"TUJUH PINTU NERAKA"

09 February 2013 16:19:37 Dibaca : 1149 Kategori : Islamic

“Neraka mempunyai tujuh pintu, untuk masing-masing pintu dihuni (sekelompok pendosa yang ditentukan)” (Qs al Hijr :44)

Diriwayatkan bahwa ketika Jibril turun membawa ayat di atas tadi, Nabi saw memintanya untuk menjelaskan kondisi neraka. Jibril menjawab:

“Wahai Nabi Allah, sesungguhnya di dalam neraka ada tujuh pintu, jarak antara masing- masing pintu sejauh tujuh puluh tahun, dan setiap pintu lebih panas dari pintu yang lain, nama-nama pintu tersebut adalah:

1. Hawiyah (arti harfiahnya: jurang), pintu ini untuk kaum munafik dan kafir.

2. Jahim, pintu ini untuk kaum musyrik yang menyekutukan Allah.

3. Pintu ketiga untuk kaum sabian (penyembah api).

4. Lazza, pintu ini untuk setan dan para pengikutnya serta para penyembah api.

5. Huthamah (menghancurkan hingga berkeping-keping), pintu ini untuk kaum Yahudi.

6. Sa’ir (arti harfiahnya: api yang menyala-nyala), pintu ini untuk kaum kafir.

Pintu Neraka Yang Ke-7

Tatkala sampai pada penjelasan pintu yang ketujuh, Jibril terdiam. Nabi saw meminta Ia untuk menjelaskan pintu yang ketujuh, Jibril pun menjawab:

“Pintu ini untuk umatmu yang angkuh; yang mati tanpa menyesali dosa-dosa mereka”.

Lalu, Nabi saw mengangkat kepalanya dan begitu sedih, sampai beliau pingsan. Ketika siuman beliau berkata:

“Wahai jibril, sesunggguhnya engkau telah menyebabkan kesusahanku dua kali lipat. Akankah umatku masuk Neraka?”

Kemudian Nabi saw mulai menangis. Setelah kejadian itu, beliau tidak berbicara dengan siapapun selama beberapa hari, dan ketika sholat beliau menangis dengan tangisan yang sangat memilukan. Karena tangisannya ini, semua sahabat ikut menangis, kemudian mereka bertanya:

“Mengapa beliau begitu berduka?”

Namun beliau tidak menjawab. Sayyidah Fathimah az-Zahra melihat – karena tangisan yang tidak terhenti- wajah Nabi menjadi pucat dan pipinya menjadi cekung. Sebagaimana yang di ceritakan oleh Kasyfi, bahwa bumi tempat beliau duduk telah menjadi basah dengan air mata. Sayyidah Fathimah as berkata kepada ayahnya:

” Semoga hidupku menjadi tebusanmu, mengapa Ayahanda menangis?”

Nabi saw menjawab,

“Ya Fathimah, mengapa aku tidak boleh menangis?, karena sesungguhnya Jibril telah menyampaikan kepadaku sebuah ayat yang menggambarkan kondisi neraka. Neraka mempunyai tujuh pintu, dan pintu-pintu itu mempunyai tujuh puluh ribu celah api. Pada setiap celah ada tujuh puluh ribu peti mati dari api, dan setiap peti berisi tujuh puluh ribu jenis azab”.

Ketika Sayyidah Fathimah mendengar semua ini, beliau berseru,

“Sesungguhnya orang yang dimasukkan kedalam api ini pasti menemui ajal”.

Setelah mengatakan ini beliau pingsan. Ketika siuman, beliau r.a berkata,

“Wahai yang terbaik dari segala mahluk, siapakah yang patut mendapat azab yang seperti itu?”

Nabi saw menjawab,

“Umatku yang mengikuti hawa nafsunya dan tidak memelihara sholat, dan azab ini tidak seberapa bila dibandingkan dengan azab-azab yang lainya.”

Setelah mendengar ucapan ini setiap sahabat Nabi saw menangis dan meratap,

“Derita perjalanan alam akhirat sangat jauh, sedangkan perbekalan sangat sedikit”.

Sementara sebagian lagi menangis dan meratap,

“Aduhai seandainya ibuku tidak melahirkanku, maka aku tidak akan mendengar tentang azab ini”.

Maha adil Allah, begitu demokratisnya memberikan kebebasan pada manusia untuk memilih.. antara iman & kufur, dengan tanpa ada paksaan ” laa ikrooha fiddin..” Akhirnya pilihan yang kita ambil, mendapatkan konsekuensi adil dari Dzat Yang Maha Adil. Jalan menuju sorga berliku nan mendaki tapi saat sampai tujuan, maka akan mendapatkan keindahan yang “tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, tidak dapat dibayangkan oleh hati. Sedangkan jalan menuju neraka, sampai pada kondisi yang mengerikan. Kita berdoa semoga kita diselamatkan oleh Allah SWT dari neraka dan terus bergandeng tangan dengan Rasulullah SAW sampai kita masuk ke surga bersama beliau yang mulia, keluarga beliau, keturunan beliau, para sahabat, awliya, syuhada, ulama, ‘amilin, shalihin. Amin Ya Rahman Ya Rahim….

Sumber : Rachma Tya Anwar (Facebook)