ARSIP BULANAN : August 2021

Mahasiswa dan Dunia Literasi

06 August 2021 07:53:48 Dibaca : 12

Kampus merupakan dunia baru bagi siswa-siswa yang lulus dari bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) dan setingkatnya. Tentunya status yang mereka dapatkan juga berbeda, yakni sebagai ‘maha’siswa. Menjadi seorang mahasiswa pastinya harus memiliki perubahan dalam pola pikir, sikap, tanggung jawab, dan kedewasaan. Semua itu perlu dikembangkan secara optimal guna mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kedewasaan dalam bersikap dan berpikir pun dibutuhkan untuk menghadapi ragam tugas dan tantangan yang lebih berat.

Mahasiswa yang digadang-gadang sebagai agent of change dan kaum intelektual dipercaya oleh masyarakat untuk melakukan perubahan tatanan kehidupan ke arah yang lebih baik. Mereka yang disebut “mahasiswa” memerlukan banyak modal dan persiapan matang untuk menjadi insan yang berkredibilitas tinggi. Hal demikian dapat dicapai dengan membudayakan literasi dalam setiap napas kehidupannya.

Dunia Literasi

Pohon dapat tumbuh subur jika diberi pupuk yang cukup sebagai asupan nutrisi terbaik. Pemberian pupuk yang cukup dan rutin mampu menjaga kekuatan pohon hingga ke akarnya. Kekokohan akar pohon dapat mencegah tumbangnya pohon yang diterpa angin. Begitu pula yang terjadi hubungan antara mahasiswa dan dunia literasi. Literasi menjadi suplemen utama bagi mahasiswa untuk mengembangkan daya nalar, pola pikir, dan kekritisannya. Literasi yang terus dibudayakan mampu membuat produktivitas mahasiswa meningkat. Selain itu, budaya literasi yang telah mendarah daging dapat dijadikan pijakan kuat hingga terhindar dari seleksi kehidupan yang semakin edan.

 Kata literasi masih terdengar asing bagi sebagian kalangan mahasiswa. Padahal tanpa disadari literasi telah lekat dalam kegiatan akademik selama bersekolah. Mulai dari membaca buku, berdiskusi tentang pelajaran atau tugas dengan teman, serta membuat tulisan. Semua itu adalah bagian pokok dari literasi. Sayangnya, konsep ideal dari budaya literasi belum direalisasikan secara optimal oleh para elit intelektual (baca: mahasiswa).

Potret Literasi Kampus

Salah seorang tokoh, Milan Kundera, berkata, “Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya; maka pastilah bangsa itu akan musnah”.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong