Jurnal Kajian Strategi
STRATEGI MEDIA
TUGAS INDIVIDU
Oleh :
Azkar Latjompoh
(291418100)
Judul Jurnal : Kajian Strategi Dan Program Perbaikan Operasionalisasi Dari Milk District Model Nestle Di Jawa TimurJudul : Jurnal Kajian StrategiVolume : Buletin Peternakan Vol. 35(2): 124 – 136, juni 2011Tahun : 2011Penulis : Bambang Ali NugrohoReviewer : Azkar LatjompohTanggal Terbit Jurnal : Juni 2011 ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengembangan milk district model Nestle di Jawa Timur. Data sekunder tentang perkembangan persusuan di Jawa Timur digunakan untuk menganalisa faktor internal dan eksternal. Metode analisa SWOT digunakan untuk mengevaluasi kondisi perkembangan persusuan di Jawa Timur saat ini dan digunakan untuk membuat rekomendasi strategi untuk mengembangkan milk district model. Dalam pengertian sederhana, komponen dari milk district model Nestle meliputi: a) melakukan kesepakatan dengan peternak untuk melakukan pengumpulan susu segar dua kali setiap hari, b) membangun chilling centers dan collection points di desa, c) melakukan pengaturan transport susu segar dari collection centers ke industri pengolahan susu (IPS), dan d) mengimplementasikan program perbaikan kualitas susu segar. Pada realitanya membangun milk district model bukan merupakan core business atau core competence dari Nestle, akan tetapi mutlak dibutuhkan perintisan untuk membangunnya. Setelah dilakukan upaya perintisan maka pada perkembangan selanjutnya para peternak akan mampu mengorganisir diri mereka sendiri untuk memproduksi susu segar. Sekali pihak Nestle mengembangkan kapasitas para peternak lokal, maka keterampilan mereka akan dipergunakan seterusnya untuk mengembangkan usaha sapi perah.Nestle telah mencoba untuk mengintroduksikan berbagai jenis sistem insentif untuk menunjang upaya pengembangan kapasitas para peternak untuk menjamin agar mereka memiliki tanggung jawab pribadi (self responsibility) dalam proses budidaya sapi perah. Kegiatan proses budidaya sapi perah harus secara nyata memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan produktivitas, kualitas produk, serta aspek keamanan produk, yang kesemuanya akan memberikan manfaat bagi Nestle.
PENDAHULUAN
Usaha sapi perah di Jawa Timur telah ber-kembang sebagai usaha keluarga sejak masa penjajahan, dengan mendatangkan sapi perah FH dari Belanda. Kemudian pada tahun 1970, usaha sapi perah berkembang menjadi usaha swasta skala menengah, tetapi hanya terdapat secara terbatas pada wilayah-wilayah tertentu. Pada tahun 1978, pemerintah melakukan gerakan perkembangan usaha sapi perah, yang diawali dengan kebijakan penanaman modal asing (PMA) dalam bentuk industri pengolahan susu (IPS), sedangkan budidaya sapi perah tertutup bagi modal asing. Selanjutnya, pada tahun 1980, pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri yang mengatur bahwa kegiatan usaha sapi perah merupakan usaha rakyat dan dikembangkan melalui koperasi serta koperasi mewakili peternak dalam kerjasama pemasaran susu dengan IPS. Empat pelaku utama industri sapi perah dalam dua dekade terakhir ini adalah industri pengolahan susu, koperasi susu, peternak rakyat dan perusahaan sapi perah swasta yakni skala menengah dan skala besar. Masing-masing pelaku ini telah memberikan sumbangan yang berarti bagi produksi susu segar dan susu olahan bagi masyarakat, namun beban masyarakat masih lebih besar dibandingkan keuntungan yang diperoleh. Para ahli menilai bahwa peran pemerintah selama ini melalui ber-bagai regulasi menjadi sebab pertumbuhan produksi menjadi lambat, terjadi perkembangan bentuk pasar oligopoli dan teknologi yang statis serta melestari-kan budidaya yang tidak efisien. Produksi susu di wilayah Jawa Timur saat ini mencapai sekitar 600 ton per hari. Dari jumlah itu 410 ton dipasarkan ke PT Nestle, 40 ton ke PT Imdi di Pandaan, 21 ton ke Industri Pengolah Susu di Jakarta, 10 ton ke GKSI Jawa Tengah, 30 ton ke PT Greenfield, dan sisanya sekitar 9 ton per hari di-proses sendiri oleh koperasi melalui Pusat Koperasi Industri Susu (PKIS) Sekar Tanjung yang merupakan gabungan enam koperasi primer di Jawa Timur.
METODE PENELITIAN
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tentang perkembanganpersusuan dan hasil in-depth interview terhadap key-informants di Jawa Timur. Materi tersebut di-gunakan untuk melakukan analisis faktor internal dan eksternal. Metode analisa SWOT digunakan untuk mengevaluasi kondisi perkembangan per-susuan di Jawa Timur saat ini dan digunakan untuk membuat rekomendasi strategi untuk mengembang-kan milk district model.
PEMBAHASAN
Nestle meliputi: a) melakukan kesepakatan dengan peternak untuk melakukan pengumpulan susu segar dua kali setiap hari, b) membangun chilling centers dan collection points di desa, c) melakukan pengaturan transpor susu segar dari collection centers ke IPS, dan d) mengimplementasikan program perbaikan kualitas susu segar. Penentuan lokasi pengembangan usaha sapi perah dilakukan secara mendalam melalui pengamatan berbagai faktor, meliputi: a) Kondisi yang ada pada produksi susu segar dan produksi potensial dari calon lokasi, mendasarkan pada sumber daya pakan, lahan, dan interest peternak terhadap usaha sapi perah. Pertanyaan kuncinya adalah dapatkah potensi lokasi akan mampu memasok bahan baku berupa susu segar bagi IPS secara berkelanjutan?; b) Biaya produksi dan harga susu segar sesuai kondisi yang ada di lokasi; c) Pendapatan peternak sesuai kondisi yang ada di peternak baik dari kegiatan on-farm, off-farm maupun non farm. Pertanyaan kuncinya adalah apakah susu segar mampu memberikan penghasilan yang memadai bagi peternak?; d) Kondisi sebenarnya dari milk collection systems (jika ada), keberadaaan kompetitor, kondisi kualitas susu segar serta potensi untuk memenuhi persyaratan kualitas yang akan ditetapkan. Implementasi dari milk district model Nestle meliputi adanya jaminan food safety dan kualitas serta kuantitas, dan adanya jaminan com-petitiveness. Bahkan sistem food chain dimulai sebelum fase on-farm, berupa riset dan pe-ngembangan sistem budidaya sapi perah. Hal itu dilakukan karena di negara berkembang pada umumnya akan sangat beresiko untuk melakukan pengadaan bahan baku susu segar melalui pihak ketiga tanpa membangun sistem kontrol kualitas di lokasi sentra produksi.
KESIMPULANUntuk operasionalisasi milk district model perlu 1) dilakukan upaya untuk meningkatkan partisipasi aktif para peternak dalam product line industri pengolahan susu segar pada tahapan hulu (budidaya) melalui perubahan mindset pembentukan self responsibility para peternak terhadap pencapaian standar kualitas susu segar 2) dilakukan upaya untuk memanfaatkan semaksimal mungkin bahan baku lokal pakan penguat melalui perubahan mindset para peternak agar tingkat ketergantungan terhadap bahan baku pakan asal impor dapat di-minimumkan 3) dilakukan upaya untuk memanfaat-kan limbah kandang (feses dan urin) melalui produksi biogas dan pupuk cair agar potensi timbulnya pencemaran air baku di daerah hilir dapat diminimumkan, serta dapat mengurangi pengeluaran biaya bahan bakar rumah tangga peternak 4) di-lakukan upaya perbaikan kualitas sumber daya manusia pengelola koperasi agar lebih berkarakter strategis sehingga lebih fokus kepada benefit daripada profit 5) dilakukan berbagai upaya agar di masa mendatang terjadi perubahan peran koperasi dari profit centers menjadi service centers melalui penerapan system insentif berbasis kinerja 6) dilakukan perluasan peran IPS khususnya pada tahapan hulu agar pencapaian standar kualitas susu segar dapat diraih secara berkelanjutan
SUMBER : https://www.researchgate.net/publication/279510566_KAJIAN_STRATEGI_DAN_PROGRAM_PERBAIKAN_OPERASIONALISASI_DARI_MILK_DISTRICT_MODEL_NESTLE_DI_JAWA_TIMUR