TEKNIK MENYUSUN SKRIPSI YANG BEBAS PLAGIAT
*Salam:
Bimtek Penulisan Karya Ilmiah; 10 Oktober 2012 Page 1
TEKNIK MENYUSUN SKRIPSI YANG BEBAS PLAGIAT
*Salam, M.Pd
A. Pendahuluan
Ketika seorang mahasiswa sudah masuk pada semester VII, terasa ada beban yang mulai menyelimuti pikirannya. Pikiran itu mengarah pada tugas akhir yang harus dibuat untuk mengakhiri studinya, yakni skripsi. Hal itupun terjadi pada Anda yang berada di dalam ruangan ini. Mulai dari penentuan judul, penulisan proposal, presentasi ketika seminar, objek mana yang harus diteliti, cara pengambilan data, cara analisis data, melakukan pembahasan, dan terakhir harus mempertahankan di depan sidang penguji.
Bila Anda telah berhasil mendapatkan judul yang akan dikaji dan diajukan pada kegiatan seminar, muncul pula masalah baru yaitu bagaimana cara menulis/ menyusun proposal? Mulai dari kalimat apa untuk mengawali tulisan? Bukan hanya itu, mahasiswa selalu dihantui dengan isu plagiat. Apalagi dengan isu SKS atau SBKS (Skripsi Bukan Karya Sendiri). Inilah berbagai tantangan yang harus Anda jawab dengan menunjukkan kemampuan dan kompetensi Anda di bidang keterampilan menulis.
Memperhatikan hal-hal di atas, pimpinan jurusan memiliki tanggung jawab yang tinggi untuk membantu Anda mengatasi masalah yang sementara dan atau yang Anda akan hadapi. Bentuk tanggung jawab itu adalah menyelenggarakan kegiatan bimbingan teknik penyusunan karya ilmiah. Melalui kegiatan ini, dibuat tulisan dengan judul Teknik Menyusun Skripsi yang Bebas Plagiat. Dengan hadirnya tulisan ini, dapat menjadi bahan pencerahan pikiran dan kreativitas Anda ketika menyusun skripsi.
B. Kita Semua adalah Penulis
Subjudul ini ada yang setuju dan ada pula yang tidak setuju. Yang setuju adalah mereka yang yakin dengan kemampuannya untuk menulis. Sementara yang tidak setuju berlaku bagi mereka yang tidak yakin dengan kemampuannya untuk menulis.
Apabila ditelaah, maka pasti Anda sepakat apabila saya mengatakan bahwa kita semua adalah penulis. Pernyataan ini didasarkan pada kenyataan bahwa rata-rata mahasiswa telah memiliki alat komunikasi berupa hand phone. Dengan alat komunikasi tersebut, terjalin komunikasi melalui pesan tertulis (sms). Mahasiswa sejak pagi, siang, dan malam melakukan aktivitas menulis pesan
*Salam: Teknik Menyusun Skripsi yang Bebas Plagiat
Bimtek Penulisan Karya Ilmiah; 10 Oktober 2012 Page 2
(sms), baik menulis konsep sendiri maupun membalas sms orang lain. Dengan demikian, mahasiswa, Anda adalah penulis. Kembangkanlah kemampuan menulis Anda, sebagaimana Anda menulis pesan (sms) kepada orang lain.
Seseorang menulis gagasan, pikiran, dan pengalaman untuk diketahui oleh orang lain. Menurut Jakob Sumarjo yang dikutip Komaidi (2007: 6) “menulis merupakan suatu proses melahirkan tulisan yang berisi gagasan”. Kaitannya dengan tugas akhir mahasiswa dalam bentuk skripsi merupakan tulisan yang berisi gagasan mahasiswa.
Menghasilkan suatu tulisan tidak terlepas dari fungsi tangan, otak, dan telinga. Tangan berarti tulis angan dan gagasan. Angan dan gagasan diproses melalui otak, yakni olah kata-kata dan kalimat. Dengan otak, maka kita dapat mengolah dan menata setiap angan dan gagasan yang dihasilkan oleh tangan dalam bentuk kata-kata dan kalimat. Kata dan kalimat akan dipahami lewat telinga, teliti lalu ingat gagasannya. Dengan demikian jika Anda memfungsikan tangan, otak, dan telinga secara maksimal akan diperoleh banyak tulisan.
Apabila kita terbiasa menulis, banyak manfaat yang dapat diperoleh seperti yang dikemukakan oleh Pennebacker dalam Komaidi (2007: 14-15) berikut.
1) Menulis menjernihkan pikiran.
2) Menulis mengatasi trauma.
3) Menulis membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru.
4) Menulis membantu memecahkan masalah.
5) Menulis bebas membantu kita ketika terpaksa harus menulis. Dengan menulis-bebas yang biasa dilakukan, seseorang akan terlatih dalam kondisi apapun sehingga dapat menulis secara sistematis dan runtut.
C. Menulis Skripsi vs Plagiat
Pada subjudul ini diketengahkan dua hal yakni menulis skripsi dan plagiat. Bagian awal diuraikan konsep skripsi termasuk persyaratan ilmiah yang harus diperhatikan. Kemudian terkait plagiat dikemukakan pengertian, ruang lingkup, pentingnya mengutip, dan kiat menghindari plagiat. Dengan adanya uraian ini, maka Anda diharapkan dapat menyusun skripsi secara jujur. Jujur dalam arti (1) skripsi harus dibuat sendiri, dan (2) setiap data dan kutipan harus dicantumkan sumbernya.
Skripsi merupakan bagian dari karya ilmiah yang disusun oleh mahasiswa S1 ketika akan mengakhiri studinya. Sebagai karya ilmiah,
*Salam: Teknik Menyusun Skripsi yang Bebas Plagiat
Bimtek Penulisan Karya Ilmiah; 10 Oktober 2012 Page 3
skripsi merupakan suatu tulisan yang membahas suatu permasalahan yang berdasarkan penyelidikan, pengamatan, dan pengumpulan data yang diperoleh melalui suatu penelitian (UNG, 2010: 3).
Terdapat empat persyaratan karya ilmiah yang dikenal dengan akronim APIK (Asli, Perlu, Ilmiah, dan Konsisten). Asli (original) berarti karya yang dihasilkan merupakan karya sendiri sesuai dengan bidang ilmu. Perlu/bermanfaat (useful) berarti karya yang dihasilkan harus dirasakan manfaatna secara langsung oleh penulis dalam meningkatkan kualitas kinerja. Ilmiah (scientific) berarti karya yang dihasilkan harus disusun secara ilmiah, sistematis, runtut dan memenuhi persyaratan penulisan karya ilmiah. Konsisten (concistency) berarti karya ilmiah yang dihasilkan memperlihatkan konsistensi pemikiran yang utuh, baik secara keseluruhan maupun hubungan antar bab dan bagian karya tulis yang disajikan (UNG, 2010: 5).
Di dalam kegiatan penelitian dan penulisan skripsi mahasiswa dituntut untuk mengerahkan kemahiran berpikir, bersikap, dan bertindak dalam usaha menggali dan mengembangkan pengetahuan ilmiah yang baru, untuk disumbangkan dalam bidang keahliannya (Bisri, 1998: 13). Dari pandangan tersebut, maka kreativitas seorang mahasiswa sangat dituntut, baik dalam hal pengambilan data maupun ketika melakukan penguraian/pembahasan tulisan. Berpikir, bersikap, dan bertindak yang diharapkan adalah yang ilmiah dan jujur. Kejujuran ilmiah merupakan ciri utama bahwa karya yang dihasilkan bukan plagiat.
Di dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008: 1193) plagiat bermakna pengambilan karangan (pendapat dsb) orang lain dan disiarkan sebagai karangan (pendapat dsb) sendiri; penjiplakan. Pendapat yang senada dikemukakan oleh Putra (2011: 11) plagiat adalah tindakan mencuri (gagasan/karya intelektual) orang lain dan mengklaim atau mengumumkannya sebagai miliknya. Istilah plagiat harus kita hati-hati sebab memiliki sinonim atau nama lainnya. Putra (2011: 11-12) mengemukakan bahwa plagiat memiliki sinonim atau nama lainnya, yakni: meminjam, pencurian, pelanggaran, pembajakan, pemalsuan, pengambilan untuk diri sendiri atau autoplagiat, mencuri.
Apakah tulisan yang telah kita buat termasuk plagiat atau tidak, perlu diteliti. Untuk meneliti hal tersebut dapat dilakukan melalui pengecekan ruang lingkup plagiat. Jika terdapat salah satu di antara ruang lingkup berikut, berarti tulisan yang kita buat merupakan
*Salam: Teknik Menyusun Skripsi yang Bebas Plagiat
Bimtek Penulisan Karya Ilmiah; 10 Oktober 2012 Page 4
plagiat. Adapun ruang lingkup plagiat (Putra, 2011: 12) adalah sebagai berikut.
1) Mengambil mentah-mentah karya orang lain dan menyebutnya sebagai karya sendiri.
2) Menulis kembali karya orang lain dan menerbitkannya.
3) Mempekerjakan atau memakai jasa orang lain untuk menulis suatu karya lalu mempublikasikannya dengan nama sendiri.
4) Menggunakan gagasan orang lain dan mempublikasikannya dengan nama sendiri.
5) Menggunakan kata-kata yang diucapkan orang lain apa adanya dan mempublikasikannya dengan nama sendiri.
6) Melakukan parafrase dan atau meringkas gagasan orang serta kata-kata mempublikasikannya dengan nama sendiri.
7) Menggunakan karya tulis yang didapat dari orang lain kemudian mempublikasikannya dengan nama sendiri.
8) Menggunakan karya tulis yang dibeli dan atau diunduh dari internet dan kemudian mempublikasikannya dengan nama sendiri.
9) Mengopi informasi atau data dari sumber elektronik (web, laman web, sumber elektronik lainnya) dan menggunakannya sebagai milik sendiri.
Pada dasarnya kutip-mengutip di dalam penulisan karya ilmiah khususnya skripsi tidak dilarang. Sebab dengan mengutip seseorang telah menunjukkan kejujuran ilmiah di dalam menyajikan gagasan dan pemikirannya. Paling tidak terdapat delapan pertimbangan (alasan) mengutip sumber (Putra, 2011: 26) sebagai berikut. (1) Untuk mendukung pernyataan. (2) Untuk menambah kredibilitas sebuah tulisan. (3) Sebagai acuan karya (skripsi) yang tengah Anda kerjakan sekarang. (4) Memberikan contoh dari beberapa titik pandang tentang suatu topik tertentu. (5) Menyatakan posisi Anda, apakah Anda setuju atau tidak setuju dengan gagasan/wacana tersebut. (6) Memberikan perhatian pada frasa tertentu, kalimat, atau bagian dengan mengutip aslinya. (7) Jujur pada pembaca bahwa kata-kata yang Anda tulis bukan asli dari Anda sendiri. (8) Memperluas atau memperdalam gagasan Anda.
Memperhatikan alasan pengutipan di atas, maka setiap karya ilmiah tidak dapat dipisahkan dari kegiatan kutip-mengutip. Yang terpenting adalah adanya sikap jujur untuk menyebutkan sumbernya. Apabila seorang penulis menggunakan falsafah “baju”, maka akan diperoleh satu karya berbobot dan orisinil. Baju anak umur lima tahun tidak dapat dipakai oleh orang yang berumur 50 tahun. Begitu pula sebaliknya, baju orang yang berumur 50 tahun tidak dapat
*Salam: Teknik Menyusun Skripsi yang Bebas Plagiat
Bimtek Penulisan Karya Ilmiah; 10 Oktober 2012 Page 5
dipakai oleh anak yang berumur lima tahun. Demikan juga dalam hal warna tidak akan pernah berubah-ubah ketika Anda gunakan. Baju dalam konteks tulisan ini diartikan bahasa jujur. Kejujuran sang penulis sangat dituntut sehingga terhindar dari julukan sebagai plagiator. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008: 1193) plagiator berarti orang yang mengambil karangan (pendapat dsb) orang lain dan disiarkan sebagai karangan (pendapat dsb) sendiri; penjiplak.
Sampai dengan uraian ini, tentu Anda masih bertanya-tanya, bagaimana caranya menulis skripsi yang bebas plagiat? Untuk menjawab hal tersebut, maka Putra (2011: 27) mengetengahkan upaya menghindari plagiat seseorang haruslah dengan jujur mencantumkan: 1) ide dan gagasan orang lain; 2) teori orang lain; 3) temuan orang lain; 4) hasil riset orang lain; 5) ucapan langsung orang lain; 6) parafrasa informasi; 7) fakta dan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber; atau 8) statistik yang dikeluarkan lembaga atau badan tertentu. Apabila Anda sudah jujur mengungkapkan hal-hal tersebut jika terdapat di dalam tubuh tulisan, maka berarti tulisan Anda merupakan karya pribadi, bukan karya orang lain. Harus diingat dan direnungkan bahwa setiap skripsi mahasiswa terdapat pernyataan akan keaslian skripsi. Pernyataan itu tentu bukan hanya pelengkap, namun memiliki dampak yang luar biasa, yakni gelar kesarjanaan akan dicabut ketika skripsi yang bersangkutan diketahui merupakan hasil plagiat atau karya orang lain.
D. Penutup
Demikianlah materi ini disampaikan kepada Anda, semoga menjadi bahan renungan sehingga kreativitas menulis Anda menjadi lebih baik. Sebagai penulis pemula mulailah tulisan Anda dengan apa yang Anda rasakan bukan pada apa yang Anda pikirkan. Anda semua adalah penulis. Buktikan kemampuan itu melalui penyusunan skripsi sebagai tugas akhir Anda.
*Salam: Teknik Menyusun Skripsi yang Bebas Plagiat
Bimtek Penulisan Karya Ilmiah; 10 Oktober 2012 Page 6
E. Daftar Referensi
Alwasilah, Chaedar dan Senny Suzanna Alwasilah
2007 Pokoknya Menulis. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama
Bisri, Cik Hasan
1998 Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi: Bidang Ilmu Agama Islam. Jakarta: Logos
Komaidi, Didi
2007 Aku Bisa Menulis: Panduan Praktis Menulis Kreatif Lengkap. Bandung: Sabda Media
Putra, Masri Sareb
2011 Kiat Menghindari Plagiat. Jakarta: PT. Indeks
Universitas Negeri Gorontalo
2010 Buku Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Gorontalo: UNG
Wahab, Abdul dan Lies Amin Lestari
1999 Menulis Karya Ilmiah. Surabaya: Airlangga University Press
SASTRA DAERAH DAN FOLKLOR
SASTRA DAERAH DAN FOLKLOR
(Dhany & Rizka)
A. Sastra Daerah
Sastra daerah, begitu kata itu dipadukan tampak jelas sebuah susunan kata yang antik dan bernilai seni. Ketika mendengar sastra derah, setiap orang akan berfikir bahwa sastra daerah merupakan jenis sastra yang ditulis dalam bahasa daerah. Hal itu tidaklah salah. Ini sejalan dengan pendapat Zaidan, dkk yang mengatakan bahwa sastra daerah adalah gendre sastra yang ditulis dalam bahasa daerah bertema universal (dalam Didipu, 2010: 1).
Sastra daerah memiliki kedudukan yang sangat penting ditengah masyarakat. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan sastra daerah dapat menjadi wahana pembelajaran kita untuk memahami masyarakat dan budayanya. Disini sangat jelas terlihat bahwa sastra tidak akan perna bisa dilepaskan dari konteks kebudayaan. Menurut Tuloli (dalam Didipu, 2010: 7) sastra derah mempunyai kedudukan sebagai berikut.
1. Sastra daerah adalah ciptaan masyarakat masa lampau atau mendahului penciptaan sastra Indonesia modern.
2. Sastra daerah dapat dimasukkan dalam salah satu aspek budaya Indonesia yang perlu digali untuk memperkaya budaya nasional.
3. Sastra daerah melekat pada jiwa , rohani, kepercayaan dan adat istiadat masyarakat suatu bangsa dan yang mereka pakai untuk menyampaikan nillai-nilai luhur bagi generasi muda.
4. Sastra daerah mempunyai kedudukan yang strategis dan kerangka pembangunan sumber daya manusia, yaitu untuk memperkuat kepribadiaan keindonesiaan yang bhineka tunggal ika.
Sastra daerah lebih umum dikenal dengan sastra lisan. Hal ini dikarenakan sastra daerah merupakan jenis sastra yang kebanyakan disebarkan dari mulut ke mulut. Sejalan dengan apa yang dikatak Endraswara bahwa sastra lisan adalah karya yang disebarka dari mulut kemulut secara turun temurun (2008: 151). Dalam daerah Bolaang Mongondow dikenal dengan istilah monutuy (bertutur). Disamping kedudukan yang telah dijelaskan sebelumnya, sastra daerah juga memiliki beberapa fungsi. Adapun Hutomo (dalam Didipu, 2010: 8) mendeskripsikan fungsi sastra lisan (sastra daerah) sebagai berikut,
1. Berfungsi sebagai sisitem proyeksi.
2. Berfungsi untuk pengesahan budaya.
3. Berfungsi sebagai alat berlakunya norma-norma sosial dan sebagai alat pengendali sosial.
4. Berfungsi sebagai alat pendidik anak.
5. Berfungsi sebagai alat untuk memberikan suatu jalan yang dibenarkan oleh masyarakat.
6. Berfungsi sebagai jalan yang diberikan masyarakat agar ia dapat mencela orang lain.
7. Berfungsi sebagai alat untuk memprotes ketidakadilan dalam masyarakat.
Agar mudah diidentifikasi, sastra daerah memiliki beberapa cirri-ciri sebagai berikut (lihat Vansina dalam Didipu, 2010: 9).
1. Milik bersama seluruh masyarakat.
2. Diturunkan melalui generasi melalui penuturan.
3. Berfungsi dalam kehidupan, dan kepercayaan masyarakat.
4. Bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk tingkah laku dan hasil kerja.
5. Diciptakan dalam variasi banyak sepanjang masa.
6. Bersifat anonim.
7. Mengandalkan formula, kiasan, simbol, gaya bahasa dan berbagai gejala kebahasaan lain dalam penampilan atau penceritaannya atau komposisinya.
Berdasrkan bentuknya, sastra daerah dibagi atas dua yatu sastra daerah tertulis dan sastra daerah lisan. Sastra daerah tulisan hadir dalam bentuk naskah-nskah tua dan sering dikaji secara filologi. Sementara sastra daerah lisan atau sering dikenal dengan sastra lisan seperti yang diungkapkan diatas, merupakan karya yang penyebarannya melalui mulut kemulut secara turun temurun (Endraswara, 2008: 151). Sastra lisan dikelompokkan dalam beberapa jenis. Hutomo (dalam Didipu, 2010: 15) mengelompokkan gendre sastra lisan sebagai berikut.
1. Bahan yang bercorak cerita.
a. Cerita-ceruta biasa (Tales)
b. Mitos
c. Legenda
d. Epik
e. Cerita tutur
f. Memori
2. Bahan yang bercorak bukan cerita.
a. Ungkapan
b. Nyanyian
c. Pribahasa
d. Teka-teki
e. Puisi lisan
f. Nyanyian sedih pemakaman
g. Undang-undang atau peraturan adat
3. Bahan yang bercorak tingkah laku (drama).
a. Drama panggung
b. Drama arena
B. Folklor
Terdapat sebuah simpul yang sangat erat antara sastra daerah terutama sastra lisan dengan folklor. Hal ini dikarenakan sastra daerah merupakan bagian dari folklor. Menurut Danandjaja (dalam Didipu, 2010: 30) folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, tang tersebar dan diwariskan turun-temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contohyang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.
Sebagaimana sastra daerah, folklor juga tak pernah lepas dari kebudayaaanan dan sebagai bagian ari kebudaayan folkor memiliki cirri-ciri khusus seperti apa yang diungkapkan Danandjaja (dalam Didipu, 2010: 31-32) sebagai berikut.
1. Penyearannya biasanya dilakukan secara lisan
2. Folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan alam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan dalam kolektif tertentu dalam waktu yang relatif lama.
3. Foklor ada dalam versi-versi bukan varian-varian yang berbeda.
4. Folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak dapat diketahui lagi.
5. Folklor biasanya mempunyai bentuk berumus dan berpola.
6. Folklor berguna untuk kehidupan bersama suatu kolektif.
7. Folklor bersifat pralogis
8. Foklor menjadi milik bersama dalam kolektif tertentu
9. Folklor bersifat polos dan lugu.
Beradasarkan bentuknya, folklor dibedakan menjadi tiga yatu folklor folklor lisan, folklor sebagian lisan dan folklor bukan lisan. Contoh folklor lisan adalah (1) bahasa rakyat, (2) ungkapan tradisional, (3) sajak dan puisi rakyat, (5) cerita prosa rakyat, (6) nyanyian rakyat (Danandjaja dalam Didipu, 2010: 33). Adapun folklor sebagian lisan, masih menurut Danandjaja (dalam Didipu, 2010: 36) adalah penggabungan antara unsur lisan dan unsur bukan lisan. Contoh folklor sebagian lisan adalah (1) kepercayaan rakyat, (2) permainan rakyat. Sementara folklor bukan lisan lebih kongkret karena penampilannya yang tampak oleh pandangan mata, dapat diraba, bahkan dirasakan (Danandjaja dalam Didipu, 2010: 36). Bentuk dari folklor bukan lisan adalah makanan rakyat, pakaian adat, tarian-tarian rakyat, dan benda-benda budaya daerah (senjata atau alat musik) (Danandjaja dalam Didipu, 2010: 36).
DAFTRA PUSTAKA
Didipu, Herman. 2010. Sastra Daerah (Konsep Dasar, Penelitian, dan Pengkajiannya). Gorontalo: UNG
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Prees
Jauhari, Heri. 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia
SASTRA DAERAH
Sastra Daerah