Kerangka Dasar Agama Islam
PENGERTIAN KERANGKA DASAR AGAMA ISLAM
Mutmainnah Buhang Nim 411422010 Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Matematika Dan Ipa Universitas Negeri Gorontalo
Dosen Pengampuh Mata Kuliah Agama Islam Prof. Dr. Noviyanti Djafri S.Pd.I M.Pd.I
PENDAHULUAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerangka memiliki beberapa arti, di antaranya adalah garis besar dan rancangan. Dengan demikian, kerangka dasar ajaran Islam juga disebut garis besar ajaran Islam atau dasar ajaran Islam. Kerangka dasar ajaran Islam terkait erat dengan tujuan ajaran Islam. Secara umum tujuan pengajaran Islam, khususnya di perguruan tinggi adalah membina mahasiswa agar mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah dan berakhlak mulia. Untuk mencapai tujuan tersebut, kerangka dasar ajaran Islam meliputi tiga konsep kajian pokok, yaitu aqidah, syariah dan akhlak. Tiga kerangka dasar ajaran Islam sering juga disebut dengan tiga ruang lingkup pokok ajaran Islam atau trilogi ajaran Islam.
PEMBAHASAN
Jika dikembalikan pada konsep dasarnya, tiga kerangka dasar ajaran Islam di atas berasal dari tiga konsep dasar, yaitu iman, Islam, dan ihsan. Ketiga konsep dasar ini didasarkan pada hadits Nabi Muhammad s.a.w. yang diriwayatkan dari Umar bin Khattab. Hadits ini menceritakan dialog antara malaikat Jibril dengan Nabi. Jibril bertanya kepada Nabi tentang ketiga konsep tersebut. Pertama tentang iman yang dijawab oleh Nabi dengan rukun iman yang enam, yaitu iman kepada Allah s.w.t., malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan qadha- qadar-Nya. Jibril lalu bertanya tentang Islam yang kemudian dijawab oleh Nabi dengan rukun Islam yang lima, yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan puasa di bulan Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah bagi yang mampu. Selanjutnya Jibril bertanya tentang konsep ihsan yang dijawab Nabi dengan rukun ihsan, yaitu seorang hamba beribadah kepada Allah s.w.t. seolah-olah melihat-Nya, dan jika tidak bisa melihat Allah harus diyakini bahwa Allah selalu melihat hamba- Nya.
Berdasarkan hadits di atas dapat dipahami bahwa rukun atau kerangka dasar ajaran Islam itu ada tiga, yaitu iman, Islam dan ihsan. Dari ketiga konsep ini para ulama mengembangkannya menjadi tiga konsep kajian. Konsep iman melahirkan konsep kajian aqidah, konsep Islam melahirkan konsep kajian syariah, dan konsep ihsan melahirkan konsep kajian akhlak.
Hubungan Aqidah, Syariah dan Akhlak Aqidah, syariah dan akhlak mempunyai hubungan yang sangat erat, bahkan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Meskipun demikian, ketiganya dapat dibedakan satu sama lain. Aqidah sebagai sistem keyakinan yang bermuatan elemen-elemen dasar iman menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Syariah sebagai sistem hukum berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlak sebagai sistem nilai menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama. Oleh karena itu, ketiga kerangka dasar tersebut harus terintegrasi dalam diri setiap muslim. Integrasi ketiga komponen tersebut ibarat sebuah pohon, akarnya adalah aqidah, sementara batang, dahan dan daunnya adalah syariah, sedangkan akhlak adalah buahnya. Gambar 6. Kerangka dasar ajaran Islam.
Muslim yang baik adalah orang yang memiliki aqidah yang lurus dan kuat yang mendorongnya untuk melaksanakan syariah yang hanya ditujukan kepada Allah sehingga tergambar akhlak mulia dalam dirinya. Atas dasar hubungan ini pula maka seorang yang melakukan suatu perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi oleh aqidah atau iman, maka ia termasuk kategori kafir. Seorang yang mengaku beriman, tetapi tidak mau melaksanakan syariah, maka ia disebut fasik. Sedangkan seorang yang mengaku beriman dan melaksanakan syariah, tetapi tidak dilandasi aqidah atau iman yang lurus disebut orang munafik.
Aqidah, syariah dan akhlak dalam Al-Qur’an disebut iman dan amal saleh. Iman menunjukkan makna aqidah, sedangkan amal saleh menunjukkan pengertian syariah dan akhlak.
Manusia dan Agama
HUBUNGAN ANTARA MANUSIA DAN AGAMAMutmainnah Buhang Nim 411422010 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika Dan Ipa Universitas Negeri Gorontalo Dosen Pengampuh Mata Kuliah Agama Islam Prof. Dr. Noviyanti Djafri S.Pd.I M.Pd.I
PENDAHULUAN
Setiap manusia yang lahir di dunia membawa fitrah, bakat, dan insting. Yang dibawa manusia ketika lahir adalah fitrah agama, yaitu unsur ketuhanan. Unsur ketuhanan ini di luar ciptaan akal budi manusia dan merupakan sifat kodrat manusia. Kejadian manusia sebagai makhluk ciptaan Allah telah dilengkapi dengan unsur-unsur kemanusiaan, keadilan, kebajikan, dan sebagainya. Manusia dan agama tampaknya merupakan hubungan yang bersifat kodrati. Agama itu sendiri menyatu dalam fitrah penciptaan manusia. Terwujud dalam bentuk ketundukan, kerinduan ibadah, serta sifat-sifat luhur. Jika manusia dilihat dari hubungannya dengan agama, dapat dikatakan bahwa agama dapat membuat manusia menjadi orang beriman dan mampu menjalankan semua tanggung jawabnya sebagai manusia. Kajian ini akan mengurai bagaimana hakikat, martabat, dan tanggung jawab manusia menurut pandangan Islam, khususnya berdasarkan al-Qur'an. Di samping itu, kajian ini juga akan menganalisis keterkaitan antara manusia dengan agama dan sejauh manakah manusia membutuhkan agama serta tantangan yang dihadapi dalam menjalankan agama, baik yang datang dari dalam maupun dari luar diri manusia.
PEMBAHASAN
Manusia merupakan sejumlah kata yang diungkap al-Qur'an yang menunjuk kepada manusia yaitu Insan, Basyar dan Bani Adam. 1).Kata insan menurut Ibnu Manzur mempunyai tiga asal kata. Pertama berasal dari kata anasa yang berarti absara yaitu melihat, alima yang berarti mengetahui, dan isti'zan berarti minta izin. Kedua berasal dari nasiya yang berarti lupa. Ketiga berasal dari kata al-nus yang berarti jinak lawan dari kata al- wahsyah yang berati buas. Muin Salim menyimpulkan bahwa insan mengandung konsep manusia sebagai makhluk yang memiliki sifat keramahan dan kemamapuan mengetahui yang sangat tinggi. Atau dengan ungkapan lain, manusia sebagai makhluk sosial dan kultural. 2). Al-Basyar, Kata al-Basyar terdiri dari huruf ba,syin dan ra (*) secara bahasa berarti pisik manusia. Dalam kamus Mu'jam al wasith dikatakan al-basyar ialah manusia, baik secara perorangan maupun secara kolektif laki-laki atau perempuan.
Bani Adam adalah anak keturunan Nabi Adam as. yang menghuni bumi. Bani Adam menunjukkan kemuliaan keturunan Adam sedang zurriyah Adam adalah keturunan tentu ada yang mulia ada yang tersesat. (Sampo Seha, 2017: 399-410). Manusia merupakan makhluk yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling mulia di antara makhluk ciptaan lainnya. (Lestari, 2017: 1-13). Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan yang di lengkapi dengan akal pikiran. Dalam hal ini Ibn Arrabi misalnya melukiskan hakikat manusia dengan mengatakan bahwa, "Tak ada makhluk Allah yang lebih bagus dari padamanusia yang memiliki daya hidup, mengetahui. berkehendak, berbicara, melihat, mendengar, berpikir, dan memutuskan. Manusia adalah makhluk yang sangat penting, karena dilengkapi dengan penbawaan dan syarat-syarat yang di perlukan bagi mengemban tugas dan fungsinya sebagai makhluk Allah di muka bumi. (Hambali, 2019: 59-70).
Agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya (Depdikbud, 1997: 15). Agama menurut Quraish Shihab (dalam Fuad Nashori, 2002 70) adalah ketetapan ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia. Karakteristik agama adalah hubungan makhluk dengan Sang Pencipta, yang terwujud dalam sikap batinnya, tampak dalam ibadah yang dilakukannya serta tercermin dalam perilaku kesehariannya. Dengan demikian agama meliputi tiga pokok persoalan yaitu tata keyakinan, tata peribadatan dan tata kaidah. (Muhammad Ansori, 2018: 76-97).
Sedangkan agama dalam Al Qur'an disebut dengan din. Istilah din merupakan bawaan dari ajaran Islam dan secara makna bersifat universal, artinya konsep din seharusnya dapat mengakomodir dari seluruh makna agama dan religi itu sendiri. Harun Nasution menjelaskan konsep agama adalah sebagi berikut, dalam bahasa arab agama disebut al-din. dengan panjang mad pada "diin", yang mempunyai beberapa arti yaitu:a. Sistem atau cara,b. Paksaan, kekuatan, dan tekanan
c. Ketaatan, kepatuhan atau peribadatan.d. Pembalasan atau perhitungan. (Fatoni Achmad, 2019).
Agama adalah sistem keyakinan atau kepercayaan manusia terhadap sesuatu zat yang dianggap Tuhan. Kevakinan terhadap suatu zat vane dianggap Tuhan itu Pengetahuan seseorang juga bisa diperoleh berdasarkan input yang datang dari luar, mungkin informasi dari orang tua, guru, atau dari tokoh yang memiliki otoritas ilmu pengetahuan. Secara garis besar ruang lingkup agama mencakup:a. Hubungan manusia dengan tuhannya Hubungan dengan tuhan disebut ibadah. Ibadah bertujuan untuk mendekatkan diri manusia kepada tuhannya. b. Hubungan manusia dengan manusia agama memiliki konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan dan kemasyarakatan.
Konsep dasar tersebut memberikan gambaran tentang ajaran-ajaran agama mengenai hubungan manusia dengan manusia atau disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan. Sebagai contoh setiap ajaran agama mengajarkan tolong-menolong terhadap sesama manusia. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya atau lingkungannya. Di setiap ajaran agama diajarkan bahwa manusia selalu menjaga keharmonisan antara makluk hidup dengan lingkungan sekitar supaya manusia dapat melanjutkan kehidupannya. (Ali Amran, 2015).
Secara psikologis, agama adalah ilusi manusia. Manusia lari kepada agama karena rasa ketidak berdayaan menghadapi bencana. Dengan demikian, segala bentuk prilaku keagamaan merupakan prilaku manusia yang timbul dari dorongan agar dirinya terhinadar bahaya dan dapat memberikan rasa aman. Untuk keperluan itu manusia menciptakan Tuhan dalam pemikirannya. (Abdul Hamid, 2017: 1-14).
Ada beberapa fungsi agama bagi manusia yaitu sebagai berikut:Histon Saya
a) Sebagai pedoman hidup manusia dalam kehidupan sehari-hari, baik secara individu maupun kelompok.b) Sebagai sumber aturan tata cara hubungan manusia dengan Tuhannya, dan juga sesama manusia. c) Sebagai pedoman bagi manusia dalam mengungkapkan rasa kebersamaan dengan sesama manusia. d) Sebagai pedoman perasaan keyakinan manusia terhadap sesuatu yang luar biasa (supranatural) di luar dirinya.e) Sebagai cara manusia mengungkapkan estetika/ keindahan alam semesta dan segala isinya.f) Sebagai cara untuk memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama. (Louisa Sharon Ghea Yulida, 2019). Jadi, kesimpulannya adalah manusia merupakan makhluk yang diciptakan paling sempurna oleh Tuhan kita yaitu Allah SWT sedangkan agama merupakan suatu kepercayaan yang mengatur segala peraturan yang bersifat mengikat dari Allah SWT melalui para Nabi-Nya yang menjadi pedoman hidup manusia yang mampu membawa manusia mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Konsep Ketuhanan Dalam Islam
KEIMANAN DAN KETAKWAAN TERHADAP
TUHAN YANG MAHA ESA
Mutmainnah Buhang Nim 411422010 Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Matematika dan Ipa Universitas Ngeri Gorontalo
Dosen Pengampuh Mata Kuliah Agama Islam Prof. Dr. Novianty Djafri S.Pd.I, M.Pd.I
PENDAHULUAN
Pemahaman terhadap konsep ketuhanan dalam Islam dapat membentuk sebuah aqidah yang kokoh pada diri seseorang. Aqidah jam’nya aqaid adalah jaran tentang keimanan terhadap ke-Esaan Allah Swt. Pengertian Islam secara luas adalah keyakinan penuh yang dibenarkan oleh hati, diucapkan oleh lidah dan diwujudkan oleh amal perbuatan (Al-imaanu ‘ aqdun bil qalbi, waiqraaru billisaani, wa’amalun bil arkaan) (Al-Hadits). Pengertian ini menunjukan bahwa iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara ucapahan, hati dan laku perbuatan. Laku perbuatan inilah yang nantinya menjadi symbol ketakwaan pada seseorang. Kunci ketakwaan hanya ada dua hal yakni menjalankan perintah Allah Swt dengan sebenar-benarnya, dan menjauhkan larangannya. Landasannya adalah iman yang mantap dan sempurna. Karenanya untuk mencapai ketakwaan selamanya berpijak pada landasan iman yang mantap dan sempurna itu.
PEMBAHASAN
Keimanan dan Ketakwaan merupakan dua kata yang berkaitan erat dalam laku perbuatan manusia, namun berbeda dalam wujudnya. Keimanan dapat berwujud tigkah laku dan perbuatan atau sebagai aplikasi dari keimanan.
Adapun kesempurnaan keimanan serta intinya sebagaimana telah ditata baik dalam kehidupan beragama dan kemudian menjadi pokok-pokok utama ketauhidan islam yakni dikenal dengan aqidah. Selanjutnya aqidah ini dibentuk ke dalam enam perkara yang yang menjadi azas keimanan dan dikenal dengan rukun iman.
1. Iman Kepada Allah
Keyakinan kepada Allah Yang Maha Esa (tauhid) merupakan titik pusat keimanan, karena setiap aktivitas seoorang muslim senantiasa dipertaukan secara vertikal kepada Allah Swt. Pekerjaan seorang muslim yang dilandasi dengan keimanan dan dimulai dengan niat karena Allah akan membentuk nilai ibadah di sisi Allah. Sebaliknya pekerjaan yang tidak di niatkan karena Allah tidak akan berubah nilai apa-apa.
Islam mengajarkan bahwa iman kepada Allah harus bersih murni, menutup setiap celah yang memungkinkan masuknya syirik (mempersekutukan Allah). Masuknya faham-faham yang merusak tauhid menyebabkan orang terjatuh pada perbuatan syirik, dan syirik merupakan dosa besar yang tidak akan di ampuni Allah.
2. Iman Kepada Para Nabi dan Rasul
Walaupun manusia yang hidup sekarang ini jauh dari kehidupan para nabi dan rasul, namun kita harus yakin dan percaya bahwa nabi atau rasul adalah utusan Allah pemberi kabar kepada manusia. Perlu dibedakan kedudukan nabi dengan rasul. Didalam buku-buku ilmu tauhid disebutkan bahwa dianatara nabi dan rasul adad perbedaan terutama dari segi tugas.
Para nabi menerima tuntunan berupa wahyu, tetapi tidak mempunyai kewajiban menyampaikan wahyu itu kepada manusia. Rasul adalah utusan Allah menerima wahyu dan wajib menyampaikan kepada umat manusia. Rasul adalah adalah manusia menerima wahyu dari Allah selanjutnya menyampaikan kepada umatnya dan sekaligus sebagai contoh konkret pribadi manusia yang baik. Rasul-rasul Allah itu ada yang kisahnya disebutkan didalam Al-Quran ada pula yang tidak. Rasul yang disebutkan namanya ada 25 orang.
3. Iman Kepada Malaikat
Malaikat adalah mahluk gaib, tidak dapat dilihat diraba oleh pancaindra manusia. Meski demikian atas izin Allah malaikat dapat menjelma pada setiap orang yang di kehendakinya. Seperti malaikat Jibril menjelma manusia di hadapan Maryam, Ibu Isa almasih.
Pembuktian tentang peristiwa tersebut tentu tidak dapat oleh akal manusia, melainkan hanya dapat di terima dengan keyakinan (iman), berdasarkan bukti dalil naqli. Kisah tentang malaikat yang menjelma manusia itu ditemukan dalam ayat-ayat Al-Quran antar lain Surat Al-Hijir, ayat 52-55.
4. Iman Kepada Kitab-Kitab Suci
Iman kepada kitab kitab Allah dalam Islam merupakan rangkaian yang tak terpisahkan degan iman kepada Allah. Dalam mengimani kitab-kitab ini Allah ini Al-Quran menyebutkan beberapa kitab suci seperti ; Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud, Taurat diturunkan kepada Nabi Musa, Injil kepada nabi Isa, dan Al-Quran kepada Nabi Muhammad sebagai rasulnya. Meski kitab kitab tersebut turun dari Allah Swt, namun dalam perjalanan sejarah, kecuali Al-Quran, isi kitab-kitab suci itu telah mengalami perubahan, tidak lagi memuat firman-firman Allah yang asli sebagaimana yang disampaikan oleh Jibril kepada para Rasul terdahulu.
Taurat dan Injil dapat dibuktikan telah berubah, ditambah dan dikurangi isinya oleh tangan-tangan manusia yang menjadi pemimpin atau pemuka agama bersangkutan. Salah satu buktinya adalah adanya pendapat seorang Charles J. Adams Guru Besar dan Direktur The I nstitute Of Islamic Studies McGill University, Montreal Canada (1097) yang menyatakan bahwa: “sejak permulaan awal abad XX ini, para ilmuan dengan seksama telah meneliti kitab-kitab suci agama yang diyakini pemeluk agam bersangkutan memuat wahyu ilahi”, namun setelah kurang lebih tujuh puluh tahun lamanya para sarjana meneliti kitab-kitab suci itu, sampailah mereka pada satu kesimpulan bahwa ternyata kitab suci yang masih asli memuat wahyu yang di sampaikan Jibril hanyalah Al-Quran. Yang lainnya sudah tidak asli karena sudah ada tambahan-tambahan disesuaikan dengan keinginan para pemeluknya” (Mohammad Daud Ali 1997 : 215).
5. Iman Kepada Hari Akhir
Hari akhir (kiamat) merupakan perkara yang gaib, dan mengalami proses perjalanan waktu yang cukup panjang entah kapan akan tiba, namun setiap muslim harus beriman kepadanya bahwa hari akhir itu pasti akan dating.
Hukum keserbateraturan dan hokum ketidakkekalan merupakan hokum dasar atau sunnatullah yang berlaku bagi setiap ciptaan Allah tanpa kecuali. Didalam Al-Quran kedua hukum ini di temukan pada beberapa ayat yang menjelaskan tentang kejadian dan akhir manusia, bumi serta alam semesta. Semua mahluk hidup mengalami kematian. Manusia meninggal dalam berbagai tingkatan usia. Hewan dan Tumbuhan secara berangsur-angsur mengalami kepunahan. Mineral-mineral seperti minyak bumi, gas bumi dan mineral lainnya selalu diekploitasi dan dimanfaatkan manusia sehingga mengalami penyusutan yang pada suatu saat akan habis.
Musnahnya kehidupan secara berangsur-angsur berhentinya alam semesta menga,bang dan berkontraksi kembali ke titik awal kejadiannya merupakan bukti nyata adanya hukum ketidakkekalan yang berlaku bagi setiap ciptaan Allah.
6. Iman Kepada Qadha dan Qadar
Untuk tidak bingung memahami kedua kata ini, maka perlu diberikan pengertiannya yakni qadha adalah ketentuan mengenai sesuatu, atau keteapan mengenai sesuatu, sedang qadar adalah ukuran sesuatu menurut hukum tertentu. Mengenai perkataan qadha dan qadar disebutkan dalam Al-Quran antara lain Surat Al-Ahzab ayat 36.