Cerpen Malaikat Karya Candra Dalila
CERPEN
MALAIKAT
KARYA: CANDRA TARSIUS
Matahari pagi serasa menjulurkan sinarnya dari ufuk timur. Sesekali ia mencoba untuk menggerakkan seluruh jiwa dan raganya, hendak menuju ke ufuk barat dan berharap digantikan oleh sang rembulan yang tengah berusaha menunggu dengan penuh kesabaran. Hari itu udara terasa sangat memekikkan hati menyentuh jiwa. Seakan-akan merambat keseluruh tubuh manusia.
Nampak dari ujung dusun terlihat sekumpulan Anjing yang biasanya melolong, namun kini bungkam bukan lantaran capek begadang hingga larut malam. Tapi bukan itu penyebabnya. Anjing-anjing itu melolong karena kegirangan menanti sesuatu yang ia ketahui.
Sementara dari alam lain terdengar suara canda tawa dari seorang bayi mungil. Bayi tersebut merupakan yang siapun tuk berhijrah kedunia dengan membawa sejuta harapan yang ia sendiri tidak mengetahuinya. Membawa sejuta kedamaian yang membuat hati semua orang akan terasa luluh.
Tiba-tiba terbesit dalam fikiran sang bayi sebuah keinginan besar. Keinginan yang tak mungkin bisa orang lain lakukan. Sang bayi tersebut hendak bertemu dengan Tuhan dan ingin mengajukan pertanyaan. Namun, ia terasa bimbang dan berat hati ingin bertemu dengan tuhannya. Tanpa berfikir panjang, ia pun bergegas melangkahkan kaki hendak bertemu Tuhannya. Seakan-akan rasa takut itu hilang bagai petir yang memuntahkan sinarnya.
***
“Wahai Tuhanku, Tuhan yang menciptakan segala yang ada di alam jagad raya ini. Hamba dating menghadap untuk menimba nasib dengan segala pertanyaan yang tak seorang pun mudah untuk menjawabnya”. Kata bayi tersebut seakan membuka pembicaraan ibarat sang moderator dalam sebuah diskusi yang hendak membuka jalannya diskusi.
“Wahai hambaku yang teramat mungil, gerangan apa yang hendak engkau tanyakan sampai mengganggu aktivitas Kudalam mengerjakan tugas untuk meninjau seluruh ciptaanKu di alam jagad raya ini”. Tuhan pun angkat bicara dengan perlahan tapi pasti.
Sang bayi mulai kebingungan darimana ia akan memulai pertanyaannya. Sesekali ia tertegun dan memandang wajah Tuhannya yang teramat sangat diagungkannya itu. Meskipun bibirnya terasa kaku Perlahan-lahan ia mulai angkat bicara.
“WahaiTuhanku, tadi pagi sempat hamba mendengar dari suara para malaikat bahwa mulai besok Engkau akan mengirimku kedunia. Apakah benar adanya dengan apa yang mereka ucapkan tersebut? Jika hal tersebut benar adanya, bagaimana cara hamba untuk hidup di alam sana? Sementara raga saya begitu kecil dan teramat sangat lemah.”
Tuhan pun menjawabnya dengan penuh keseriusan.“Ya, apa yang kau dengar memang betul”. tanggasNya dengan berusaha untuk melanjutkan arah pembicaraan sang bayi. “Aku telah memilih satu malaikat untukmu. Ia akanmenjaga dan mengasihimu.”
“Tapi disini, di dalam surge ini hamba terasa sangat berkecukupan. Bernyanyi, tertawa, bersenda gurau bersama para malaikat, bahkan sesekali hamba sering menggelitik Dikau dikala Engkau sedang mengawasi ciptaanMu seperti para guru yang mengawasi murid-muridnya yang hendak mengikuti ujian nasional. ” ungkap sang bayi yang tak rela jika ia akan ditransmigrasikan kedunia.
“Malaikat mu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kau akan merasakan sebuah kehangatan cinta yang teramat besar dan mulia dan menjadi lebih berbahagia dibandingkan ketika kau berada di surga ini.” Ungkap Tuhan kepada sang bayi yang sedari tadi menunggu jawabanNya.
“Lalu bagaimana hamba bisa mengerti saat orang-orang berbicara kepadaku sementara hamba sendiri tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan?” Ungkapnya mengebu-gebu.
“Malaikat mu akan berbicara kepadamu dengan bahasa yang teramat sangat indah yang belum pernah engkau dengar dan dengan penuh kesabaran dan perhatian dia akan mengajarkanmu bagaimana cara berbicara dengan menggunakan bahasa malaikatmu.” UngkapNya.
Tampak sesekali sang bayi mengambil nafas secara perlahan-lahan. Tak mau menunda kesempatan yang ada, Ia pun melanjutkan pertanyannya.
“Apa yang akan hamba lakukan saat hamba ingin berbicara denganMu?” kata sang bayi dengan penuh harap.
Sesekali Tuhan mengambil nafas sambil menengok wajah sang bayi. Kemudian Tuhan pun menjawab pertanyaan dari sang bayi.
“malaikatmu akan mengajarkanmu bagaimana cara berdoa.” UngkapNya singkat.
“Tapi hamba mendengar di bumi banyak di huni oleh orang-orang jahat, siapakah nanti yang akan melindungi hamba?” kata sang bayi harap-harap cemas.
“Malaikatmu akan melindungimu walaupun itu akan mengancam jiwanya.” Ungkap Tuhan yang berusaha untuk meyakinkan sang bayi.
“tapi hamba akan merasa sangat sedih karena tidak akan pernah melihat Mu lagi?” kata sang bayi kepada tuhannya.
“malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang Ku dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepadaKu, walaupun sesungguhnya Aku akan selalu berada disisimu” tanggasNya.
***
Saat surga begitu tenangnya sehingga suara dari bumi dapat terdengar dan sang bayi pun bertanya perlahan mengingat waktu untuk bertanya tinggal sedikit sebab ia akan segera dihijrahkan dari surge menuju ke bumi.
“Wahai Tuhanku, jika hamba harus pergi sekarang, bisakah Engkau memberitahukan kepada hamba nama malaikat yang telah engkau janjikan.” Ungkapnya dengan penuh keseriusan.
Dengan perlahan tapi pasti Tuhan pun menjawab pertanyaan dari sang bayi sambil membisikkan ketelinga sang bayi
“kau akan memanggil malaikatmu itu dengan sebutan…IBU”.
Lagu Abunawas Vocal: Candra Dalila
ABUNAWAS
VOCAL: CANDRA DALILA
AKU PUNYA CERITA
KISAH GEMBALA YANG JENAKA
DARI NEGERI SEBERANG SANA
NEGERI SERIBU SATU MALAM
DIALAH SI ABUNAWAS NAMANYA
PADA SUATU HARI
GEMBALAANNYA HILANG LAGI
SAMBIL DUDUK MENUNGGANG SAPI
DIA MENGHITUNGNYA KEMBALI
DASAR SAPI PERGI TANPA PERMISI
MANA YANG SATU LAGI
DIHITUNG ULANG KALI
CARI SANA KEMARI
SAMBIL MENUNGGANG SAPI
DASAR SI ABUNAWAS
PIKUN SETENGAH MATI
BOLAK-BALIK MENCARI
SAPINYA NYENGIR SENDIRI
ABUNAWAS BINGUNG-BINGUNG
ABUNAWAS LINGLUNG-LINGLUNG
SAPI YANG DICARI
DITUNGGANGI SENDIRI
Download lagunya, klik dibawah ini:
http://www.4shared.com/mp3/xLxz53jV/chandra_dalila_abunawas.html
Kumpulan Puisi Candra Dalila
DIAM
Karya: Candra Tarsius
..
MANADO-GORONTALO
Buat kekasihku "The Chamel"
Karya: Candra Tarsius
Dulu kau ya
Tidak sekarang kau
Tapi kini tinggalkanku.
Bukan sementara, tapi sengsara
Bukan selamanya, tapi merindunya
Kuharap kau kembali
Kembali untuk tak kembali
TAKDIR
Karya: Candra Tarsius
Awal-Akhir
Sehat-Sakit
Senang-Susah
Hidup-Mati
SETETES AIR
Karya: Candra Tarsius
Satu tetes satu anak
Satu anak satu tetes
Dua tetes dua anak
Dua anak dua tetes
Tiga tetes tiga anak
Tiga anak tiga tetes
Banyak tetes banyak anak
Banyak anak banyak tetes
Terima kasih untuk setetes air
Yang keluar dari batang-batang kesabaran
Namun, ketika kau keluar
Penyesalanku yang mengaum
TAHUKAH KAMU?
Karya: Candra Tarsius
Tahukah kamu bagaimana menyakitkan
Dicintai, ketika kita kita beriman
Oleh orang yang tidak kita
cintai?
Tahukah kamu bagaimana menyakitkan
Dicintai, ketika kita tidak beriman
Oleh orang yang kita
Cintai?
KUTAK MAU
Karya: Candra Tarsius
Kutak mau
Kutak mau
Kutak mau
Kutak mau
Kutak mau
Plat Merah
Karya: Candra Tarsius
Waspadalah
Waspadalah
Waspadalah
Sudah terbakar dia
Swadayalah
Swadayalah
Swadayalah
Tidak bersalah dia
Renungkanlah
Renungkanlah
Renungkanlah
Yang dibicarakan hanya diam
Adalah Aku
Karya: Candra Tarsius
Aku adalah dia
Dia adalah kamu
Kamu adalah mereka
Mereka adalah binatang
Binatang adalah aku
01 Maret 2012
Basah
Karya: Candra Tarsius
Malam dalam gelap
Telah larut didalamnya
Tiba-tiba
...
03 Maret 2012
Tak Tahu
Karya: Candra Tarsius
Aku tahu, kau tak tahu
Kau tahu, aku tak tahu
Padahal
Aku dan kamu, tak tahu
04 Maret 2012
Angan
Karya: Candra Tarsius
Andai aku, pasti bisa
Andai bisa, pasti boleh
Andai boleh, pasti dapat
Andai dapat, pasti capai
Andai capai, pasti aku
05 maret 2012
Cerita Hati
Buat Alamri
Karya: Candra Tarsius
Waktu keramat hampir tiba
Dan dia pun masih diam
Dan aku pun masih menunggu
Jawaban yang belum kutanya
Waktu keramat hampir tiba
Dan dia pun masih saja diam
Dan aku pun lelah menunggu
Jawaban yang telah kutanya
DIAM 2
Karya: Candra Tarsius
Dan dia pun hanya diam
Sajak Tanpa Judul
Karya: Candra Tarsius
Sajak tanpa judul
Tanpa kata
Tanpa kalimat
Tanpa...
Sajak tanpa judul
Tanpa baris
Tanpa bait
Tanpa...
Sajak tanpa judul
Tanpa penghayatan
Tanpa pengartian
Tanpa...
Aku Tak Marah
Karya: Candra Tarsius
Aku tak marah kita
Putus, aku hanya sedih
Karena aku
Tidak bisa melepaskanmu
Aku tak marah padamu karena
Tidak mencintaiku, aku hanya marah
Pada diriku
Yang masih mencintaimu
Aku tidak marah karena
Kehilanganmu, aku hanya sedih,
Karena aku
Pernah memilikimu
Noda
Karya: Tarsius
Noda dan kusutnya baju
bukan masalah
tapi,
Noda dan kusutnya kamu
Itu masalah
Kambuh
Karya: Candra tarsius
Semangatku kambuh lagi
Padahal baru-baru, mulanya mengawali
Hmmm
Dengunganku mulai retak
Padahal tak sampai begitu
Semoga saja masih ada
Sisa angan-angan
Irama Hati
Karya: Candra Tarsius
Dag-dig-dug
Dag-dig-dug
dag-dig-dug
Dag-dig-dug
Dag-dig-dug
Eya
Karya: Candra Tarsius
satu pintaku padaMu
tolong lembutkan hati dia
untuk maafkanku
sewajarnya
Jika
Karya: Candra Tarsius
orang tua berkata:
jika ada yang bertanya,
maka tenang dan jawab.
jika ada yang bicara,
maka diam dan dengar.
jika tidak, maka tidak.
jika iya, maka iya.