ARSIP BULANAN : October 2015

ANAK KUNCI MENGENAL ALLAH

02 October 2015 15:05:12 Dibaca : 202

Mengenal diri itu adalah "Anak Kunci" untuk Mengenal Allah. Hadis ada mengatakan; MAN 'ARAFA NAFSAHU FAQAD 'ARAFA RABBAHU (Siapa yang kenal kenal dirinya akan Mengenal Allah)

Firman Allah Taala;
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu benar. (QS. 41:53)

Tidak ada perkara yang lebih hampir dari diri sendiri. Jika anda tidak kenal diri sendiri, bagaimana anda hendak tahu perkara-perkara yang lain? Yang dimaksudkan dengan Mengenal Diri itu bukanlah mengenal bentuk lahir anda, badan, muka, kaki, tangan dan lain-lain anggota anda itu. karena mengenal semua perkara itu tidak akan membawa kita menegnal allah. Dan bukan pula mengenal setakat perkara dalam diri anda yaitu bila anda lapar anda makan, bila dahaga anda minum, bila marah anda memukul dan sebagainya. Jika anda bermaksud demikian, maka binatang itu sama juga dengan anda. Yang dimaksudkan sebenarnya mengenal diri itu ialah;

  • Apakah yang ada dalam diri anda itu?
  • Dari mana anda datang?
  • Kemana anda pergi?
  • Apakah tujuan anda berada dalam dunia yang fana ini?
  • Apakah sebenarnya kebahagian dan apakah sebenarnya derita?

Sebagian dari pada sifat-sifat anda adalah bercorak kebinatangan. Sebagian pula bersifat Iblis dan sebagian pula bersifat Malaikat. Anda hendaklah tahu sifat yang mana perlu ada; dan yang tidak perlu. Jika anda tidak tahu, maka tidaklah anda tahu di mana letaknya kebahagiaan anda itu.

Kerja binatang ialah makan, tidur dan berkelahi. Jika anda hendak jadi binatang, buatlah itu saja. Iblis dan syaitan itu sibuk hendak menyesatkan manusia, pandai menipu dan berpura-pura. Kalau anda hendak menuruti mereka itu, lakukan sebagaimana kerja-kerja mereka itu. Malaikat sibuk dengan memikir dan memandang Keindahan Ilahi. Mereka bebas dari sifat–sifat kebinatangan. Jika anda ingin bersifat dengan sifat Ke-Malaikatan, maka berusahalah menuju asal anda itu agar anda dapat mengenali dan meikirkan Allah Yang Maha Tinggi dan bebas dari belenggu hawa nafsu. Anda hendaklah tahu kenapa anda dilengkapi dengan sifat-sifat kebintangan itu. Adakah sifat-sifat kebinatangan itu akan menaklukkan anda, atau adakah anda menakluki mereka?. Dan dalam perjalanan anda ke atas martabat yang tinggi itu, anda akan gunakan mereka sebagai tunggangan dan sebagai senjata.

Langkah pertama untuk mengenal diri ialah mengenal bahwa anda itu terdiri dari bentuk yang zhohir, yaitu badan; dan perkara yang batin yaitu hati atau Ruh . Yang dimaksudkan dengan "HATI" itu bukanlah daging yang terletak dalam sebelah kiri badan. Yang dimaksudkan dengan "HATI" itu ialah satu perkara yang dapat menggunakan semua kekuatan; yang lain itu hanyalah sebagai alat dan kakitangannya. Pada hakikat hati itu bukan termasuk dalam bidang Alam Nyata (Alam Ijsam) tetapi hati termasuk dalam Alam Ghaib. Ia datang ke Alam Nyata ini ibarat pengembara yang melawat negeri asing untuk tujuan berniaga dan akhirnya akan kembali juga ke negeri asalnya. Mengenal perkara seperti inilah dan sifat-sifat itulah yang menjadi "Anak Kunci" untuk mengenal Allah.

Sedikit idea tentang hakikat Hati atau Ruh ini bolehlah didapati dengan memejamkan mata dan melupakan segala perkara yang lain kecuali diri sendiri. Dengan cara ini, dia akan dapat melihat tabiat atau keadaan "diri yang tidak terbatas itu". Meninjau lebih dalam tentang Ruh itu adalah dilarang oleh hukum. Dalam Al-Quran ada diterang;
“Mereka bertanya kepadamu tentang Ruh. Katakanlah: Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (QS. Bani Israil/Al-Isra: 85).

Demikianlah sepanjang yang diketahui tentang Ruh itu dan ia adalah mutiara yang tidak bisa dibagi-bagi atau dipecah-pecahkan dan ia termasuk dalam "Alam Amar/perintah". Ia bukanlah tanpa permulaan. Ia ada permulaan dan diciptakan oleh Allah. Pengetahuan falsafah yang tepat mengenai Ruh ini bukanlah permulaan yang harus ada dalam perjalanan Agama, tetapi adalah hasil dari disiplin diri dan berpegang teguh dalam jalan itu; seperti tersebut di dalam Al-Quran;
"Siapa yang bersungguh-sungguh dalam jalan Kami, niscaya Kami akan pimpin mereka ke jalan yang benar itu". (Al-Ankabut:69)

Untuk menjalankan perjuangan Keruhanian ini, bagi upaya pengenalan kepada diri dan Tuhan, maka:


 

  • Badan itu boleh iibaratkan sebagai kerajaan
  • Ruh/Hati itu ibarat Raja
  • Pelbagai indra/sense dan daya/fakuty itu ibarat satu pasukan tentara
  • Aqal itu bia diibaratkan sebagai perdana menteri
  • Perasaan itu ibarat pemungut pajak
  • Marah itu ibratoegawai polisi
  • Dengan pakaian Pemungut pajak, Perasaan itu ingin terus merampas dan merampok. Dan Marah senantiasa cenderug kepada kekasaran dan kekerasan.

Kedua-duanya ini perlu ditundukan dibawah perintah Raja (Ruh/Hati), bukan dibunuh atau dimusnahkan karena mereka ada tugas yang pelu mereka jalankan. Tetapi jika Pemungut Pajak (Perasaan) dan Pegawai Polisi (Marah) menguasai Perdana Menteri (Aqal), maka tentulah Raja (Ruh/Hati) akan hancur.


Ruh yang membiarkan daya-daya bawah menguasai daya-daya atas adalah ibarat orang yang menyerahkan Malaikat kepada kekuasaan Anjing atau menyerahkan seorang Muslim ke tangan orang Kafir yang zalim. Orang yang menumbuh dan memelihara sifat-sifat iblis atau binatang atau Malaikat, akan menghasilkan ciri-ciri atau watak yang sepadan dengannya yaitu iblis atau binatang atau Malaikat itu. Dan semua sifat-sifat atau ciri-ciri ini akan nampak dengan bentuk-bentuk yang kelihatan di Hari Pengadilan.

• Orang yang menuruti hawa nafsu nampak seperti babi,

• Orang yang garang dan ganas seperti anjing dan serigala,

• Dan orang yang suci seperti Malaikat.

Tujuan disiplin akhlak (moral) ialah untuk membersihkan Hati dari karat-karat hawa nafsu dan amarah, sehingga ia jadi seperti cermin yang bersih yang akan memantulkan Cahaya Allah Subhanahuwa Taala.

Mungkin ada orang bertanya;
"Jika seorang itu telah dijadikan dengan mempunyai sifat-sifat binatang, Iblis dan juga Malaikat, bagaimanakah kita hendak tahu yang sifat-sifat Malaikat itu adalah jauharnya yang hakiki dan yang lain-lain itu hanya sementara dan bukan sengaja?"

Jawabannya ialah mutiara atau inti sesuatu makhluk itu ialah dalam sifat-sifat yang paling tinggi yang ada padanya dan khusus baginya. Misalnya keledai dan kuda adalah dua jenis binatang pembawa barang-barang, tetapi kuda itu dianggap lebih tinggi darjatnya dari keledai karena kuda itu digunakan untuk peperangan. Jika ia tidak boleh digunakan dalam peperangan, maka turunlah ke bawah darjatnya kepada darjat binatang pembawa barang-barang saja.

Begitu juga dengan manusia; daya yang paling tinggi padanya ialah ia bisa berfikir yaitu Aqal. Dengan fikiran itu dia bisa memikirkan perkara-perkara Ketuhanan. Jika daya berfikir ini yang meliputi dirinya, maka bila ia mati (bercerai nyawa dari kandung badan), ia akan meninggalkan di belakang semua kecenderungan pada hawa nafsu dan marah, dan layak duduk bersama dengan Malaikat. Jika berkenaan dengan sifat-sifat Kebinatangan, maka manusia itu lebih rendah tarafnya dari binatang, tetapi Aqal menjadikan manusia itu lebih tinggi tarafnya, karena Al-Quran ada menerangkan bahawa;
"Kami telah tundukkan segala makhluk di bumi ini kepada manusia" (Luqman:20)

Jika sifat-sifat yang rendah itu menguasai manusia, maka setelah mati, Ia akan memandang terhadap keduniaan dan merindukan keindahan di dunia saja.

• Ruh manusia yang berakal itu penuh dengan kekuasaan dan pengetahuan yang sangat menakjubkan.

• Dengan Ruh Yang Berakal itu manusia dapat menguasai segala cabang ilmu dan Sains;

• Dapat mengembara dari bumi ke langit dan balik semula ke bumi dalam sekejap mata,

• Dapat memeta langit dan mengukur jarak antara bintang-bintang.

• Dengan Ruh itu juga manusia dapat menangkap ikan ikan dari laut dan burung-burung dari udara, dan

• Menundukkan binatang-binatang untuk tunduk kepadanya seperti gajah, unta dan kuda.

Lima indera (pancaindera) manusia itu adalah ibarat lima buah pintu terbuka menghadap ke Alam Nyata (Alam Syahadah) ini. Lebih ajaib dari itu lagi ialah Hati. Hatinya itu adalah sebuah pintu yang terbuka menghadap ke Alam Arwah (Ruh-ruh) yang ghaib. Dalam keadaan tidur, apabila pintu-pintu deria tertutup, pintu Hati ini terbuka dan manusia menerima khabaran atau kesan-kesan dari Alam Ghaib dan kadang-kadang membayangkan perkara-perkara yang akan datang. Maka hatinya adalah ibarat cermin yang memantulkan (bayangan) apa yang tergambar di Luh Mahfuz. Tetapi meskipun dalam tidur, fikiran tentang perkara keduniaan akan menggelapkan cermin ini. Dan dengan itu gambaran yang diterimanya tidaklah terang. Selepas bercerai nyawa dengan badan(mati), fikiran-fikiran tersebut hilang sirna dan segala sesuatu terlihatlah dalam keadaan yang sebenar. Betullah firman Allah dalam Al-Quran;
"Kami telah buangkan hijab dari kamu dan pandangan kamu hari ini sangatlah terang dan nyata". (Surah Qaf:22).

 

adopted fromartikel Islam Al-Ghozali

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong