Pengantar Pendidikan (Essay)
Sikap Pilih Kasih Guru
Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupannya. Sikap dari seorang guru adalah salah satu faktor yang menentukan bagi perkembangan jiwa dari peserta didik. Karena sikap seroang guru tidak hanya dilihat dalam waktu mengajar saja, tetapi juga dilihat tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari oleh anak didiknya. Pada saat ini banyak sikap dari seorang guru yang tidak lagi mencerminkan sikapnya sebagai seorang pendidik karena adanya berbagai factor yang mestinya tidak terjadi dalam dunia pendidikan.
Dalam pandangan saya yang masih berstatus sebagi seorang pelajar, arti seorang guru bagi muridnya adalah seorang yang dijadikan sebagai contoh atau tauladan yang memberikan ilmu pengetahuan serta pemahaman tentang apa yang murid tidak ketahui/mengerti, juga sebagai orang tua yang selalu mengayomi muridnya yang selalu memberi motivasi kepada muridnya, memberikan nasihat dan saran yang terbaik untuk muridnya tanpa pilih kasih. Akan tetapi, ada sebagian guru yang pilih kasih terhadap siswanya.
Berdasarkan kasus yang pernah saya alami selama saya mengikuti pendidikan, mulai dari jenjang Pendidikan Taman Kanak – kanak sampai pada jenjang Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Atas, sikap pilih kasih seorang guru kepada murid sering terjadi. Sudah hal yang tidak mungkin lagi bagi seorang murid dari anak pejabat yang jelas – jelas tingkat kemampuannya dibiwah dari murid – murid yang lain, yang hanya merupakan anak dari seorang tani, tukang, atau buruh, mendapatkan tindakan pilih kasih dari gurunya. Dimana saat pengumuman kejuaran/ranking, anak dari seorang pejabat tersebut mendapatkan nilai yang amat baik dari pada siswa - siswa yang lain, yang hanya merupakan anak dari seorang tani, tukang, atau buruh dan memiliki kemampuan lebih dari pada murid dari anak pejabat tersebut.
Bukan hanya itu pula, terkadang ada guru yang pilih kasih terhadap murid, entah itu siswa yang berprestasi, siswa yang memiliki hubungan keluarga, dalam hal ini yakni anak dari guru itu sendiri, dan ponakan-ponakan dari anak guru tersebut, atau juga anak dari teman guru sejawat. Ini memungkinkan sesorang pelajar yang lainnya merasa tersisihkan dikarenakan sikap dari seorang guru yang pilih kasih terhadap siswa yang lain. Takjarang hal ini pula membuat mental siswa - siswa yang lain down. Menurut saya hal ini sudah tidak lagi mencerminkan seorang guru sebagai guru professional.
Dari kasus – kasus diatas terdapat beberapa faktor yang membuat seorang guru pilih kasih terhadap seoarang murid, antara lain :
 Faktor status sosial.
Status sosial orangtua dianggap melekat pada murid sehingga tidak asing lagi jika anak seorang pejabat tinggi daerah mendapat perlakuan dan perhatian lebih dari guru atau pihak sekolah. Sejak awal masuk pun murid sudah mendapat diskriminasi, mereka yang menyumbang uang gedung banyak akan dimasukan pada kelas terpilih. Sedangkan yang menyumbang ala kadarnya akan dimasukan pada kelas buangan. Atau orangtua yang kerap menjadi donatur acara sekolah akan diperlakukan istimewa oleh guru-guru. Saya suka melihat beberapa guru terlihat sangat ramah kepada orangtua murid yang bermobil misalnya dibandingkan dengan mereka yang hanya naik sepeda motor.
 Faktor Kekeluargaan
Status keluarga tak jarang membuat seorang guru beriskap pilih kasih terhadap murid. Seorang siswa yang memiliki hubungan pertalian darah atau keluarga dengan seorang guru, entah itu anaknya, ataupun ponakan dari guru tersebut cenderung mendapatkan perlakuan lain, dalam hal ini pilih kasih. Hal itu terbukti ketika proses penilain, sang guru lebih cenderung objective hanya pada murid yang memiliki hubungan pertalian darah (anak) atau keluarga dari guru tersebut, entah murid itu pandai atau pengetahuannya kurang dibandingkan dengan murid lain. Hal ini membuat prestasi belajar murid – murid yang lain menurun dengan hal yang tidak wajar.
 Faktor fisik dan gender
Bukan rahasia jika guru-guru laki-laki lebih menyukai murid-murid yang cantik. Murid yang cantik mudah mendapat nilai bagus dan mendapat perhatian yang lebih bahkan berlebihan dari sang guru. Saya ingat sekalih, ada salah satu dosen yang mengatakan bahwa dia akan memberikan nilai plus pada mahasiswi yang cantik. Hal ini merupakan tindakan yang tidak mencerminkan seorang guru sebagai guru profesional. Selain itu pula sikap pilih kasih seperti ini lebih menuju pada diskriminasi dimana seorang murid yang memiliki fisik yang cukup baik mendapatkan tindakan khusus dibandingkan dengan murid yang hanya biasa – biasa saja.
Dari beberapa factor diatas, jelas bahwa perlakuan tersebut tak jarang berpotensi pada penurunan perstasi belajar siswa. Selain itu pula, sikap guru dalam mendidik memiliki pengaruh terhadap perkembangan jiwa anak didik, sehingga guru dituntut memiliki sikap yang tepat sesuai dengan tuntutan tugas profesionalnya sebagai seorang pendidik yang bertanggung jawab. Sebab sikap dan tingkah laku guru pasti akan dijadikan contoh oleh anak didiknya. Oleh kerena itu guru harus bersikap dan bertindak sesuai norma yang berlaku. Lantas bagaimana cara menghadapi oknum guru-guru yang bersikap diskriminatif dan pilih kasih…..? Melakukan protes saya pikir bukan jalan yang bijaksana karena bisa saja membuat seorang murid semakin dikucilkan. Sebab guru kadang memiliki ego yang tinggi, merasa mereka punya kuasa. Jangankan diprotes karena prilaku subyektifnya, dikritik pun mereka enggan.
Berikut pendapat mengenai sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru. Menurut Alvin W. Howard dalam bukunya Teaching in Middle School, yang dikutip oleh Jasi Muhammad, guru yang baik harus memiliki sikap sebagai berikut:
a. Guru harus bersikap respek terhadap apa yang sedang terjadi disekitarnya
b. Antusias, baik terhadap vaknya, kelasnya, tugasnya dan sesama yang berhubungan dengan hal mengajar
c. Guru harus berbicara jelas, pasti dan dapat menghubungkan dirinya dengan murid-muridnya
d. Tertarik kepada murid sebagai individu
e. Memiliki pengetahuan dan sumber yang cukup
f. Tidak bertindak sarkatis dan kasar
g. Tidak pilih kasih didalam kelas
h. Harus menghindari kemalasan dan ketidaktetapan waktu datang kesekolah.
Guru harus menjadi pembimbing dan penyuluh dalam memelihara dan mengarahkan perkembangan pribadi serta keseimbangan mental anak didiknya. Sikap dan tingkah laku guru pasti akan dijadikan contoh oleh anak didiknya. Oleh kerena itu guru harus bersikap dan bertindak sesuai norma yang berlaku.
Menurut saya walaupun seorang guru melakukan tindakan seperti itu, sebagi seorang pelajar kita tidak perlu menghilangkan respek pada sang guru atau malah membencinya. Sebgai seorang pelajar yang baik seharusnya seorang pelajar bisa mendorong diri mereka sendiri untuk tetap rajin belajar. Memotivasi dan memberi masukan pada diri untuk memperbaiki diri karena bisa jadi sesuatu yang salah itu berasal dari diri sendiri. Persoalan nilai dan ranking bukan tujuan utama namun lebih mengedepankan pada proses. Lantas bagaimanakah sikap yang baik seorang guru agar tercipta anak didik yang menjadi manusia seutuhnya. Karena salah satu tugas guru seperti yang sudah dijelaskan dalam pertemuan sebelumnua bahwa tugas guru memanusiakan manusia.
Selain itu pula terdapat hal – hal yang kita lihat dan kita pikir itu sebagai tindakan pilih kasih akan tetapi, pada intinya bukan bermaksud untuk pilih kasih. Berikut penjelasannya :
 Mendidik itu yang sulit karena tidak semua murid dapat diatur dan menerima apa yang diajarkan oleh guru. Maka tidak sedikit guru yang lebih memperhatikan murid yang mudah diatur daripada yang sulit diatur. Jadi kesannya seperti pilih kasih.
 Penyebab guru pilih kasih bukan hanya itu saja, akan tetapi bisa juga dari faktor murid itu sendiri. Karena ada yang murid lebih pandai atau sifatnya baik dan menonjol dibanding yang lain. Maka, murid yang menutup dirinya sendiri merasa kurang diperhatikan oleh guru.
 Solusinya : Pada saat ini diperlukan guru yang sabar dan mampu mengangkat murid yang biasa saja menjadi yang luar biasa.