ARSIP BULANAN : January 2025

            

Pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang disebabkan oleh masuknya polutan atau bahan berbahaya yang merusak kualitas alam. Polutan ini bisa berupa zat kimia, energi, atau mikroorganisme yang mengganggu keseimbangan ekosistem. Pencemaran lingkungan dapat terjadi dalam berbagai bentuk seperti polusi udara, air, tanah, suara, atau cahaya. Penyebab utama dari pencemaran ini adalah aktivitas manusia, seperti industri, transportasi, pertanian, dan pembuangan sampah yang tidak terkelola dengan baik.

 

Pencemaran lingkungan memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan dan kehidupan manusia. Dampak pencemaran ini mengakibatkan munculnya berbagai penyakit akibat paparan polutan seperti udara kotor, air tercemar, atau tanah yang terkontaminasi bahan kimia berbahaya. Polusi udara misalnya, dapat menyebabkan gangguan pernapasan, asma, dan bahkan penyakit jantung. Paling terdampak yaitu masyarakat yang tinggal di area dengan tingkat polisi tinggi, seperti kota-kota besar atau industri. Selain itu, bahkan anak-anak dan lansia juga lebih rentan terhadap efek buruk dari pencemaran ini. 

 

Pencemaran lingkungan tidak hanya berdampak pada kesehatan manusia, tetapi juga pada keberlanjutan kehidupan secara keseluruhan. Dampak pencemaran bisa langsung terasa dalam jangka pendek atau bertambah parah dalam jangka panjang, tergantung pada jenis dan tingkat polisi yang terjadi. Dalam jangka panjang. pencemaran dapat mempengaruhi produktivitas kerja, dan meningkatkan angka kematian akibat penyakit terkait polusi. 

 

Mengapa pencemaran lingkungan berdampak buruk bagi manusia? Karena polutan yang masuk ke dalam tubuh dapat merusak organ tubuh, mengganggu sistem imun, dan memperburuk kondisi kesehatan. Yang dapat mempengaruhi pencemaran pada manusia yaitu polutan seperti gas beracun, partikel debu, atau bahan kimia berbahaya mengendap di udara dan air, lalu terhirup atau dikonsumsi manusia, mengakibatkan gangguan kesehatan yang serius. Oleh karena itu, upaya mitigasi pencemaran seperti pengurangan emisi, pengelolaan limbah yang lebih baik, dan peningkatan kesadaran masyarakat sangat penting untuk menjaga kesehatan dan keberlanjutan hidup di bumi.Oleh karena itu, upaya pengendalian pencemaran dan perlindungan lingkungan sangat penting untuk memastikan keberlanjutan hidup manusia dan kesehatan yang optimal.

 

 

Media sosial telah menjadi bagian integral dan kehidupan sehari-hari, terutama bagi Generasi Z-Kelompok yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an.Generasi ini tumbuh di era digital, di mana interaksi sosial, informasi, dan sebagian hiburan besar dilakukan secara online. Fenomena ini berdampak luas pada berbagai aspek kehidupan, mulai dari identitas diri, hubungan sosial hingga kesehatan mental. Dalam makalah ini, kita akan membahas bagaimana media sosial mempengaruhi Generasi Z dari berbagai prespektif, termasuk identitas pribadi, budaya populer, pendidikan, dan tantangan yang dihadapi dalam menghadapi tekanan sosial di dunia maya. Sebelum membahas tentang generasi Z secara khusus, penulis akan membahas terlebih dahulu tentang teori generasi, yang selainnya konsep generasi Z muncul. Strauss dan Howe (1991) mempopulerkan teori generasi. Strauss dan Howe (1991) membagi generasi berdasarkan kesamaan rentang waktu kelahiran dan kesamaan kejadian-kejadian historis. Peneliti-peneliti lain juga melakukan pembagian generasi dengan label yang berbeda-beda, namun umum secara umum memiliki makna yang sama.

     Generasi Z disebut juga sebagai nativedigital yang asli dan pertama. Paling tidak ada lima generasi yang dikenal secara luas, Tradisionalis, Baby Boomer, Generasi X, Milenial atau Generasi Y, dan Generasi Z, serta tambahan Generasi Alpha. 

     Menurut Khan & Bansal (2018) dan Helaludin (2019, p. 35) menjabarkan bahwa generasi Z adalah generasi yang bertumbuh di zaman internet dan jaringan di seluruh dunia. Generasi ini Z hadir dengan fenomena 5,1 miliar pencari informasi di Google per hari, 4 miliar penonton youtube, lebih dari 1 miliar pengguna akun facebook di seluruh dunia, dan lebih dari 1 miliar pengguna aplikasi musik iTunes. Selanjutnya dalam survei Neilsen 2016, Hellen Katherina sebagai Executive Director, Head of Watch Business, Nielsen Indonesia, Katherina (2017) memberikan suatu keterangan bahwa anak-anak generasi Z ini memiliki kemampuan dan kesempatan yang baik dalam mengakses dan menggunakan internet di usia muda mereka. Saat ini, 62% remaja dan 49% anak-anak mengakses internet di rumah.Dengan kepemilikan ponsel cerdas yang tinggi, akses internet melalui ponsel cerdas pun dilakukan oleh empat dari lima remaja dan tujuh dari sepuluh anak. Selain mengakses internet dan mengirim pesan, Gen Z juga memanfaatkan teknologi ponsel cerdas untuk memotret, mendengarkan musik, dan bermain game. Jaringan internet yang tersedia dan smartphone yang dimiliki, membuat generasi Z semakin banyak menghabiskan waktu dengan ponsel atau gadget mereka. Generasi Z di Indonesia paling aktif menggunakan media sosial.

     Youtube, Facebook, Instagram, dan Twitter merupakan media sosial yang banyak digunakan oleh generasi Z. Berdasarkan survei Nielsen di 11 kota besar di Indonesia, 68% dari remaja usia 15-19 menilai bahwa generasi muda saat ini yang tumbuh besar di era media sosial, seperti Facebook, Twitter, Youtube, Snapchat, dan Instagram. Mereka tidak pernah mengetahui dunia tanpa internet dan tidak dapat membayangkan masa-masa sebelum kehadiran media sosial (Katherina, 2017). Mereka memiliki lebih dari satu akun media sosial (Ayun,2015). Lebih lanjut berhubungan dengan internet dan media sosial, Katherina (2017) mengatakan bahwa, mereka juga suka menjelajah internet, bermain game dan mendengarkan musik, serta menggunakan internet sebagai sumber pendidikan. Zufar dkk. (2020, p. 82) menegaskan bahwa media sosial dapat digunakan sebagai sumber belajar. Sedangkan menurut Tafonao dkk. (2020), Facebook, Twitter, Blogs, Youtube dan berbagai jenis fasilitas permainan sekolah menjadi sebuah tradisi baru di dunia anak-anak sekolah Generasi Z. Hubungan antara penggunaan media sosial dan karakteristik generasi Z. Kesukaan menggunakan berbagai media sosial yang disebabkan oleh karakteristik dari Generasi Itu sendiri. Suganda (2018, p. 4) mengatakan bahwa mereka merupakan generasi yang suka bersosialisasi dan mengekspresikan diri, suka bergerak atau mobile, berpikir global, berkomunikasi secara digital, dan menyukai hal-hal yang bersifat visual. Hal ini juga ditegaskan oleh Afliany dengan mengatakan bahwa Generasi Z adalah anak yang memiliki cara belajar yaitu menyukai format visual, bergantung pada teknologi, mudah memahami contoh yang lebih akurat, konkret, fakta dan bermanfaat. Afliany, Degeng, Ulfa (2016) mendorong pendidik melakukan inovasi dalam menyampaikan pembelajaran menggunakan video pembelajaran.

     Namun ada fakta menarik dari penggunaan internet dan media sosial secara khusus yaitu remaja menjadi kurang suka membaca. Hal tersebut juga dinyatakan oleh Prahara (2018) bahwa salah satu dampak dari penggunaan internet atau media sosial adalah remaja menjadi kurang gemar membaca. Mereka lebih suka menyerap informasi dalam bentuk visual, misalnya konten video pendek. Dampak negatif dari penggunaan media sosial di atas perlu mendapat perhatian, dimana guru berusaha mereduksinya. Penggunaan media sosial sebagai media pembelajaran akan menarik minat peserta didik. Hal tersebut karena media sosial adalah media yang Gen Z atau peserta didik sukai dan dekat dengan kehidupan mereka. Prahara (2018) yang menyarankan kepada para pendidik masa kini tak berhenti dengan hanya mengandalkan perangkat teknologi, para peserta didik juga sebaiknya terbiasa mengakses kanal Youtube maupun akun media sosial yang menginspirasi. Menurutnya, hal itu agar generasi Z mampu menyerap pelajaran dengan lebih cepat dan tepat sasaran. Kemudian masih dari sumber yang sama, dengan mengutip The Huffington Post menyatakan bahwa Gen Z memiliki sifat haus informasi. Mereka selalu ingin memperbarui pengetahuan atau informasi yang dimilikinya (Prahara, 2018).

Peran Media Sosial Dalam Pembentukan Identitas Generasi Z

   Salah satu pengaruh terbesar media sosial terhadap Generasi Z adalah pembentukan identitas. Dalam lingkungan yang serba terhubung ini, anak muda sering merasa terdorong untuk menampilkan versi terbaik dari diri mereka di dunia maya. Platform seperti instagram,tiktok, dan twitter menyediakan ruang bagi Generasi Z untuk mengekspresikan diri, namun sering kali dengan tekanan untuk menyesuaikan diri dengan standar kecantikan, keberhasilan,atau popularitas yang berlaku. Pengaruh FOMO (Fear of Missing Out) FOMO, atau ketakutan akan ketinggalan, merupakan perasaan cemas yang muncul akibat melihat orang lain seolah-olah menjalani hidup yang lebih menarik di media sosial. Ini membuat Generasi Z sering merasa harus terus memperbarui diri dan mengikuti tren agar tetap relevan. FOMO memicu konsumsi media sosial yang berlebihan dan berpotensi menimbulkan rasa ketidakpuasan terhadap diri sendiri. Pembentukan “Personal Brand” Generasi Z cenderung sadar akan pentingnya membangun “personal brand” di media sosial.Mereka tidak hanya menggunakan platform ini untuk bersosialisasi, tetapi juga untuk membentuk citra publik yang sesuai dengan kepribadian, minat, atau aspirasi profesional mereka. Hal ini terutama terlihat dalam fenomena “influencer” atau mikro-influencer, di mana Generasi Z berusaha memperoleh pengaruh di komunitas online mereka.

Dampak Media Sosial Terhadap Interaksi Sosial

   Media sosial telah mengubah cara Generasi Z berinteraksi satu sama lain. Di satu sisi, platform ini memungkinkan komunikasi yang lebih cepat dan efisien, bahkan antar benua. Di sisi lain, bentuk interaksi online ini sering kali kurang mendalam dalam bidang interaksi tatap muka. Pengaruh pada Hubungan Sosial Media sosial memungkinkan anak muda untuk memperluas jaringan pertemanan dan menemukan komunitas dengan minat yang sama. Namun, ada kekhawatiran bahwa media sosial dapat menurunkan kualitas hubungan interpersonal. Generasi Z mungkin merasa lebih nyaman berkomunikasi melalui layar daripada bertemu langsung, yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengembangkan keterampilan komunikasi tatap muka. Fenomena Cyberbullying Di sisi lain, media sosial juga membuka peluang terjadinya perilaku negatif, misalnya cyberbullying. Generasi Z, yang sangat aktif di platform ini, menjadi lebih rentan terhadap serangan verbal dan psikologis di dunia maya. Cyberbullying dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental, memicu kecemasan, depresi, hingga isolasi sosial.

Pengaruh Media Sosial pada Kesehatan Mental

   Generasi Z merupakan generasi yang paling terpapar pada media sosial, yang membuat mereka lebih rentan terhadap dampak psikologis dari penggunaan yang berlebihan. Sejumlah penelitian telah menemukan korelasi antara penggunaan media sosial dan peningkatan kasus kecemasan, depresi, dan perasaan kesepian di kalangan anak muda. Dampak Negatif dari Perbandingan Sosial Salah satu faktor yang memicu masalah kesehatan mental adalah perbandingan sosial. Media sosial sering kali menampilkan versi ideal dari kehidupan seseorang—baik itu dari segi fisik, kekayaan, atau pengalaman hidup. Hal ini dapat memicu perasaan rendah diri pada Generasi Z, yang sering membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan orang lain yang terlihat lebih baik di media sosial. Dampak Negatif dari Perbandingan Sosial Salah satu faktor yang memicu masalah kesehatan mental adalah perbandingan sosial. Media sosial sering kali menampilkan versi ideal dari kehidupan seseorang—baik itu dari segi fisik, kekayaan, atau pengalaman hidup. Hal ini dapat memicu perasaan rendah diri pada Generasi Z, yang sering membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan orang lain yang terlihat lebih baik di media sosial.

Media Sosial dan Budaya Populer: Pengaruh Terhadap Tren dan Gaya Hidup

   Generasi Z adalah pencipta dan konsumen utama budaya populer di media sosial. Platform seperti TikTok dan Instagram tidak hanya menyebarkan tren musik, fashion, dan tarian, tetapi juga mempengaruhi pandangan politik dan sosial mereka. Tren Cepat dan Konsumsi Konten Singkat TikTok, sebagai salah satu platform favorit Generasi Z, telah mendorong konsumsi konten singkat dalam bentuk video berdurasi beberapa detik hingga satu menit. Tren ini mempengaruhi pola konsumsi hiburan dan informasi, di mana konten harus mudah dicerna dan cepat relevan. Namun, kecepatan perubahan tren juga menciptakan tekanan bagi pengguna untuk terus mengikuti perkembangan agar tidak ketinggalan. Pengaruh pada Nilai-Nilai Sosial dan Politik Media sosial telah menjadi alat penting bagi Generasi Z untuk mengekspresikan pandangan politik dan sosial mereka. Kampanye seperti #BlackLivesMatter, #MeToo, dan gerakan perubahan iklim sebagian besar dipopulerkan melalui media sosial, dengan Generasi Z di garis depan sebagai penggeraknya. Platform ini memungkinkan mereka untuk terlibat secara aktif dalam isu-isu global dan menyuarakan pendapat mereka.

 

 

Media sosial secara signifikan mempengaruhi Generasi Z dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Penggunaan platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter membentuk identitas mereka, dengan tekanan untuk memenuhi standar ideal dan membangun "personal brand". Meskipun media sosial memungkinkan komunikasi yang luas dan terhubung, interaksi ini sering kali kurang mendalam dibandingkan tatap muka dan berisiko menurunkan kualitas hubungan interpersonal. Selain itu, penggunaan media sosial yang intensif dapat meningkatkan masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi, akibat komunikasi sosial yang terus-menerus. Media sosial juga memainkan peran penting dalam menyebarkan tren budaya populer dan memungkinkan Generasi Z untuk terlibat dalam isu sosial dan politik.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong