MAKALAH KARAKTERISTIK, STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (SPPKB)

21 October 2014 12:16:04 Dibaca : 7331 Kategori : Geografi

Makalah
KARAKTERISTIK, STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (SPPKB)
Disusun Oleh Kelompok
Ni Komang Sri Indriyani

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Sedangkan mengajar adalah suatu roses penyampaian atau pemberitahuan pengetahuan. Dua konsep ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Perubahan tingkah laku terjadi setelah kegiatan belajar dilalui dengan berbagai proses, seperti mendengar, mengamati, melihat dan sebagainya. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Berdasarkan pengertian tersebut, belajar merupakan suatu proses, aktivitas atau kegiatan yang didapat melalui pengalaman. Oleh sebab itu guru dalam melakukan pembelajaran harus memahami terlebih dahulu karakteristik siswa sehingga dapat menentukan strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran tertentu, salah satunya adalah Karakteristik dan Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir, yang akan dibahas dalam makalah ini.
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir atau SPPKB merupakan setrategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampan berpikir siswa. Strategi Pembelajaran seperti ini termasuk ke dalam model pembelajaran cogniteve growth: increasing the capacity to think. Dalam SPPKB, materi pelajaran tidak disajikan begitu saja ke pada siswa. Akan tetapi, siswa dibimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus-menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa. (Menurut Joyce dan Weil, 1980 dalam Buku Wina Sanjaya).
SPPKB menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh dalam belajar. Hal ini sesuai dengan hakikat SPPKB yang tidak mengharapkan siswa sebagai obyek belajar yang hanya duduk mendengarkan penjelasan guru, kemudian mencatat yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran dan mencatat untuk dihafalkan.
Walaupun tujuan SPPKB sama dengan strategi pembelajaran inkuri yaitu agar siswa dapat mencari dan menemukan materi pelajaran sendiri, akan teapi keduanya memiliki perbedaan yang mendasar. Perbedaan tersebut terletak pada pola-pola pembelajaran yang di gunakan. Dalam proses pembelajaran SPPKB, guru memanfaatkan pengalaman siswa sebagai titik tolak berpikir, bukan teka-teki yang harus dicari sendiri jawabanya seperti dalam pola inkuri. Berdasarkan permasalahan yang ada maka kami membuat makalah dengan judul “Karakteristik, Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir”.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini yaitu:
1. Apa hakikat dan pengertian Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)?
2. Apa latar belakang Filosofis dan Psikologis SPPKB ?
3. Apa hakikat kemampuan berpikir dalam SPPKB ?
4. Apa saja karakteristik SPPKB ?
5. Apa perbedaan SPPKB dengan pembelajaran konvensional ?
6. Apa saja tahapan-tahapan pebelajaran SPPKB ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas yaitu:
1. Untuk dapat mengetahui hakikat dan pengertian SPPKB
2. Untuk dapat mengetahui latar belakang Filosofis dan Psikologis SPPKB
3. Untuk dapat mengetahui hakikat kemampuan berpikir dalam SPPKB
4. Untuk dapat mengetahui karakteristik SPPKB
5. Untuk dapat mengetahui perbedaan SPPKB dengan pembelajaran konvensional
6. Untuk dapat mengetahui tahapan-tahapan pembelajaran SPPKB

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Dan Pengertian SPPKB
Telah dijelaskan bahwa salah satu kelemahan proses pembelajaran yang dilaksanakan para guru kita adalah kurang adanya usaha pengembangan kemampuan berfikir siswa. Dimana dalam setiap proses pembelajaran para guru lebih banyak mendorong agar siswa dapat menguasai sejumlah materi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang diharapkan seharusnya dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa.
Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berfikir (SPPKB) adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berfikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.
Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian diatas yaitu :
1. SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh SPPKB adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal. Hal ini didasarkan kepada asumsi bahwa kemampuan berbicara secara verbal merupakan salah satu kemampuan berfikir.
2. Telaah fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari atau berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
3. Sasaran akhir SPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir berdasarkan pengalaman siswa itu sendiri dengan pemberian pertanyaan-pertanyaan yang dapat memacu anak tersebut untuk berpikir sehingga dapat menemukan konsep sendiri. (Wina Sanjaya, 2006).

2.2 Latar Belakang Filosofis Dan Psikologis SPPKB
2.2.1 Latar Belakang Filosofis
Pembelajaran adalah proses interaksi baik antara manusia dan manusia atau pun antara manusia dan lingkungan. Proses interaksi ini diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, misalkan yang berhubungan dengan tujuan perkembangan kognitif, afektif, atau psikomotor. Tujuan pengembangan kognitif adalah proses pengembangan intelektual yang erat kaitannya dengan meningkatkan aspek pengetahuan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Dilihat dari bagaimana pengetahuan itu bisa diperoleh, dapat didekati dari dua pendekatan yang berbeda, yaitu pendekatan rasional dan pendekatan empiris rasional menyatakan bahwa pengetahuan menuju kepada objek dan kebenaran itu merupakan akibat dari deduksilogis. Sedangkan empiris menekankan kepada pengalaman dan penetahuan induktif. Selain itu, terdapat aliran konstruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek, tetapi juga dari kemampuan subjek yang menangkap objek yang diamati. (Wina Sanjaya, 2006).
Oleh sebab itu, pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterprestasi objek tersebut. Dengan demikian, pengetahuan itu tidak bersifat statis tapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengkonstruksikannya. Inilah dasar filosofis dalam pembelajaran berpikir.
Selanjutnya, hakikat pengetahuan menurut filsafat konstruktivisme adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui subjek.
b. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk pengetahuan.
c. Pengetahuan dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan apabila konsepsi itu berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang (Menurut Suparno, 1992:21 dalam buku Wina Sanjaya)
Aliran konstruktivisme menganggap bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada orang lain, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing individu. Oleh sebab itu, model pembelajaran berpikir menekankan kepada aktivitas siswa untuk mencari pemahaman akan objek, menganalisis, dan mengonstruksikannya sehingga terbentuk pengetahuan baru dalam diri individu.
2.2.2 Latar Belakang Psikologis
Landasan psikologis SPPKB adalah aliran psikologis kognitif. Menurut aliran kognitif, belajar pada hakikatnya merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral. Sebagai peristiwa mental perilaku manusia tidak hanya merupakan gerakan fisik saja, akan tetapi yang lebih penting adalah adnya faktor pendorong yang menggerakan fisik itu. Piaget menyatakan: “children have a built-in desire to learn.” Inilah yang melatarbelakangi SPPKB.
Dalam perspektif psikologi kognitif sebagai landasan SPPKB, belajar adalah proses aktif individu dalam membangun pengetahuan dan pencapaian tujuan. Artinya, proses belajar tidaklah tergantung pada pengaruh dari luar, tetapi sangat tergantung kepada individu yang belajar (student centered). Individu adalah organisme yang aktif. Ia adalah sumber dari pada semua kegiatan. Pada hakikatnya manusia adalah benas untuk berbuat, manusia bebas untuk membuat satu pilihan dalam setiap situasi, dan titik pusat kebebasan itu adalah kesadarannya sendiri. Oleh sebab itu psikologi kognitif memandang bahwa belajar itu proses mental. Tingkah laku manusia adalah hanya ekspresi yang dapat diamati sebagai akibat dari eksistensi internal yang pada hakikatnya bersifat pribadi. Teori kognitif berkenaan dengan bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan dan bagaimana mereka menggunakan pengetahuan tersebut untuk berprilaku lebih efektif.

2.3 Hakikat Kemampuan Berpikir Dalam SPPKB
Strategi Pebelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) merupakan model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan kemampuan berfikir siswa. Menurut Peter Reason (1981), berfikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). Mengingat dan memahami lebih pasif dari berfikir. Mengingat pada dasarnya hnay melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan, sedangkan memahami memerlukan pemerolehan apa yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antara aspek dalam memori. Berfikir adalah istilah yang lebih dari keduanya. Berfikir menyebabkan sesorang harus bergerak sehingga diluar informasi yang di dengarnya. Misalkan kemampuan berfikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu yang dihadapi.
Kemampuan berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, oleh sebab itu kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Artinya, belum tentu seseorang memiliki kemampuan mengingat dan memahami memiliki kemampuan juga dalam berpikir. Sebaliknya, kemampuan berpikir seseorang sudah pasti diikuti oleh kemampuan mengingat dan memahami.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka SPPKB bukan hanya sekedar model pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami data, fakta dan konsep, akan tetapi bagaimana data, fakta dan konsep tersebut dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan berfikir siswa dalam menghadapi dan memecahkan suatu persoalan.

2.4 Karakteristik SPPKB
Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berfikir, SPPKB memiliki tiga karakteristik utama, yaitu sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan pada proses mental siswa secara maksimal. SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. Hal ini sesuai dengan latar belakang psikologis yang menjadi tumpuannya, bahwa pembelajaran itu adalah peristiwa mental bukan peristiwa behavioral yang lebih menekankan aktivitas fisik. Artinya setiap kegiatan belajar itu disebabkan tidak hanya peristiwa hubungan stimulus-respons saja, tetapi juga disebabkan karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
Berkaitan dengan karakteristik tersebut, maka dalam proses implementasi SPPKB perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Jika belajar bergantung pada bagaimana informasi diproses secara mantal, maka proses kognitif siswa harus menjadi kepedulian utama para guru. Artinya para guru harus menyadari bahwa proses pembelajaran itu yang terpenting bukan hanya apa yang dipelajari, tetapi bagaimana cara mereka mempelajarinya.
b. Guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan kognitif siswa ketika merencanakan topic yang harus dipelajari serta metode apa yang skan digunakan.
c. Siswa harus mengordinasi yang mmereka pelajari. Dalam hal ini guru harus membantu agar siswa belajar untuk melihat hubungan antarbagian yang dipelajari.
d. Informasi baru akan bisa ditangkap lebih mudah oleh siswa, manakala siswa dapat mengorganisasikannya dengan pengetahuan yang telah mereka miliki.
e. Siswa harus secara aktif merespons apa yang mereka pelajari. Merespons dalam konteks ini adalah aktivitas mental bukan aktivitas secara fisik.
2. SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan Tanya jawab secara terus menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka kontruksi sendiri.
3. SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan pada dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru.

2.5 Perbedaan SPPKB Dengan Pembelajaran Konvensional
Ada perbedaan pokok antara SPPKB dengan pembelajaran yang selama ini banyak dilakukan guru. Perbedaan tersebut adalah :
1. SPPKB menempatkan pesreta didik sebagai subjek belajar, artinya peserta didik berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menggali pengalamannya sendiri; sedangkan dalam pembelajaran konvensional peserta didik ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.
2. Dalam SPPKB, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata melalui penggalian penglaman sitiap siswa; sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.
3. Dalam SPPKB, perilaku dibangun atas kesadaran diri; sedangkan dalam proses pembelajaran konvensional perilaku dibangun atas proses kebiasaan.
4. Dalam SPPKB, kemampuan didasarkan atas penggalian pengalaman; sedangkan dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan.
5. Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui SPPKB adalah kemampuan berpikir melalui proses menghubungkan antara penglaman dan kenyataan; sedangkan dalam proses pembelajaran konvensional tujuan akhir adalah penguasaaan materi pembelajaran.
6. Dalam SPPKB tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri; sedangkan dalam proses pembelajan konvensional tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya.
7. Dalam SPPKB, pengtahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan penglaman yang dialaminya, oleh sebab itu setiap peserta didik bisa terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya. Dalam pembelajaran konvensional, hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolute dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.
8. Tujuan yang ingin dicapai oleh SPPKB adalah kemampuan siswa dalam proses berfikir untuk memperoleh pengetahuan, maka kriteria keberhasilan ditentukan oleh proses dan hasil belajar; sedangkan dalam prosses pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes.
Beberapa perbedaan diatas menggambarkan bahwa SPPKB memang memiliki perbedaan baik dilihat dari asumsi maupun proses pelaksanaan dan pengelolaan.

2.6 Tahapan-Tahapan Pebelajaran SPPKB
SPPKB menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh dalam belajar. Hal ini sesuai dengan hakikat SPPKB yang tidak mengharapkan siswa sebagai objek belajar yang hanya duduk mendengarkan penjelasan guru keudian mencatat untuk dihafalkan. Cara yang demikian bukan saja tidak sesuai dengan hakikat belajar sebagai usaha memperoleh pengalaman, namun juga dapat menghilangkan gairah dan motivasi belajar siswa (Menurut George W. Maxim, 1987 dalam buku Wina Sanjaya 2006).
Ada 6 tahap dalam SPPKB. Setiap tahap akan dijelaskan sebagai berikut ini:
1. Tahap Orientasi
Pada tahap ini guru mengkondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran. Tahap orientasi ini dilakukan dengan,
a. Penjelasan tujuan yang harus dicapai baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran yang harus dicapai, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan berfikir yang harus dimilki siswa.
b. Penjelasan proses pembelajaran yang harus dilakukan siswa, yaitu penjelassan tentang apa yang harus dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.
2. Tahap Pelacakan
Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan. Pada tahap ini guru bisa melakukan dialog tanya jawab pada siswa dengan pertanyaan yang dianggap relevan dengan tema yang akan diajarkan. Dengan berbekal pemahaman itulah selanjutnya guru menentukan bagaimana ia harus mengembangkan dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.

3. Tahap Konfrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pemahaman siswa. Untuk merangsang tingkat peningkatan kemampuan siswa pada tahap ini guru memberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang memerlukan jawaban atau jalan keluar.
4. Tahap Inkuiri
Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam SPPKB. Pada tahap ini siswa harus berfikir yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuiri, siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh sebab itu, pada tahapan ini guru harus memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dalam upaya memecahkan persoalan melalui berbagai teknik.
5. Tahap Akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Pada tahap ini melalui dialog guru membimbing agar siswa dapat menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik yang dipermasalahkan. Tahap ini bisa juga dikatan sebagai tahapan pemantapan hasil belajar, sebab pada tahap ini siswa diarahkan untuk mampu mengungkap kembali pembahasan yang dianggap penting dalam roses pembelajaran.
6. Tahap Transfer
Tahap transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah yang disajikan. Tahap transfer dimaksudkan agar agar siswa mampu menstransfer kemampuan berpikir setiap siswa, untuk memecahkan masalah-masalah baru. Pada tahap ini guru memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topik pembahasan.
Berdasarkan tahapan-tahapan yang telah dijelaskan, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar Strategi Pembelajaran Kemampuan Berfikir dapat berhasil dengan sempurna khususnya bagi guru sebagai pengelola pembelajaran.
1. Strategi Pembelajaran Kemampuan Berfikir adalah model pembelajaran yang bersifat demokratis, oleh sebab itu guru harus mampu menciptakan suasana yang terbuka dan saling menghargai, sehingga setiap siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam menyampaikan pengalaman dan gagasan. Dalam Strategi Pembelajaran Kemampuan Berfikir guru harus menempatkan siswa sebagai subyek belajar bukan sebagai obyek .oleh sebab itu, inisiatif pembelajaran harus muncul dari siswa sebagai subyek belajar.
2. Strategi Pembelajaran Kemampuan Berfikir dibangun dalam suasana tanya jawab, oleh sebab itu guru dituntut untuk dapat mengembangkan kemampuan bertanya, misalnya kemampuan bertanya untuk melacak, kemampuan bertanya untuk memancing, bertanya induktif-deduktif, dan mengembangkan pertanyaan terbuka dan tertutup. Hindari peran guru sebagai sumber belajar yang memberikan informasi tentang materi pelajaran.
3. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir juga merupakan model pembelajaran yang dikembangkan dalam suasana dialogis, karena itu guru harus mampu merangsang dan membangkitkan keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan, menjelaskan, membuktikan dengan memberikan data dan fakta sosial serta keberanian untuk mengeluarkan ide dan gagasan serta menyusun kesimpulan dan mencari hubungan antar aspek yang dipermasalahkan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau penglaman anak sebagai bahan memecahkan masalah yang dianjurkan. Pembelajaran adalah proses interaksi baik antara manusia dengan manusia ataupun manusia dengan lingkungan yang memiliki tujuan tertentu. Dalam perspektif psikologi kognitif sebagai landasan SPPKB, belajar adalah proses aktif individu dalam membangun pengetahuan dan pencapaian tujuan.
SPPKB merupakan strategi pembelajaran yang mana tujuan akhir dari pembelajarannya adalah siswa terlatih mengungkapkan ide-ide untuk memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan materi yang diajarkan. Tidak hanya memecahkan permasalahan, siswa juga terlatih dalam berpikir kritis dan kreatif. Dimana pada hakikatnya Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan pada proses mental siswa secara maksimal. SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyarankan agar kedepannya, guru dapat menerapkan Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir dengan baik agar siswa terlatih dalam berpikir kritis dan kreatif. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Sebelum dan sesudahnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi kebaikan di masa yang akan datang.