Konsep Ketuhanan Dalam Islam
KEIMANAN DAN KETAKWAAN TERHADAP
TUHAN YANG MAHA ESA
Mutmainnah Buhang Nim 411422010 Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Matematika dan Ipa Universitas Ngeri Gorontalo
Dosen Pengampuh Mata Kuliah Agama Islam Prof. Dr. Novianty Djafri S.Pd.I, M.Pd.I
PENDAHULUAN
Pemahaman terhadap konsep ketuhanan dalam Islam dapat membentuk sebuah aqidah yang kokoh pada diri seseorang. Aqidah jam’nya aqaid adalah jaran tentang keimanan terhadap ke-Esaan Allah Swt. Pengertian Islam secara luas adalah keyakinan penuh yang dibenarkan oleh hati, diucapkan oleh lidah dan diwujudkan oleh amal perbuatan (Al-imaanu ‘ aqdun bil qalbi, waiqraaru billisaani, wa’amalun bil arkaan) (Al-Hadits). Pengertian ini menunjukan bahwa iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara ucapahan, hati dan laku perbuatan. Laku perbuatan inilah yang nantinya menjadi symbol ketakwaan pada seseorang. Kunci ketakwaan hanya ada dua hal yakni menjalankan perintah Allah Swt dengan sebenar-benarnya, dan menjauhkan larangannya. Landasannya adalah iman yang mantap dan sempurna. Karenanya untuk mencapai ketakwaan selamanya berpijak pada landasan iman yang mantap dan sempurna itu.
PEMBAHASAN
Keimanan dan Ketakwaan merupakan dua kata yang berkaitan erat dalam laku perbuatan manusia, namun berbeda dalam wujudnya. Keimanan dapat berwujud tigkah laku dan perbuatan atau sebagai aplikasi dari keimanan.
Adapun kesempurnaan keimanan serta intinya sebagaimana telah ditata baik dalam kehidupan beragama dan kemudian menjadi pokok-pokok utama ketauhidan islam yakni dikenal dengan aqidah. Selanjutnya aqidah ini dibentuk ke dalam enam perkara yang yang menjadi azas keimanan dan dikenal dengan rukun iman.
1. Iman Kepada Allah
Keyakinan kepada Allah Yang Maha Esa (tauhid) merupakan titik pusat keimanan, karena setiap aktivitas seoorang muslim senantiasa dipertaukan secara vertikal kepada Allah Swt. Pekerjaan seorang muslim yang dilandasi dengan keimanan dan dimulai dengan niat karena Allah akan membentuk nilai ibadah di sisi Allah. Sebaliknya pekerjaan yang tidak di niatkan karena Allah tidak akan berubah nilai apa-apa.
Islam mengajarkan bahwa iman kepada Allah harus bersih murni, menutup setiap celah yang memungkinkan masuknya syirik (mempersekutukan Allah). Masuknya faham-faham yang merusak tauhid menyebabkan orang terjatuh pada perbuatan syirik, dan syirik merupakan dosa besar yang tidak akan di ampuni Allah.
2. Iman Kepada Para Nabi dan Rasul
Walaupun manusia yang hidup sekarang ini jauh dari kehidupan para nabi dan rasul, namun kita harus yakin dan percaya bahwa nabi atau rasul adalah utusan Allah pemberi kabar kepada manusia. Perlu dibedakan kedudukan nabi dengan rasul. Didalam buku-buku ilmu tauhid disebutkan bahwa dianatara nabi dan rasul adad perbedaan terutama dari segi tugas.
Para nabi menerima tuntunan berupa wahyu, tetapi tidak mempunyai kewajiban menyampaikan wahyu itu kepada manusia. Rasul adalah utusan Allah menerima wahyu dan wajib menyampaikan kepada umat manusia. Rasul adalah adalah manusia menerima wahyu dari Allah selanjutnya menyampaikan kepada umatnya dan sekaligus sebagai contoh konkret pribadi manusia yang baik. Rasul-rasul Allah itu ada yang kisahnya disebutkan didalam Al-Quran ada pula yang tidak. Rasul yang disebutkan namanya ada 25 orang.
3. Iman Kepada Malaikat
Malaikat adalah mahluk gaib, tidak dapat dilihat diraba oleh pancaindra manusia. Meski demikian atas izin Allah malaikat dapat menjelma pada setiap orang yang di kehendakinya. Seperti malaikat Jibril menjelma manusia di hadapan Maryam, Ibu Isa almasih.
Pembuktian tentang peristiwa tersebut tentu tidak dapat oleh akal manusia, melainkan hanya dapat di terima dengan keyakinan (iman), berdasarkan bukti dalil naqli. Kisah tentang malaikat yang menjelma manusia itu ditemukan dalam ayat-ayat Al-Quran antar lain Surat Al-Hijir, ayat 52-55.
4. Iman Kepada Kitab-Kitab Suci
Iman kepada kitab kitab Allah dalam Islam merupakan rangkaian yang tak terpisahkan degan iman kepada Allah. Dalam mengimani kitab-kitab ini Allah ini Al-Quran menyebutkan beberapa kitab suci seperti ; Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud, Taurat diturunkan kepada Nabi Musa, Injil kepada nabi Isa, dan Al-Quran kepada Nabi Muhammad sebagai rasulnya. Meski kitab kitab tersebut turun dari Allah Swt, namun dalam perjalanan sejarah, kecuali Al-Quran, isi kitab-kitab suci itu telah mengalami perubahan, tidak lagi memuat firman-firman Allah yang asli sebagaimana yang disampaikan oleh Jibril kepada para Rasul terdahulu.
Taurat dan Injil dapat dibuktikan telah berubah, ditambah dan dikurangi isinya oleh tangan-tangan manusia yang menjadi pemimpin atau pemuka agama bersangkutan. Salah satu buktinya adalah adanya pendapat seorang Charles J. Adams Guru Besar dan Direktur The I nstitute Of Islamic Studies McGill University, Montreal Canada (1097) yang menyatakan bahwa: “sejak permulaan awal abad XX ini, para ilmuan dengan seksama telah meneliti kitab-kitab suci agama yang diyakini pemeluk agam bersangkutan memuat wahyu ilahi”, namun setelah kurang lebih tujuh puluh tahun lamanya para sarjana meneliti kitab-kitab suci itu, sampailah mereka pada satu kesimpulan bahwa ternyata kitab suci yang masih asli memuat wahyu yang di sampaikan Jibril hanyalah Al-Quran. Yang lainnya sudah tidak asli karena sudah ada tambahan-tambahan disesuaikan dengan keinginan para pemeluknya” (Mohammad Daud Ali 1997 : 215).
5. Iman Kepada Hari Akhir
Hari akhir (kiamat) merupakan perkara yang gaib, dan mengalami proses perjalanan waktu yang cukup panjang entah kapan akan tiba, namun setiap muslim harus beriman kepadanya bahwa hari akhir itu pasti akan dating.
Hukum keserbateraturan dan hokum ketidakkekalan merupakan hokum dasar atau sunnatullah yang berlaku bagi setiap ciptaan Allah tanpa kecuali. Didalam Al-Quran kedua hukum ini di temukan pada beberapa ayat yang menjelaskan tentang kejadian dan akhir manusia, bumi serta alam semesta. Semua mahluk hidup mengalami kematian. Manusia meninggal dalam berbagai tingkatan usia. Hewan dan Tumbuhan secara berangsur-angsur mengalami kepunahan. Mineral-mineral seperti minyak bumi, gas bumi dan mineral lainnya selalu diekploitasi dan dimanfaatkan manusia sehingga mengalami penyusutan yang pada suatu saat akan habis.
Musnahnya kehidupan secara berangsur-angsur berhentinya alam semesta menga,bang dan berkontraksi kembali ke titik awal kejadiannya merupakan bukti nyata adanya hukum ketidakkekalan yang berlaku bagi setiap ciptaan Allah.
6. Iman Kepada Qadha dan Qadar
Untuk tidak bingung memahami kedua kata ini, maka perlu diberikan pengertiannya yakni qadha adalah ketentuan mengenai sesuatu, atau keteapan mengenai sesuatu, sedang qadar adalah ukuran sesuatu menurut hukum tertentu. Mengenai perkataan qadha dan qadar disebutkan dalam Al-Quran antara lain Surat Al-Ahzab ayat 36.