ARSIP BULANAN : February 2014

Cerpen_Cinta Di Depan Surau_Karya_Yadi Ardiansyah Djakaya

03 February 2014 23:22:50 Dibaca : 113

Cinta Di Depan Surau

Yadi Ardiansyah Djakaya

Carlos masih terjaga saat waktu telah menunjukkan pukul 6.30 pagi. Ia terbuai oleh lembutnya belaian Air Conditioner yang dengan pelan menyentuh seluruh tubuhnya. Ia mengetahui bahwa pagi ini ia harus pergi ke sekolah yang lumayan jauh dari tempat tinggalnya. Tetapi, kasur yang begitu empuk, dan selimut yang begitu tebal menambah rasa malasnya untuk segera melangkahkan kaki menuju Sekolah SMAnya. Ya... begitu lah Carlos. Selain Mempunyai postur tubuh yang ideal, wajah di atas standar, kulitnya putih, hidung mancung dan rambut yang lurus. Ia juga hidup dengan serba ada. Satu mobil Lamborghini Aventador LP700-4 berwarna kuning bermotif tengkorak kepala manusia dan satu motor kawasaki ZX14R. Semua itu pemberian dari kakeknya yang terparkir di Garasi tempat tinggalnya. Belum lagi Apple Iped 4 Wifi yang ia miliki, ditambah dengan uang saku yang diberikan setiap hari bernilai 1 juta rupiah oleh kakeknya. Semua itu membuat ia hidup dalam kemewahan dan kemalasan.

Carlos hidup bersama kakeknya yang kaya raya. Ketika ia baru berumur 4 tahun kakeknya merawatnya. Penghasilan kedua orang tuanya yang tidak mencukupi kebutuhan untuk makan, membuat mereka harus rela memberikan Carlos kepada Kakeknya. Karena sejak Ayahnya Carlos memilih untuk menikah dengan seorang muslim, sejak itu ia harus merelakan seluruh harta benda yang pernah diberikan oleh ayahnya sehingga tidak ada apapun yang tersisa kecuali sehelai pakaian yang melekat dibadannya. Ayah Carlos yang seorang muallaf dan ibunya yang seorang Muslim membuat mereka was-was dengan kehidupan Carlos di masa depan karena Kakeknya merupakan seorang Pendeta yang taat dalam beragama dan Orang yang memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan Agama Kristen di Wilayahnya.

Tok-tok...!!! “Carlos bangun ! udah jam berapa nih ?” Kata Saleh sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar Carlos.

Saleh adalah sahabat Carlos sejak kecil ia sering bermain, bercanda, bahkan Saleh sering menasehati Carlos dalam kebaikan. Bagi Carlos Saleh merupakan sahabatnya yang paling ia percaya di antara teman-teman yang lain. Saleh hidup dalam kondisi keluarga yang sederhana. Ia menyadari bersahabat dengan Carlos bukan merupakan ide yang baik karena perilaku Carlos yang suka mabuk-mabukkan, main perempuan dan balapan liar dijalanan. Tetapi, Saleh selalu yakin kepada Allah. Bahwa selama Roh belum sampai ditenggorokan Carlos masih mempunyai kesempatan untuk bertaubat dan mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

“Ia aku udah bangun” Bergumam dalam hatinya siapa sih yang berani bangunin aku pagi-pagi gini sambil melangkahkan kakinya menuju pintu kamar.

“Aduh Carlos.... kamu tidak mau pergi sekolah hari ini?” Sambil menggelengkan kepalanya.

Dengan mata yang setengah terbuka Calos menjawab. “Ya... Saleh. Kamu ini rajin banget. Ini kan masih pagi”.

“Astagfirullahalazim, ia sih ini masih pagi. Tapi lihat jam berapa ? Entar kita dimarahin ama Pak Tatang. Penjaga Pintu Gerbang itu.”

“Ah.... Saleh-saleh hari gini masih takut dimarahin ama penjaga pintu gerbang.” Dengan Ekspresi wajah yang menyendir. Sambil bergegas menuju kamar mandi.

Carlos dan Saleh, pergi ke sekolah bersama-sama dengan menaiki Mobil Lamborghini Aventador LP700-4 berwarna kuning, bermotif tengkorak kepala manusia. Mobil itu merupakan hadiah dari Kakeknya ketika Carlos berumur 17 Tahun. Carlos memacu mobilnya dengan kecepatan 100 Km per jam ibarat halilintar yang menyambar dengan sangat cepat.

“Carlos, pelan-pelan dikit” Pinta Saleh dengan wajah takut.

“Hahaha Saleh...! kalau pelan-pelan kapan nyampenya. Kamu sendiri yang bilang kalau kita udah terlambat.”

“Iya, tapi ga’ laju kaya gini juga...”

Carlos tidak menghiraukan perkataan Saleh ia tetap memacu mobilnya bahkan menambah kecepatannya. Sesekali terdengar suara makian orang-orang yang hampir ditabraknya. Saleh hanya bisa beristigfar sepanjang jalan berharap tidak akan terjadi kecelakaan.

Akhirnya, mereka pun sampai disekolah dengan selamat. Wajah Saleh seperti bulan kesiangan. Ia was-was sekali disepanjang jalan. Mereka pun bergegas menuju kelas. Carlos dan Saleh sejak duduk dibangku kelas 1 sampai kelas 3 SMA selalu duduk bersama. Carlos yang lancar berbahasa Inggris dan Saleh yang Cerdas dalam pelajaran IPA dan Agama Islam. Membuat mereka saling mengisi kekurangan dan membantu satu sama lain. Walaupun sesekali Carlos tidak memperdulikan tugas-tugas yang diberikan oleh para Guru. Apa lagi yang berbau Agama Islam.

“Oh... Iya. Carlos tahu gak. Hari ini kita Praktik Shalat Fardu.” Kata Saleh.

“Apa ? Praktik Shalat !”. Kata saleh terkejut.

“Iya, emang kenapa ?” Tanya Saleh.

“Oh Ga’ apa-apa.” Dengan raut wajah Gugup.

Carlos semakin gugup mendengar perkataan Saleh ditambah dengan perkataan dari teman-temannya yang mengatakan Shalat itu akan dipraktikkan perorangan didepan teman-teman sekelasnya. Perasaan Carlos tidak menentu. Sesekali ia berpikir dan berkata dalam hatinya semua ini karena Saleh, jika ia tidak menuruti kata Saleh pergi kesekolah pasti ia tidak akan mendapatkan hal ini.

Waktu pun cuek dengan segala urusan yang dilakukan manusia. Ia tidak melihat apa itu seorang Presiden, Bupati, Camat, Kepala Desa, Lurah, Guru, Mahasiswa, Siswa, Pak Haji, Orang kaya maupun Orang Miskin. Waktu berjalan terus dan ia akan tetap seperti itu hingga pada akhir yang telah ditentukan oleh Allah SWT.

“Assalamualaikum, adik-adik.” Salam Pak Dani yang sedikit terlambat masuk kelas.

“Waalaikumussalam pak Guru.”

Pak dani, merupakan Guru Agama Islam yang baru disekolah Carlos. Walaupun Ia baru mengajar sekitar 3 bulan. Tetapi ia telah banyak memberikan perubahan disekolah itu. Setiap hari Pak Dani menaiki sepeda Ontel yang sudah tua menuju sekolah. Kadang-kadang ia terlambat karena harus memperbaiki rantai sepedanya yang putus dan terkadang roda Sepedanya yang bocor.

“Maaf Pak terlambat, karena tadi ada halangan dijalan.” Kata pak Dani sambil menyeka wajahnya yang penuh dengan keringat bercucuran.

“Tidak apa-apa Pak, kami sudah mengerti.” Kata para siswa dengan serentak.

Dalam hati Carlos berkata. “Ah... itu hanya alasannya saja. Biar bisa makan gaji buta.”

“Baiklah adik-adik sesuai kesepakatan kita minggu lalu. Hari ini kita akan melaksanakan praktik Shalat Wajib, apa semuanya siap?”.

“Siap Pak.” Serentak para siswa menjawab.

“Pak, Praktiknya di Kelas atau di Surau?” Tanya Aisyah sang Bunga kelas. Wajahnya putih dan lesung pipinya yang khas dan menawan serta rambutnya yang panjang dan lurus tertutupi oleh Jilbab bewarna putih susu.

“Praktiknya di Kelas saja. Karena kalau di Surau kasihan perempuan yang lagi halangan.”

“O iya pak. Saya setuju itu lebih baik.” Kata Saleh.

Akhirnya Pak Dani menguji satu persatu siswanya dari kursi yang paling depan hingga paling belakang. Untuk di Awal-awal siswa yang praktik Shalat masih baik, walaupun perlu memperbaiki cara membaca surah-surah didalam Al-Qura’an. Tetapi suasana langsung berubah ketika tiba giliran Carlos untuk maju di depan kelas.

“Baiklah Carlos, semua teman-temanmu sudah Praktik Shalat. Apalagi sahabatmu Saleh ia sangat Fasih sekali membacakan ayat-ayat suci didalam Al-Qur’an. Jadi, kamu harus bisa lebih baik lagi.” Kata Pak Dani.

Carlos pun memberanikan dirinya untuk maju didepan kelas walau hatinya menolak. Kakinya bergetar kencang ketika semua mata tertuju padanya. 3 menit berdiri tanpa gerakan apapun. Membuat Pak Dani bertanya kepada Carlos.

“Carlos, kenapa diam ? Teman-temanmu sudah lelah menunggu, mereka sudah tidak sabar ingin istirahat.” Desak Pak Dani.

“Sorry, Pak. Aku tidak bisa Shalat.” Sahut Carlos dengan wajah tertunduk.

Wajah Pak Dani begitu heran mendengar pernyataan Carlos yang seperti itu. Tidak mungkin seorang muslim tidak mengetahui tata cara Shalat sama sekali. Terlintas dalam pikirannya apakah carlos beragama Kristen. Karena ia pernah melihat Carlos di antar ke sekolah oleh seorang Pendeta paru baya.

“Umurmu berapa sekarang ?” Tanya Pak Dani.

“18 Pak.” Jawab Carlos

“Berarti kamu sudah punya KTP kan ?”

“Iya Pak.”

“Boleh saya lihat KTPmu?”

“Untuk apa, Bapak lihat KTP ku ?” tanya Carlos dengan tatapan sinis.

“Saya Cuma ingin lihat KTPmu saja. Saya tidak akan mengambilnya.”

“Hmmm.” Sambil mengambil Dompet yang ditaruh dikantung belakang celananya dan memberikannya kepada Pak Dani.

“Disini tertulis kamu beragama Islam.” Kata Pak Dani.

“Iya Pak, tapi Aku...”

Carlos memang beragama Islam tetapi sejak umur 4 tahun ia tidak pernah melaksanakan Shalat. Itu semua bukan karena ia sengaja melakukannya tetapi masalahnya ia tidak mempunyai ilmu tentang itu. Sejak dirawat Kakeknya ia tidak pernah diajarkan ilmu Agama Islam ia hanya diajarkan tentang Agama Kristen. Carlos tidak bisa lepas dari pengawasan Kakeknya. Suatu ketika Orang tua Carlos ingin mengajarkan Carlos tentang Islam, tiba-tiba Kakeknya mengetahui. Carlos tidak diberi kesempatan menjenguk orang tuanya selama beberapa minggu

Bahkan sejak remaja ia dipercayakan oleh Kakeknya untuk menjaga Gereja. Sejak saat itu ia memegang kunci pintu Gereja. Setiap bulan Carlos di gaji 2 Juta rupiah oleh Kakeknya hanya dengan membersihkan Gereja yang ukurannya tidak terlalu besar. Maklum saja gaji Kakeknya 30 Juta perbulan untuk seorang pendeta.

Carlos sangat malu dengan kejadian itu apalagi ia diam-diam menyukai teman sekelasnya yakni Aisyah. Sepulang sekolah ia hanya memikirkan kata-kata yang dilontarkan oleh Pak Dani. Hati dan pikirannya seperti dedaunan yang jatuh dari pepohonan di tiup angin kesana kemari tanpa tujuan dan jatuh pada dasar yang paling rendah.

Mentari yang ditimbul diketiak bumi menebar Pesona bagi para pecinta alam, disambut indah bagi para pekerja yang tak letih mencari sesuap nasi untuk bertahan di Bumi ciptaan Tuhan ini.

Cahaya mentari masuk disela-sela dedauanan, sekumpulan awan yang nampak malas beriringan dan angin yang seolah mengibarkan rambut-rambut terurai para remaja Putri yang sedang duduk manis dibawah pepohonan yang rindang dan sejuk. Jam istirahat itu Carlos sedang duduk termenung seorang diri di rumput hijau beratapkan langit. Tatapannya kosong kedepan tidak terganggu dengan aktivitas para siswa putri yang berpakaian Rok mini, berbaju ketat dan transparan. Siswi-Siswi tersebut seakan ingin menarik mata lelaki dan mencuri hati serta pikiran mereka.

Tiba-tiba lamunan Carlos terpecahkan. Ketika ia melihat Aisyah sedang berjalan dengan jilbab yang menutupi tubuhnya. Ia tertarik pada Aisyah bukan karena kecantikannya tapi karena kepribadiannya yang berbeda dengan perempuan-perempuan yang pernah ia temui. Carlos memalingkan wajahnya ketika Aisyah menatapnya dari kejauhan. Ia benar-benar malu setelah kejadian itu.

Hati Carlos tergerak. Ia merasakan ada yang berbeda dengan ajaran Agama Islam. Islam mengajarkan agar perempuan menutupi Auratnya dengan Jilbab. Islam benar-benar memuliakan dan mengistimewakan seorang perempuan. Carlos benar-benar melihat perbedaan itu. Pintu hati Carlos sedikit-sedioki terbuka. Mulai hari itu ia berniat dengan tekad yang besar, untuk bisa mempelajari Agama Islam lebih dalam ia menyadari bahwa dirinya sudah beranjak dewasa dan bisa membedakan mana yang baik dan buruk buat dia. Sehingga terlintas dalam pikirannya bahwa hanya Saleh yang dapat ia percaya saat itu untuk membantu dan menolongnya agar bisa mengenal Islam lebih dalam dan dapat melaksanakanShalat serta baca Al-Qur’an.

“Saleh Aku kan sahabatmu, mau ga’ kamu ajarin aku Shalat dan baca Al-Qur’an?” Pinta Carlos.

“Subhanallah, Carlos. Sungguh Allah telah memberikan hidayah buatmu. Aku akan ajarin kamu dan mengajak kamu untuk ikut dalam kegiatan-kegiatan agama supaya kamu mempunyai banyak wawasan.” Tegas Saleh.

“Thanks, Saleh. Kamu memang sahabat ku yang paling baik.”

Carlos menunjukkan perkembangannya setiap hari. Secara diam-diam ia mempelajari ilmu Agama Islam di Rumah Saleh. Setiap akan pergi kerumah Saleh alasannya selalu mengerjakan tugas. Ia takut diketahui Kakeknya karena kakeknya merupakan seorang Pendeta yang taat dan Panatik terhadap Islam.

“Saleh, Aku pernah baca Kitab Agama Kristen. Disitu ada yang tertulis Allah. Nah.. di Kitab Al-Qur’an ini, aku juga lihat ada tulisan Allah. Berarti Allah itu benar-benar ada?” Tanya Carlos dengan semangat.

“Iya. Allah itu benar-benar ada. Jika kita yakin dan mempunyai Iman yang kuat kita bisa merasakan bahwa Allah SWT selalu mengawasi dan memperhatikan kita karena ia Maha Mengetahui dan Maha Mendengar.”

Saleh menjelaskan panjang lebar kepada Carlos tentang Agama Islam dan Nabi-Nabi khususnya Nabi Muhammad sebagai pembawa ajaran agama Islam. Dari itulah, Carlos mengetahui bahwa dalam Agama Islam terdapat Nabi Muhammad SAW yang diberi tugas oleh Allah SWT. Untuk menyampaikan serta mengaplikasikan segala pesan dari Allah kepada umat manusia. Dan dari penjelasan sahabatnya itu juga ia mengetahui bahwa Agama Islam mempunyai kitab Al-Qur’an yang tidak pernah berubah dari zaman Nabi Muhammad sampai pada Zaman setelah Nabi Muhammad telah tiada. Ini membuat Carlos semakin percaya dan yakin bahwa Agama Islam merupakan Agama yang benar-benar konsisten dengan ajarannya dan kebenarannya sudah terbuktikan.

Carlos yang biasanya keluar setiap malam minggu untuk mabuk-mabukkan dan main perempuan. Akhirnya berubah, ia lebih pendiam dan jinak. Ia lebih senang menghabiskan waktunya didalam kamar untuk membaca buku-buku Agama Islam. Uang yang biasa ia pakai untuk membeli minuman keras berubah menjadi biasa membeli buku-buku Agama. Kakeknya benar-benar sangat senang dengan perubahan Carlos. Tetapi Kakeknya tidak mengetahui bahwa perubahan itu karena disebabkan apa. Yang ia tahu Carlos sekarang berbeda. Wajah Carlos yang putih, nampak mengeluarkan Cahaya dari pori-pori kecilnya yang dapat mengalahkan cahaya matahari dipagi itu. Carlos lebih rendah diri. Biasanya ia sering berkata-kata kotor ketika bercanda dengan teman-temannya kali ini ia lebih menggunakan kata-kata yang indah dan nikmat untuk didengar tetapi tidak mengurangi kebiasaan humor kepada teman-temannya.

Aisyah melihat perubahan yang sangat besar dari diri Carlos. Ia tidak pernah melihat sebelumnya perilaku Carlos yang begitu dingin dan ramah kepada teman-temannya. Aisyah penasaran akan hal itu sehingga mendorong hatinya untuk mengetahui lebih mendalam apa yang sebenarnya terjadi. Sudah cukup lama Aisyah memendam perasaannya terhadap Carlos. Ia menyukai Carlos dari kelas 1 SMA. Entah kenapa walaupun perilaku Carlos sangat tidak mencontohkan perilaku baik dan tidak terpuji. Tetapi Aisyah tetap menyukai dan selalu berdoa agar Carlos diberikan jalan yang lurus dan petunjuk oleh Allah SWT. Akhirnya doa yang selama ini ia nantikan terkabulkan. Ia melihat Carlos sudah sering ke Surau untuk melaksanakan Shalat Zuhur berjamaah. Ia pun semakin mengagumi Carlos dan tak dapat menahan perasaannya yang telah lama ia simpan rapat-rapat dilipatan-lipatan kecil hatinya.

Siang itu. Ba’da Shalat Zuhur, Carlos dan Aisyah tidak sengaja bertabrakan didepan pintu masuk Surau.

Prak..... “Sorry-sorry aku tidak sengaja. Kamu tidak apa-apa ?” Kata Carlos meminta maaf.

“Aku tidak apa-apa.” Kata Aisyah sambil memegang kepalanya yang pusing.

Jantung Carlos berdetak kencang tak menentu setelah menyadari bahwa yang ditabraknya adalah perempuan yang diam-diam mencuri hatinya. Mata mereka bertemu satu sama lain.

“Beneran kamu ga’ apa-apa Aisyah?” Tanya Carlos dengan lembut.

“Iya Aku ga’ apa-apa.” Sambil berdiri dan langsung pergi meninggalkan Carlos.

“Aisyah ! Aisyah ! maafin aku.” Teriak Carlos memanggil-manggil Aisyah.

Aisyah pergi meninggalkan Carlos bukan karena marah atapun jengkel. Tetapi ia malu bertemu Carlos. Untuk pertama kalinya Carlos memanggil namanya. Wajahnya yang putih, dan lesung pipi yang manis berubah menjadi merah seketika. Tiba-tiba Carlos datang untuk menemui Aisyah dikelas dan meminta maaf.

Setelah kejadian itu. Dari hari ke hari mereka semakin dekat dan semakin akrab. Mereka kadang menghabiskan waktu makan siang bersama dikantin bahkan sering melaksanakan Shalat Zuhur berjamaah di Surau Sekolah. Carlos kadang-kadang menjemput Aisyah ketika pergi kesekolah dan mengantarnya sepulang sekolah. Carlos yang biasanya telat bangun pagi, akhirnya bangun lebih cepat untuk melaksanakan Shalat Subuh. Sebelum mentari bersinar ia telah siap dengan pakaian sekolahnya, setelah itu sarapan pagi lalu pergi kesekolah bersama Aisyah. Hubungan emosional dan silaturahmi mereka terjalin dengan baik. Sehingga dengan karena Allah mereka menjalin hubungan.

Tetapi, kesenangan itu tidak berlangsung lama. Kakeknya Carlos tidak sengaja lewat didepan kamar Carlos dan melihat buku-buku yang tersusun rapi didalam lemari. Karena terbawa penasaran, ia mencoba masuk ke kamar Carlos. Matanya terpaku melihat Kitab suci Al-Qur’an berada dikamar cucunya. Hati Kakeknya hancur berkeping-keping seketika itu. Cucu yang ia besarkan dengan susah payah dan pengorbanan pada akhirnya mengecewakannya.

Sepulang Carlos dari sekolah. Ia diminta oleh Kakeknya untuk berbicara empat mata disebuah ruangan pribadi yang dikhiasi beberapa lukisan bertemakan alam, dan Guji-guji yang ukurannya besar serta beberapa kursi yang harganya ratusan juta.

“Hey... Kek.” Sapa Carlos.

Kakeknya hanya bisa menatap dengan rasa kekecewaan kepada Carlos.

“Carlos, kakek sudah besarkan kamu sejak kecil, kakek rawat kamu dengan susah payah, kakek berikan semua yang kamu inginkan. Kurang apa lagi. Kenapa kamu menghianati Kakek.”

”Maafkan Carlos Kek. Carlos bukan menghianati Kakek tapi Carlos ingin kembali ke jalan yang benar yakni jalan Allah SWT. Carlos lelah dengan ini semua Kek. Carlos ingin hidup bersama Orang Tua Carlos.” Dengan air mata yang terbendung.

“Kakek sangat kecewa dengan Carlos. Baiklah, untuk terakhir kalinya Kakek beri kamu pilihan. Jika kamu memilih Agama Kristen kamu tetap memiliki barang-barang yang Kakek berikan selama ini tetapi jika kamu memilih Agama Islam. Tinggalkan seluruh barang-brang yang pernah Kakek berikan selama ini.

Hari itu membuat perubahan besar terhadap kehidupan Carlos karena ia memilih untuk meninggalkan seluruh harta yang pernah diberikan oleh Kekeknya. Lamborghini Aventador LP700-4 berwarna kuning bermotif tengkorak kepala manusia yang pernah ia pamerkan takkan lagi ia miliki, Apple Iped 4 Wifi seharga 8 juta harus reIa ia berikan kepada kakeknya. Carlos pun kembali ke Orang Tuanya setelah ± 15 tahun tinggal bersama kakeknya. Orang tuanya sangat senang Carlos bisa kembali dan terbebaskan dari kakeknya. Selama ini Carlos tidak bisa berlama-lama berada dirumah Orang tuanya karena Kakeknya selalu melarangnya. Agar hidup Carlos lebih aman dan melupakan segala tentang masa lalunya. Carlos diajak orang tuanya untuk pergi meninggalkan Kota Gorontalo untuk merantau ke Kota Gorontalo. Awalnya Carlos menolak tawaran orang tuanya karena ia mempunyai seorang sahabat yang baik dan seorang yang membuat hidupnya lebih indah. Tetapi setelah ayahnya mengatakan bahwa jika ia tetap masih berada disekitar Kota Bandung. Bisa-bisa ia akan dipengaruhi lagi oleh Kakeknya. Akhirnya setelah cukup lama memikirkan dan merenungkan, Carlos pun memutuskan untuk ikut bersama orang tuanya. Walaupun sebenarnya didalam hatinya tidak bisa menerima.

Carlos tidak sempat pamitan kepada Aisyah. Karena ia malu dengan keadaannya sekarang yang berubah drastis. Carlos belum siap menerima kenyataan yang terjadi. Carlos hanya memberitahu sahabatnya Saleh kalau ia akan pergi merantau bersama orang tuanya ke Kota Gorontalo dan meminta Saleh untuk tidak memberi tahu Aisyah. Carlos merahasiakan rencana ini dari Aisyah. Karena ia tak sanggup melihat mata indah Aisyah meneteskan air mata.

Setelah menyelesaikan segala persyaratan untuk pindah. Keesokkan harinya ia dan Orang tuanya pergi dengan menuju pelabuhan untuk membeli tiket Kapal Laut dan segera berlayar menuju pelabuhan penyebrangan Kota Gorotanlo. Tidak ada yang mengetahui kepergian Carlos yang mendadak selain sahabatnya Saleh. Setelah kepergian Carlos. Aisyah hanya duduk termenung seorang diri, tatapannya kosong. Walaupun ia mencoba menguatkan hatinya untuk tetap bersabar. Tetapi matanya yang indah tak dapat membendung air matanya yang jatuh bercucuran.

Setelah 9 tahun berlalu. Carlos hidup bahagia bersama orang tuanya di Kota Gorontalo. Setelah menyelesaikan studi S2 pendidikan Bahasa Inggris diluar Negeri, Carlos kembali ke Kota Gorontalo dan langsung ditawarkan untuk menjadi Dosen di salah satu Universitas Negeri yang ternama di Gorontalo. Carlos sangat menikmati pekerjaannya. Ia sangat senang bisa membantu orang tuanya dengan hasil keringatnya sendiri. Suatu ketika pihak fakultas memberikan tugas kepada Carlos di luar daerah Gorontalo yakni di daerah pulau jawa tepatnya di Kota kelahirannya, Kota Bandung selama 2 minggu. Awalnya Carlos menolak amanah itu. Tetapi setelah di paksa berkali-kali akhirnya Carlos mengambil kesempatan itu. Beberapa hari berada di Kota Bandung membuat Carlos jenuh karena harus tinggal di Hotel terus. Akhirnya disela-sela kesibukkannya ia memutuskan untuk berjalan-jalan di tempat-tempat wisata, dan mencari udara segar diperkebunan teh.

Ditempat yang sejuk itu. Tiba-tiba Carlos teringat akan kenangan-kenangan masa lalunya bersama sahabatnya Saleh. Informasi terakhir yang ia dapatkan Saleh telah menikah dengan salah satu wanita dari daerah banjarmasin yang kuliah di ITB. Akhirnya Saleh pergi dan menetap di Kota Banjarmasin. Carlos pun teringat kenangan masa lalunya dengan Aisyah di Kota bandung itu. Sampai saat ini ia tidak bisa melupakannya. Ia selalu berpikir. Apakah Aisyah sudah berkeluarga? Bagaimana kabarnya? Apakah ia masih berada di Kota Bandung ini? Ia sangat rindu dengan senyuman dan keramahan Aisyah. Carlos tidak dapat berlama-lama ditempat itu karena mentari yang indah akan segera terbenam dan Carlos harus kembali ke Hotel.

Dalam perjalanannya mengenakan sepedah yang disediakan Hotel. Carlos terhenti setelah mendengar suara Adzan. Ia kemudian bergegas menuju panggilan Allah SWT. Untuk melaksanakan Shalat Magrib. Sesibuk apapun Carlos ia selalu menyempatkan diri untuk dapat Shalat berjamaah di Mesjid. Karena ia tak pernah melupakan perkataan Sahabatnya Saleh ketika waktu SMA dulu. Bahwa orang yang Shalat berjamaah di Masjid lebih banyak pahalanya dari pada Shalat sindirian dirumah.

Setelah melaksanakan Shalat Magrib berjamaah disebuah Surau yang tak jauh dari perkebunan Teh itu. Perut Carlos yang dari tadi siang tidak pernah diisinya karena asyik menikmati panorama Kota Bandung. Akhirnya berbunyi juga. Sebelum Carlos sampai di Hotel ia berencana singgah disebuah warung untuk sekadar mengisi kekosongan perutnya. Ketika hendak mengambil sepedanya yang ia perkir didepan Surau. Ia melihat sesosok wanita berjilbab panjang yang telah selesai melaksankan Shalat Magrib berjalan hendak keluar Surau. Karena rasa laparnya yang tak tertahan lagi ia langsung menghampiri wanita berjilbab panjang itu untuk menanyakan warung terdekat dari Surau itu.

“Assalamuaikum” Salam Carlos dengan hangat.

“Wa’alaikumussalam.” Dengan wajah tertunduk.

“Permisi emba. Aku mau nanya. Disekitar wilayah ini warung makan yang dekat, dimana ya emba?” Tanya Carlos dengan buru-buru.

Mendengar suara itu. Jantung wanita itu berdebar kencang tak menentu. Dalam hatinya berkata, “Ya Allah apakah ini suara Carlos ? yang selama ini aku rindukan.” Wanita itu mengangkat wajahnya yang putih, dengan lesung pipinya yang menawan. Carlos menatapnya. Sekali lagi mata mereka bertemu didepan Surau setelah 9 tahun. Carlos terpaku menatapnya. Berkata dalam hatinya “Apakah ini Aisyah yang selama Aku rindukan senyuman indahnya?”

“Aisyah ” Sebut Carlos sambil menatap mata Aisyah.

“Carlos “. Kata Aisyah yang membalas tatapan Carlos.

Hari itu menjadi hari yang tak kan terlupakan oleh Carlos dan Aisyah setelah sekian lama hidup dalam perpisahan akhirnya berbuah manis. Allah SWT. mempertemukan mereka didepan surau. Jika Jodoh takkan kemana. Allah memisahkan mereka dengan Cinta dan mempertemukan mereka dengan Cinta.

Jika Allah menghendaki dua hati untuk dipertemukan.
Maka Dia tak hanya akan menggerakkan hati salah satu dari keduanya.
Akan tetapi Dia akan menggerakkan hati keduanya untuk segera dipersatukan dalam sebuah jalinan kasih yang diridhai-Nya.

Subanallah walhamdulillah walailaahaillallah wallahu Akbar.

* Sekian *

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong