang bergerak dalam sektor pertambangan karena memiliki potensi konflik sosial, dan konflik lingkungan. Tanpa strategi media relations yang baik, potensi konflik dapat mengarah pada fase krisis. Riset yang dilakukan Hernawan dan Muniroh (2014) menjelaskan perusahaan pertambangan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk dapat memiliki citra positif melalui tiga proses komunikasi, yaitu komunikasi massa, komunikasi kelompok dan komunikasi interpersonal. Tentu saja citra positif tersebut pada perusahaan dalam keadaan normal. Padahal mengacu pada riset Febriyansyah, Christin dan Imran (2016), aktivitas humas pada masa normal berbeda dengan aktivitas humas pada masa krisis. Pada saat hadapi krisis, humas PT. Pelabuhan Tanjung Priok yang diteliti, tidak ikut berkontribusi dalam penanggulangan krisis. Humas hanya menyebarkan informasi yang positif dan benar kepada media cetak maupun elektronik. Sementara mengacu pada Rahmat dan Bakti (2016), aktivitas Humas pemerintah dinilai tertumpu pada kegiatan rutin. Humas hanya menyediakan informasi bagi media.

   Perkembangan teknologi yang selalu menyertai perkembangan komunikasi termasuk perkembangan media di dalamnya tersebut juga memberi pengaruh pada perkembangan agenda setting media yang sudah ada sebelumnya. Sebagai penggagas agenda settingmedia, Maxwell McCombs sendiri kemudian melakukan review teoretik terhadap gagasan agenda setting media yang pernah mereka usung. Tinjauan ulang terhadap gagasan agenda settingmedia dilakukan dengan mengidentifikasi kembali beberapa perubahan situasi karena kehadiran media baru berbasis Internet tersebut. Hasilnya, McCombs menawarkan second level agenda-setting atau agenda setting level kedua (McCombs, 2005). Second level agenda-setting ini menjelaskan bagaimana proses penyusunan agenda media berhubungan dengan proses framing. Proses framing media menjelaskan bahwa media tidak saja menyampaikan berita berdasarkan fakta peristiwa, tetapi menonjolkan hal khusus dari satu peristiwa berdasarkan agenda media.

B. Tujuan

   Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Strategi Media Relations Perusahaan Pertambangan Timah dan Agenda Setting Media di Bangka Belitung.

C. Metode

   Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan di Bangka dan Belitung pada bulan Agustus dan September 2017. Objek penelitian ini adalah strategi media relations. Sedangkan subjek penelitian adalah Humas perusahaan pertambangan timah di provinsi Bangka Belitung. Data penelitian ini dikumpulkan dengan pengamatan dan partisipasi semi tertutup serta wawancara. Mengacu pada Bodgan dan Steven (1998) berdasarkan tingkat keterlibatan peneliti dalam observasi yang dilakukan, observasi dapat dikategorikan kedalam dua kelompok: observasi tidak terlibat (non participant observation), observasi terlibat (participant observation); dan berdasarkan tingkat kerahasiaan pelaksanaannya, observasi terbagi kedalam dua kelompok lain yaitu observasi terang-terangan (obstrusive observation) dan observasi tersamar (unobtrusive observation). Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dalam bentuk diskripsi melalui suatu proses pemaknaan (meaning making) dan pemahaman (verstehen/ understanding). Secara teknis proses tersebut dapat dimulai dari mencari dan menemukan peristiwa yang relevan dengan permasalahan penelitian. Kemudian dielaborasi dalam sejumlah kategori-kategori konseptual.

D. Hasil

   Kondisi Humas korporasi saat penelitian pertambangan timah di Bangka Belitung yang diteliti menggambarkan sebuah organisasi dalam korporasi yang menjalankan dua fungsi. Mengacu pada riset yang dilakukan oleh Glen Broom dan David Dozier (dalam Theaker, 2012) Humas pada sebuah korporasi menjalankan dua fungsi utama yaitu, sebagai teknisi komunikasi dan manajer komunikasi. Sebagai teknisi komunikasi, Humas bekerja melakukan hal-hal teknis dalam beberapa aktivitas kehumasan seperti membuat press release, menyelenggarakan konferensi pers, media briefing dan sebagainya.

   Humas adalah satu bidang dalam sebuah struktur korporasi yang menjalankan empat fungsi utama, yaitu (1) the expert prescriber, yaitu pihak yang diberi (memiliki) otoritas oleh manajemen korporasi untuk menjalankan aktivitas komunikasi korporasi. Aktivitas kehumasan tersebut dapat mulai dari meneliti, merumuskan, menjalankan dan mengembangkan berbagai model komunikasi terhadap publik internal dan eksternal korporasi baik dalam situasi normal dan krisis. (2) the problem-solving facilitator, yaitu pihak yang terlibat dalam melakukan analisis dan merumuskan solusi strategis terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh korporasi. (3) the communication facilitator, yaitu pihak yang menginterpretasikan visi dan misi korporasi untuk kemudian mengkomunikasikannya pada khalayak luas. Humas merupakan representasi korporasi yang terlibat aktif menjadi mediator dan fasilitator komunikasi korporasi dan khalayak. (4) the communication technician, yaitu pihak yang memiliki kemampuan soft skill seperti menulis press release dan menggunakan kemampuan tersebut untuk kepentingan korporasi. Dalam konteks ini, Humas bukan pihak yang terlibat dalam proses mengambil kebijakan perusahaan, tetapi memiliki tugas teknis menyebarluaskan kebijakan korporasi.

   Perspektif tersebut menggambarkan kondisi Humas saat ini pada perusahaan pertambangan timah yang diteliti. Mengacu pada informan 1, kemampuan tersebut berbeda berdasarkan minat pada topik berita yang akan diproduksi. Akibatnya, satu jenis pekerjaan dapat dilakukan oleh banyak staf Humas. “Setiap staf Humas memiliki kemampuan dasar menulis press release. Namun demikian, kemampuan tersebut berbeda sesuai minat dan bakat menulis setiap orang. Ada staf Humas yang memiliki kemampuan cukup baik dalam menulis release untuk berita atau peristiwa yang memiliki dimensi kemanusiaan. Staf dengan keahlian ini digunakan untuk membuat press release aktivitas Humas yang berhubungan dengan CSR. Namun ada juga staf Humas yang suka menulis tema yang terkait analisis kebijakan.

   Mengacu pada informan 2, bidang Humas diberikan keleluasaan untuk merancang sendiri strategi komunikasi yang akan mereka tempuh untuk menunjang kebijakan korporasi.“Manajemen memberikan keleluasaan pada Humas untuk merancang sendiri strategi komunikasinya. Namun karena perusahaan memiliki sejumlah bidang atau divisi lain yang terkait dengan pekerjaan Humas seperti CSR, kami juga tidak bisa merumuskannya secara otonom. Kami harus terlebih dahulu melakukan komunikasi internal. Misalnya untuk aktivitas CSR yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, pemberitaannya kami himpun dalam satu majalah khusus yang kami produksi sendiri.

   Dalam perspektif level struktur ini, Humas menjalankan fungsi the expert prescriber, sebagai pihak yang memiliki otoritas oleh manajemen korporasi untuk menjalankan aktivitas komunikasi korporasi. Namun berdasarkan pengamatan dan partisipasi semi tertutup serta wawancara yang dilakukan, dalam hal membangun relasi dengan media massa setempat pada konteks pemberitaan terhadap aktivitas perusahaan ditemukan 2 pola, yaitu:Pertama, Humas mengundang media massa terutama media massa cetak dan media massa daring untuk melakukan liputan aktivitas perusahaan yang dipilih. Setiap wartawan yang hadir diberi imbalan biaya transportasi. Kondisi ini sudah berlangsung lama dan efektif meningkatkan jumlah pemberitaan.

   Mengacu pada informan 3, ada tiga hal yang dijadikan dasar dalam menyusun agenda setting sebagai strategi komunikasi koorporasi. Pertama, pertambangan timah masih menyimpan potensi konflik laten. Kedua, praktek pemberitaan media massa dinilai masih bersifat transaksional. Ketiga, media massa tidak memiliki fokus agenda setting media bersama.

   Informan 4 juga menjelaskan, potensi konflik yang bersifat laten ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain disebabkan oleh ketidakadilan sosial pada masa lalu saat tambang timah masih menjadi primadona pendapatan daerah. Selain itu masih ada presepsi pada khalayak bahwa proses pertambangan timah akan mencemari lingkungan dan mengancam pekerjaan masyarakat sebagai nelayan atau petani lada. Tidak hanya itu, masyarakat yang mulai menaruh harapan hidup mereka pada sektor pariwisata menganggap pertambangan timah dapat mengganggu aktivitas pariwisata.

   Keseluruhan aktivitas Humas tersebut (the expert prescriber, the problem-solving facilitator dan the communication facilitator) kemudian menjadi satu strategi komunikasi dalam konteks media relations. Dalam perspektif ini, hal pertama yang dilakukan Humas adalah memahami dengan baik visi dan misi perusahaan sebagai kultur korporasi. Perusahaan berkeinginan melakukan penambangan timah dengan resiko konflik minimal. Beberapa potensi konflik yang muncul telah diantisipasi melalui kebijakan korporasi.

E. Kesimpulan

   Perusahaan pertambangan timah di Bangka Belitung memiliki agenda settingagar Perda Zonasi disyahkan. Agenda settingperusahaan ini sama dengan agenda pemerintah daerah. Perda Zonasi dinilai menjadi agenda utama karena merupakan dasar hukum untuk mempertemukan berbagai sektor kepentingan terkait pertambangan. Untuk memperkuat agenda setting tersebut diperlukan pemberitaan media massa. Perusahaan pertambangan mencari sejumlah tokoh masyarakat, akademisi atau politisi untuk dijadikan narasumber pemberitaan. Kehadiran media sosial atau media daring berbasis Internet sebagai media baru telah menempatkan siapa saja dapat mencari, memproduksi, memanipulasi, mengkomodifikasi dan mendistribusikan informasi yang mereka pilih. Aktivitas yang dinamis dan hyperactive netizen di media sosial tersebut merupakan faktor eksternal lainnya yang turut memberi pengaruh terhadap alur skema agenda setting media.

 

Link Jurnal

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong