Pernikahan Dalam Pandangan Gen Z
PERNIKAHAN DALAM PANDANGAN GEN Z
Nurafni Amuda
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakulttas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo
PEMBAHASAN
Gen Z sering kali disebut sebagai penguasa masa kini dan penentu masa depan. Terhitung sejak tahun 2018 Gen Z menjadi topik hangat dan banyak di sorot dan di search melalui ggogle trends (Dimock, 2019). Semua hal yang berkaitan dengan Gen Z dianggap sangat penting, entah itu tindakan ataupun pikiran dari Gen z sendiri. Hal ini disebabkan Gen Z mampu mempengaruhi bagian lini dari kehidupan masyarakat global. Dari berbagai belahan Dunia, salah-satunya Indonesia, Gen Z termasuk presenter terbesar dalam total populasi. Berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 2020, populasi Gen Z mencapai 27.94% (Rakhmah, 2021). perhatian dari para praktisi marketing dan politisi tertuju kepada Mereka. Berbagai pembelajaran yang dilkukan hanya untuk mencari tahu dari karakteristik dari Gen Z dan juga mencari strategi yang cocok dan pas untuk menjangkau dan merangkul generasi yang lahir antara 1997-2012 ini. (Gutfreund, 2016).
Generasi Z adalah geerasi yang memiliki berbagai pandangan unik terkait pernikahan, dari beberapa pandangan tersebut adalah pandangan tertang menunda sebuah pernikahan. Gen Z adalah salah-satu Generasi yang lebih memilih dalam hal menunda pernikahan. Gen Z beranggapaan bahwa pernikahan adalah hal yang harus di siapkan secara matang dengan melibatkan kesiapan emosional yang stabil dan juga harus memiliki kesiapan finansial yang memenuhi. Pandangan Gen Z terhadap pernikahan sangat beragam, namun menurut dari hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden (64,8%) mengatakan bahwa mereka akan menunda pernikahan hingga mereka benar-benar siap dan memiliki karir dan pendidikan yang sukses, sehingga mereka tidak perlu memikirkan finansial kedepannya.
Selain karir salah-satu faktor yang membuat Gen Z lebih memilih dalam menunda pernikahan adalah faktor dari tekanan lingkungan sosial dan budaya. Seiring terjadinya perkembangan zaman, beberapa tekanan dalam menikah usia muda mulai berkurang, sehingga menikah dalam usia tua atau matang sudah dianggap wajar dan tidak mendapat pandangan dari sebelah mata. Nilai-nilai masyarakat juga mulai berubah seiring berkembangnya zaman. mereka menganggap bahwa hubungan pernikahan tanpa pacarn adalah hal yang wajar, banyak Gen Z yang melakukan hubungan tanpa adanya status pacaran, dengan alibi mengutamakan komitmen. Gen Z sering mengatakan hal tersebut adalah HTS atau yang sering disebut hubungan tanpa status. Respoden dalam penelitian mengatakan bahwa mereka mereka tidak terlalu memikirkan hubungan pernikahan dan lebih berfokus pada kualitas hubungan mereka masing-masing bersama pasangan mereka.
Gaya hidup yang berbeda juga mempengaruhi fenomena menunda pernikahan pada Generasi Z. Gaya hidup yang serba instant, digital, dan modern membuat banyak Generasi Z lebih memilih untuk menikmati hidup tanpa pernikahan dan lebih fokus pada kebebasan, hiburan, dan traveling. mereka beranggapan bahwa mereka bisa melakukan semuanya sendiri tanpa adanya tekana dari orang sekitar terutama seorang kekasi atau pacar. Beberapa Gen Z beranggapan bahwa mempunyai seorang kekasih adalah hal yang ribet disebabkan harus meberikan kabar saat pergi dan beraktifitas yang membuat mereka merasa kurang nyaman.
Dari beberapa faktor pandangan Gen Z yang membuat mereka memilih menunda pernikahan, bukanlah sebuah patokan, sebab ada sebagian Gen Z yang memiliki panddangan terbalik dari menunda pernikahan, yaitu menikah yaitu memilih untuk menikah muda. Terdapat beberapa faktor yang membuat mereka ingin menikah secepatnya. Faktor pertama adalah keinginan untuk memiliki pasangan hidup dan membangun keluarga. Faktor kedua adalah lingkungan sosial, di mana banyak teman atau saudara mereka sudah menikah dan memiliki keluarga, sehingga menimbulkan keinginan untuk melakukan hal yang sama.
pandangan lain Gen Z terkait pernikahan adalah mereka berpandangan bahwa dalam menjalin sebuah ikatan pernikahan harus adaya kesetaraan. Gen Z cenderung mengutamakan kesetaraan dalam hubungan pernikahan, karena mereka beranggapan bahwa kesetaraan penting untuk membangun kemitraan yang seimbang antara suami dan istri dalam hal tanggung jawab, keputusan, dan konstribusi dalam hubungan pernikahan. Mereka juga sangat memperhatikan keseimbangan dalam karir dan kehidupan pribadi. Mereka ingin memastikan bahwa mereka dapat mencapai kesuksesan dalam karir sekaligus menjaga keseimbangan dalam kehidupan pribadi sebelum memulai hidup baru pada jenjang pernikahan.
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa pandangan Gen Z terhadap sebuah pernikahan sangat beragam, ada dampak positif dan negatif tersendiri terkait pandangan tersebut. Saya sendiri sebagai Gen Z memiliki pandangan berbeda dalam pernikahan. Saya beranggapan bahwa pernikahan bukan langkah yang mudah untuk diambil, saat kita mulai berani dalam mengambil langkah baru sama saja dengan kita berani dalam mengambil tanggung jawab baru dan juga masalah baru. Ada beberapa faktor yang menyebabkan saya beranggapan bahwa pernikahan bukan langkah yang baik untuk memulai hidup baru, salah-satunya datang dari faktor lngkungan. Saya berada dalam lingkungan yang membuat saya beranggapan bahwa sebuah pernikahan adalah langkah yang kelam, langkah yang saat kita ambil kita harus siap dengan segala masalah dan harus siap dengan segala solusi untuk masalah itu, namun itu bukan berarti semua pernikahan memiliki nasib yang sama, kembali lagi dari pribadi masing-masing, bagaimana cara mereka dalam menghadapi problem dalam pernikahan. Seperti yang sudah tertulis pandangan Gen Z terhadap pernikahan berbeda-beda tergantung bagaimana cara pandang mereka tentang hal tersebut.
Daftar Pustaka :
Dimock, M. (2019). Defining generations: WhereMillennials end and Generation Z begins. PewResearch Center. https://www.pewresearch.org/fact-tank/2019/01/17/where-millennials-end-and-generation-z-begins/
Gutfreund, J. (2016). Move over, Millennials: Gene-ration Z is changing the consumer landscape.Journal of Brand Strategy, 5(3), 245–249. https://www.henrystewartpublications.com/sites/default/files/JBSv5i3Move over MillennialsGeneration Z is changing the consumer land-scape.pdf.
Rakhmah, D. N. (2021). Gen Z Dominan, Apa Maknanya bagi Pendidikan Kita? Pusat Standar Dan Kebijakan Pendidikan. https://puslitjakdik-bud.kemdikbud.go.id/produk/artikel/detail/3133/gen-z-dominan-apa-maknanya-bagi-pendidikan-kita.
langkah Baru
Nama saya Nurafni Amuda, dari fakultas Sastra dan Budaya, jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hal ini tentang pengalaman saya dalam PKKMB dari Universitas,Fakultas Dan Jurusan.tentang langkah baru yang saya ambil untuk masa depan saya. Kesan pertama yang saya dapati pasti kecanggungan dan ketidak terbiasaan dengan hal baru. Entah itu lingkungan, teman,atapun pergaulannya. banyak hal yang saya bisa pelajari dari PKKMB tahun ini, saya yang dulunya tidak bisa melakukan hal sendiri sekarang sudah bisa, dan saya bangga akan hal itu, bangga bisa menjadi orang yang lebih mandiri.