ARSIP BULANAN : January 2025

Jakarta, 2 Januari 2025 – Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta telah menjatuhkan vonis terhadap Harvey Moeis, seorang pengusaha, terkait kasus korupsi pengelolaan tata niaga komoditas timah. Harvey divonis hukuman penjara selama 6 tahun 6 bulan dan denda Rp 1 miliar. Jika denda tidak dibayarkan, maka akan digantikan dengan hukuman kurungan tambahan selama 6 bulan.

Kerugian Negara Mencapai Rp 300 Triliun

Kasus ini bermula dari dugaan penyalahgunaan wewenang dalam pengelolaan tata niaga timah yang melibatkan sejumlah pihak, termasuk Harvey Moeis. Tindakan ini menyebabkan kerugian negara yang sangat besar, yakni mencapai Rp 300 triliun.

 Dalam sidang, jaksa penuntut umum (JPU) menyebut bahwa Harvey turut berperan aktif dalam manipulasi harga dan distribusi timah, yang merugikan pendapatan negara. Selain hukuman penjara, Harvey juga diwajibkan membayar uang pengganti sebesar Rp 210 miliar, yang harus dilunasi dalam jangka waktu tertentu.

 Aset Disita Negara

Beberapa aset milik Harvey turut disita untuk menutupi kerugian negara, termasuk sejumlah barang mewah yang diduga hasil dari tindak pidana korupsi. Salah satu aset yang mencuri perhatian publik adalah hadiah ulang tahun untuk istrinya, Sandra Dewi, yang kini dirampas negara.

 Reaksi Publik dan Kontroversi Vonis

Vonis terhadap Harvey Moeis menuai reaksi beragam dari masyarakat. Sebagian pihak menilai hukuman tersebut terlalu ringan mengingat besarnya kerugian yang ditimbulkan. Lembaga antikorupsi dan pengamat hukum menilai perlu adanya reformasi dalam pemberian vonis terhadap pelaku korupsi agar menimbulkan efek jera.

 “Kerugian negara mencapai ratusan triliun rupiah, tetapi vonisnya hanya 6,5 tahun. Ini sangat tidak adil bagi masyarakat,” kata seorang pengamat hukum dalam wawancara dengan media.

 Upaya Hukum Selanjutnya Harvey Moeis dan kuasa hukumnya menyatakan akan mempertimbangkan upaya hukum lebih lanjut. Sementara itu, pihak kejaksaan masih mempelajari kemungkinan mengajukan banding untuk memperberat hukuman terdakwa.

 Kasus ini menjadi pengingat akan pentingnya pengawasan dalam tata kelola sumber daya alam di Indonesia. Pemerintah dan lembaga hukum diharapkan dapat mengambil langkah lebih tegas untuk memberantas tindak pidana korupsi yang merugikan negara dan masyarakat.

Foto Kelas C Atraksi Bersama Putra Komunikasi dan Runner Up Putri Komunikasi Pada Sabtu,14/12/2024. 

 

FIS.UNG-Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi,Fakultas Ilmu Sosial (FIS),Menggelar Ajang Bergengsi Putra-Putri Komunikasi 2024.Di Gedung Auditorium UNG yang Disenggalarkan pada Jum’at 13/12/2024 Sampai Sabtu 14/12/2024.Ajang Bergengsi ini menghadirkan para finalis yang tidak hanya memukau lewat Kecantikan, Tetapi juga kepandaian dan mampu memberikan dampak positif bagi Mahasiswa/Mahasiswi.Acara ini bertujuan untuk mencari sosok Generasi muda yang,terutama Mampu menjadi duta inspirasi di dunia Komunikasi,Media,dan Sosial.

Alya Suharti Terpilih Menjadi Runner up Putri Komunikasi 2024. Dalam Prokernya yang Berjudul “Listen To Yourself” Dia mengajak Seluruh Mahasiswa/I untuk mendengarkan Diri Sendiri. Ini mengajarkan Pentingnya Intropeksi dan mengingatkan pentingnya untuk Memahami diri dan menjaga keseimbangan emosional maupun mental. “Alasan saya mengikuti kompetisi ini untuk membangun kepercayaan diri melalui Tantangan dan pengalaman yang di berikan selama kompetisi,selain itu ingin menjadi Role Model terutama bagi Mahasiswa/Mahasiswi Komunikasi”.Terang Alya suharti

Runner up Putri Komunikasi 2024.Selain ajang final yang meriah, Para finalis Diminta untuk Menampilkan Minat dan Bakat Masing-Masing dengan Kreativitas yang luar biasa.Para finalis memanfaatkan Panggung ini untuk menyampaikan pesan yang Relevan dengan Isu Sosial,Budaya,ataupun Pendidikan.Wawancara Bersama Runner Up Komunikasi pada Senin,16,/12/2024 Alya Suharti Runner Up Putri Komunikasi Menampilkan Minat dan Bakat dengan Membaca puisi yang berjudul “Tuhan Peluk Aku Yang Lemah Ini”.

“Alasan saya membawakan Puisi ini dalam acara minat dan bakat,Yaitu ingin Menyampaikan pesan bahwa tidak apa-apa merasa lemah,sedih,terpuruk selama tetap Berusaha dan berserah diri kepada Tuhan” Kata Alya Suharti.Melalui puisi ini,Ia Ingin Menginspirasi Audiens Bahwa setiap orang memiliki momen sulit dalam hidup,tetapi dengan keyakinan Dan doa.kekuatan baru dapat di temukan.Meski hanya meraih posisi Runner Up Alya Suharti membuktikan bahwa menjadi Runner Up Bukanlah akhir,melainkan Langkah awal menuju perjalanan yang lebih besar.“Menjadi Runner Up bukan berarti saya gagal,melainkan saya telah melangkah lebih jauh dari banyak orang yang belum berani mencoba.ini awal dari perjalanan baru, di mana saya terus belajar,tumbuh,dan memberikan dampak positif.jangan pernah takut menjadi versi terbaik diri anda,apapun hasilnya”.Kata Alya Suharti Runner Up Putri Komunikasi 2024.

Setelah ajang ini,Alya Suharti Berencana Untuk terus mengembangkan diri di bidang Lainnya Terutama di bidang komunikasi.”Saya ingin terus memberikan kontribusi,terutama dalam bidang Komunikasi.ini baru permulaan bagi saya.”ungkapnya. Sebagai Runner Up, Alya Suharti kini siap untuk melangkah lebih jauh,menjadikan ajang Putra Putri Komunikasi sebagai batu loncatan dalam mewujudkan cita-citanya untuk menjadi pemimpin yang berpengaruh di dunia komunikasi

Isu Mental Health Pada Gen-Z

01 January 2025 18:23:00 Dibaca : 23

NAMA  : ADELIA KARTIKA SAINI (291424124) 

 TEMA   : KESEHATAN

JUDUL : ISU MENTAL HEALTH

PADA GEN-Z

 

 

Kesehatan mental adalah kondisi kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial seseorang yang memengaruhi cara berpikir, merasakan, dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.Kesehatan mental juga memengaruhi bagaimana seseorang menangani stres, berinteraksi dengan orang lain, serta membuat keputusan.Kesehatan mental yang baik berarti seseorang mampu berfungsi secara produktif, beradaptasi dengan perubahan, menghadapi tantangan hidup, serta memiliki hubungan yang sehat dengan orang lain. Sebaliknya, masalah kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan, depresi, atau stres berkepanjangan, dapat mengganggu keseimbangan hidup dan memerlukan perhatian serta perawatan khusus.

Menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik, dan ini melibatkan pola hidup sehat, manajemen stres, dukungan sosial yang baik, serta kadang-kadang bantuan profesional, seperti konseling atau terapi.Fenomena kesehatan mental pada Gen Z sangat beragam dan dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, perubahan sosial, dan kondisi global yang unik bagi generasi ini. Beberapa fenomena utama yang dapat dilihat terkait kesehatan mental di kalangan Gen Z adalah:Fenomena kesehatan mental pada Gen Z sangat beragam dan dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, perubahan sosial, dan kondisi global yang unik bagi generasi ini.

Beberapa fenomena utama yang dapat dilihat terkait kesehatan mental di kalangan Gen Z adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan Kesadaran akan Kesehatan Mental

Gen Z lebih terbuka dalam membicarakan isu-isu kesehatan mental dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka lebih sering mencari informasi dan bantuan untuk masalah seperti kecemasan, depresi, dan stres. Media sosial dan kampanye online telah mempromosikan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental, membantu normalisasi percakapan tentang  hal ini.

2.Loneliness (Kesepian) dan Isolasi Sosial

Meski Gen Z sangat terkoneksi secara digital, banyak dari mereka merasa kesepian.Media sosial sering kali menggantikan interaksi tatap muka, dan hal ini justru dapat memperparah perasaan isolasi. Penelitian menunjukkan bahwa meskipun mereka memiliki ribuan "teman" di media sosial, hubungan ini sering kali tidak memberikan dukungan emosional yang mendalam.

3. Tekanan dari Media Sosial

Media sosial menciptakan tekanan untuk selalu menampilkan citra sempurna dan bahagia.Fenomena seperti "fear of missing out" (FOMO), kecemasan akan popularitas, dan perbandingan sosial konstan menjadi pemicu utama masalah kesehatan mental. Akibatnya,banyak dari mereka yang merasa kurang puas dengan diri mereka sendiri atau hidup mereka.

4. Kecemasan tentang Masa depan

Gen Z menghadapi ketidakpastian ekonomi yang lebih besar dibandingkan generasi sebelumnya, dengan kekhawatiran tentang prospek pekerjaan, biaya pendidikan yang tinggi,dan meningkatnya biaya hidup. Ditambah lagi dengan masalah global seperti perubahan iklimdan ketidakstabilan politik, yang meningkatkan rasa cemas tentang masa depan.

5. Burnout dan Stres Akademik

Gen Z mengalami tekanan besar dari sisi akademik dan karier sejak usia muda. Tekanan untuk berprestasi di sekolah, mendapatkan pekerjaan yang baik, atau menjadi sukses di media sosial bisa menyebabkan kelelahan mental (burnout). Mereka sering kali merasa perlu bekerja lebih keras daripada generasi sebelumnya untuk mencapai kesuksesan yang sama.

6. Kesehatan Mental dan Identitas Diri

Isu identitas, baik itu gender, orientasi seksual, atau etnisitas, memainkan peran penting dalam kesehatan mental Gen Z. Banyak yang sedang bergumul untuk memahami identitas mereka di tengah masyarakat yang semakin terbuka terhadap keberagaman, namun masih terdapat stigma dan diskriminasi di beberapa tempat.

7. Krisis Kesehatan Mental Akibat Pandemi

Pandemi COVID-19 memperburuk situasi kesehatan mental Gen Z. Ketidakpastian,isolasi sosial, dan gangguan dalam pendidikan serta rencana masa depan telah menyebabkan lonjakan tingkat kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya di kalangan anak muda.

8. Peningkatan Pencarian Bantuan Melalui Teknologi

Gen Z cenderung memanfaatkan aplikasi kesehatan mental, terapi online, dan sumber daya digital lainnya untuk mencari bantuan. Ini mencerminkan kemampuan generasi ini untuk menggunakan teknologi sebagai sarana penanganan, tetapi juga menunjukkan kesenjangan antara kebutuhan akan bantuan mental dan akses ke layanan kesehatan mental yang memadai.Fenomena ini menyoroti pentingnya penyediaan dukungan kesehatan mental yang responsif dan relevan bagi Gen Z, baik dari sisi individu, komunitas, maupun kebijakan pemerintah.

Dampak masalah kesehatan mental pada Gen Z dapat sangat signifikan dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan mereka. Berikut adalah beberapa dampak utama yang sering terlihat:

1.Penurunan Prestasi Akademik dan Produktivitas

Masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi dapat mengurangi fokus,konsentrasi, dan motivasi untuk belajar. Gen Z yang mengalami gangguan kesehatan mental seringkali mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas akademik, yang berujung pada prestasi yang menurun atau bahkan putus sekolah.

2.Gangguan dalam Hubungan Sosial

Kesehatan mental yang buruk dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menjalin dan mempertahankan hubungan. Banyak Gen Z yang mengalami isolasi sosial, kesulitan berkomunikasi, atau menarik diri dari pertemanan dan keluarga karena perasaan cemas,depresi, atau kurangnya kepercayaan diri.

3. Meningkatnya Risiko Penyalahgunaan Zat

Beberapa anggota Gen Z mungkin menggunakan alkohol, obat-obatan, atau zat lainnya sebagai cara untuk mengatasi stres, kecemasan, atau depresi. Hal ini dapat memperburuk kondisi kesehatan mental mereka dan meningkatkan risiko kecanduan serta masalah kesehatan fisik.

4. Masalah Fisik

Masalah kesehatan mental sering kali mempengaruhi kesehatan fisik. Misalnya, stres kronis dapat menyebabkan gangguan tidur, sakit kepala, masalah pencernaan, atau kelelahan yang berlebihan. Depresi dapat menyebabkan kurangnya perawatan diri dan kebiasaan hidup tidak sehat, seperti pola makan buruk atau kurang berolahraga.

5. Meningkatnya Risiko Bunuh Diri

Kesehatan mental yang buruk, terutama yang tidak ditangani, dapat meningkatkan risiko tindakan bunuh diri atau pikiran untuk bunuh diri. Gen Z menunjukkan peningkatan dalam kasus bunuh diri, dengan banyak yang merasa putus asa atau tidak mampu menangani tekanan hidup.

6.Kesulitan dalam Transisi ke Dunia Kerja

Gen Z yang mengalami masalah kesehatan mental sering kali menghadapi kesulitan dalam transisi dari dunia pendidikan ke dunia kerja. Kecemasan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja, menjaga kinerja yang konsisten, atau menghadapi tekanan pekerjaan.

7.Kualitas Hidup yang Menurun

Secara keseluruhan, masalah kesehatan mental dapat menurunkan kualitas hidup Gen Z.Mereka mungkin merasa kurang puas dengan kehidupan, kehilangan minat dalam aktivitas yang biasanya disukai, atau merasa kehilangan arah dan tujuan dalam hidup.

8.Ketergantungan pada Teknologi

Masalah kesehatan mental sering kali diperburuk oleh ketergantungan pada teknologi dan media sosial. Gen Z mungkin lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial untuk mencari validasi atau pelarian dari masalah mereka, yang pada gilirannya memperburuk kondisi emosional mereka.

9. Gangguan dalam Pengembangan Diri dan Identitas

Pada usia yang kritis untuk pengembangan diri dan identitas, kesehatan mental yang buruk dapat menghambat proses ini. Gen Z mungkin kesulitan untuk menemukan jati diri,merasa bingung tentang tujuan hidup, atau terhambat dalam upaya membangun karakter dan kepercayaan diri.

10.Dampak Ekonomi

Masalah kesehatan mental yang tidak ditangani dapat memiliki dampak ekonomi jangka panjang. Misalnya, menunda atau menghentikan pendidikan, absen dari pekerjaan, atau tidak mampu bekerja secara efektif dapat mempengaruhi pendapatan dan stabilitas finansial mereka di masa depan.Dampak-dampak ini menunjukkan betapa pentingnya perhatian yang serius terhadap kesehatan mental Gen Z, baik melalui penyediaan dukungan emosional, akses ke layanan kesehatan mental yang memadai, serta peningkatan kesadaran dan edukasi tentang pentingnya kesehatan mental.

 

Untuk mengatasi masalah kesehatan mental, Gen Z dapat mengambil beberapa langkah yang proaktif dan efektif. Berikut adalah upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga dan memperbaiki kesehatan mental:

1. Mencari Bantuan Profesional

Konseling atau Terapi Menghubungi psikolog atau konselor dapat membantu mengidentifikasi masalah dan memberikan strategi coping (penanganan) yang tepat. Terapi kognitif-behavioral (CBT) atau bentuk terapi lainnya dapat membantu mengelola kecemasan,depresi, dan stres.Bantuan Online Dengan kemajuan teknologi, terapi online atau aplikasi kesehatan mental dapat menjadi alternatif yang lebih mudah diakses.

2. Mengurangi Penggunaan Media Sosial

Batasi Waktu di Media Sosial Mengatur batas waktu harian untuk menggunakan media sosial dapat mengurangi tekanan untuk terus berhubungan secara online dan mencegah perbandingan sosial yang tidak sehat.Pilih Konten Positif Gen Z dapat memilih untuk mengikuti akun yang memberikan dampak positif, seperti konten edukatif atau motivasional, dan menghindari akun yangmembuat perasaan cemas atau rendah diri.

3. Berolahraga Secara Rutin

Aktivitas Fisik Olahraga dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan mood.Olahraga aerobik, seperti berlari, berenang, atau bersepeda, dapat meningkatkan produksi endorfin, yang bertindak sebagai penenang alami tubuh.Latihan Relaksasi Praktik seperti yoga atau meditasi mindfulness juga dapat membantu menenangkan pikiran dan mengurangi kecemasan.

4. Mempertahankan Pola Hidup Sehat

Tidur yang Cukup Tidur yang baik dan cukup sangat penting untuk kesehatan mental. Gen Z dapat menciptakan rutinitas tidur yang konsisten untuk meningkatkan kualitas istirahat mereka.Pola Makan Seimbang Makan makanan bergizi dengan keseimbangan vitamin dan mineral juga mendukung kesehatan otak dan emosi.

5. Menjaga Keseimbangan Antara Tugas dan Waktu Istirahat

Manajemen Waktu Mengelola waktu dengan baik dapat membantu mengurangi stres akibat tekanan akademik atau pekerjaan. Gen Z bisa membuat jadwal dan menetapkan prioritas untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan, waktu luang, dan waktu untuk diri sendiri.Istirahat yang Teratur

Kesimpulan mengenai kesehatan mental  merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia yang memengaruhi kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial seseorang. Kesehatan mental yang baik memungkinkan individu untuk berfungsi secara optimal, mengatasi tekanan hidup, menjaga hubungan yang sehat, serta membuat keputusan yang tepat.Namun, berbagai faktor seperti tekanan sosial,teknologi, ekonomi, dan perubahan sosial dapat mempengaruhi kesehatan mental, terutama pada generasi seperti Gen Z, yang lebih rentan terhadap masalah seperti kecemasan, depresi, dan stres. Meskipun terbuka membicarakan isu ini, Gen Z menghadapi tantangan dari lingkungan digital, tekanan akademik, serta ketidakpastian masa depan.Untuk menjaga kesehatan mental, penting untuk mencari bantuan profesional, menjaga gaya hidup sehat, membangun hubungan sosial yang positif, mengelola stres dengan baik, serta mengurangi stigma terkait kesehatan mental. Upaya yang proaktif dapat membantu individu mengatasi masalah mental dan membangun kesejahteraan jangka panjang

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong