Geomorfologi Indonesia Bentuklahan
Tugas
GEOMORFOLOGI INDONESIA
KLASIFIKASI BENTUKLAHAN
Oleh :
Ni Komang Sri Indriyani
451 412 046
Geografi A
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2014
MACAM-MACAM BENTUKLAHAN
A. Bentuklahan Asal Struktural
Bentuklahan asal struktural merupakan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Bentuklahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan pada awalnya hampir semua bentuklahan muka bumi ini dibentuk oleh kontrol struktural.
Bentukan ini dihasilkan dari struktur geologi. Terdapat dua tipe utama struktur geologi yang memberikan kontrol terhadap geomorfologi yaitu: struktur aktif yang menghasilkan bentukan baru dan struktur tidak aktif yang merupakan bentuklahan yang dihasilkan oleh perbedaan erosi masa lalu.
Bentuklahan asal struktural terjadi akibat adanya tenaga endogen yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan adanya tekanan pada lempeng atau kerak bumi. Akibat tekanan tersebut, timbulnya lipatan dan atau patahan. Lipatan terjadi apabila tenaga endogen tersebut tidak melebihi daya tahan material terhadap adanya tekanan sedangkan patahan terjadi apabila tenaga endogen tersebut melebihi besarnya daya tahan material tersebut. Dalam struktur geologi antara lain dipelajari: bentuk lipatan dan patahan dengan perkembangannya. Bentuk-bentuk lipatan dibedakan menjadi sinklinal dan antiklinal. Bentuklahan asal struktural adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
a. Pegunungan blok sesar
b. Gawir sesar
c. Pegunungan antiklinal
d. Perbukitan antiklinal
e. Perbukitan atau pegunungan sinklinal
f. Pegunungan monoklinal
g. Pegunungan atau perbukitan kubah
h. Pegunungan atau perbukitan plato
i. Lembah antiklinal
j. Hogback atau cuesta
Contoh dari bentuklahan asal Struktural yaitu Gunung bawakaraeng yang terlatak di daerah Makassar terbentuk karena adanya proses pengangkatan sehingga membentuk kesatuan jajaran pegunungan Lompobattang. Selain itu, Pegunungan Lipatan di Wonosari, Goronralo, pegunungan Verbeek di Sulawesi Tengah, Ngarai Sianok di Sumatra yang terbentuk akibat adanya patahan Semangko, juga merupakan bentuklahan asal struktural.
Gambar 1.1 Gunung bawakaraeng Gambar 1.2 Ngarai Sianok
B. Bentuklahan Asal Vulkanik
Bentuklahan asal vulkanik merupakan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas gunung api. Vulkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma yang bergerak naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentuklahan yang secara umum disebut bentuklahan gunungapi atau vulkanik.
Satuan geomorfologi dari bentukan ini ada 10 macam, yaitu kerucut vulkanik, lereng vulkanik, kaki vulkanik, dataran vulkanik, padang lava, padang lahar, dataran antar vulkanik, bukit vulkanik terdenudasi, boka, dan kerucut parasiter. Semua fenomena yang berkaitan dengan proses gerakan magma dari dalam bumi menuju ke permukaan bumi yang menghasilkan bentukan yang cenderung positif di permukaan bumi yang disebut sebagai bentukan volkanik. Contohnya puncak gunung lokon manado sulawesi utara, dan Gunung kerinci di Sumatra.
Gambar 1.3 Gunung Lokon Gambar 1.4 Gunung Kerinci
C. Bentuklahan Asal Denudasional
Merupakan bentuklahan yang terjadi akibat proses degradasi seperti longsor dan erosi. Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses pelapukan gerakan tanah erosi dan kemudian diakhiri proses pengendapan. Semua proses pada batuan baik secara fisik maupun kimia dan biologi sehingga batuan menjadi desintegrasi dan dekomposisi.
Bentukan ini terbentuk oleh proses gradasi yang di dalamnya terdapat dua proses yaitu (1) proses agradasi, dan (2) proses degradasi. Proses agradasi adalah berbagai proses sedimentasi dan pembentukan lahan baru sebagai material endapan dari proses degradasi. Sedangkan proses degradasi adalah proses hilangnya lapisan-lapisan dari permukaan bumi. Psoses degradasi adalah proses yang paling dominan yang terjadi.
Satuan geomorfologi dari bentukan ini ada 8 macam, yaitu pegunungan terkikis, perbukitan terkikis, bukit sisa, bukit terisolasi, dataran nyaris, lereng kaki, pegunungan atau perbukitan dengan gerakan masa batuan, dan lahan rusak.
Contoh dari bentuklahan denudasional yaitu bukit sisa, lembah sungai, lahan kritis dan Erosi pada aliran sungai di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat.
Gambar 1.5 Bukit sisa (residual hill) Gambar 1.6 Erosi pada aliran sungai
D. Bentuklahan Asal Fluvial
Merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas sungai. Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan dataran aluvial (fda) dan bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh material sedimen berbutir halus.
Bentukan-bentukan ini terutama berhubungan dengan daerah-daerah penimbunan seperti lembah-lembah sungai besar dan dataran aluvial. Bentukan-bentukan kecil yang mungkin terjadi antara lain dataran banjir (Fdb), tanggul alam (Fta), teras sungai (Fts), dataran berawa (Fbs), gosong sungai (Fgs) dan kipas aluvial (Fka). Asosiasi antara proses fluvial dengan marin kadang membentuk delta (Fdt) di muara sungai yang relatif tenang. Beberapa hal proses-proses fluvial seperti pengikisan vertikal maupun lateral dan berbagai macam bentuk sedimentasi sangat jelas dapat dilihat pada citra atau foto udara. Bentuklahan asal fluvial adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
a. Dataran aluvial
b. Rawa, danau, rawa belakang
c. Dataran banjir
d. Tanggul alam
e. Teras sungai
f. Kipas aluvial
g. Gosong
h. Delta
i. Dataran delta
Bentuklahan asal fluvial: bentuklahan akibat pengerjaan sungai. contoh: meander, gosong pasir, dataran banjir (flood plain), point bar. Contoh lain yaitu Pulau Kemaro disumatra di tengah sungai Musi, Palembang Sumatera Selatan.
Gambar 1.7 Meander Gambar 1.8 Pulau Kemaro
E. Bentuklahan Asal Marine
Merupakan bentuklahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut. Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan pertemuan terumbu karang. Bentuklahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine berada di kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai. Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer ke arah darat, tetapi terkadang hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh mana efektifitas proses abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantung dari kondisi pesisirnya. Proses lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu, berupa gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun.
Contoh satuan bentuklahan ini adalah: Gisik, Dataran pantai, Beting pantai, Laguna, Rataan pasang-surut, Rataan lumpur, Teras marin, Gosong laut, Pantai berbatu. Karena kebanyakan sungai dapat dikatakan bermuara ke laut, maka seringkali terjadi bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses fluvial dan proses marine. Kombinasi ini disebut proses fluvio-marine. Contoh-contoh satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses fluvio marine ini antara lain delta dan estuari. Contoh bentuklahan marine diantaranya pantai, tebing pantai, beach ridge, swales, marine terrace, atol, coral reef, dan lagoon, tombolo,
Gambar 1.9 Pantai cubadak dan Pantai Cermin Serdang Sumatera
Gambar 1.10 Tombolo
F. Bentuklahan Asal Glasial
Merupakan bentuklahan yang terjadi akibat proses gerakan es (gletser). Contoh satuan bentuklahan ini antara lain lembah menggantung dan marine. Bentukan ini tidak berkembang di indonesia yang beriklim tropis ini, kecuali sedikit di puncak gunung jaya wijaya, papua. Bentuklahan asal glasial dihasilkan oleh aktifitas es/gletser yang menghasilkan suatu bentang alam.
Gletser terjadi di mulai pada lereng pergunungan yang berbentuk cekungan yang di sebut dengan sirka (cirque). Gletser terbentuk ketika salju segar turun, setelah mengendap udara yang terperangkap di antara serpihan salju terdorong keluar sehingga terjadi keping salju padat yang di sebut dengan firn. Saat salju semakin banyak turun di puncak pegunungan, firn akan terpadatkan menjadi es gletser. Bebatuan (till) yang jatuh dari puncak gunung pun akan ikut terbawa oleh gletser ini. Di daerah yang curam es terpecah menjadi rekahan-rekahan yang berbentuk baji (crevasse). Di ujungnya gletser mencair dan membentuk aliran sungai yang mengalir ke bawah pegunungan. Karena gletser berisi dari berbagai macam zat seperti bebatuan, salju, dan sedimen, sehingga saat gletser meluncur ke bawah akan merubah kontur dari pegunungan.
Semua satuan bentuklahan tersebut memiliki karakter yang khas dan mencerminkan ciri tertentu. Dengan demikian maka, dengan mengenal nama satuan bentuklahan akan dapat dibayangkan sifat alaminya. Satuan bentuklahan ini sangat penting terutama dalam konteks kajian lingkungan, baik lingkungan fisik, biotis, maupun kultural (Suhendra, 2009).
Gambar 1.11 Bentuklahan asal Glasial
G. Bentuklahan Asal Eolian
Merupakan bentuklahan yang terjadi akibat proses angin. Bentuklahan asal proses eolin dapat terbentuk dengan baik jika memiliki persyaratan sebagai berikut :
1. Tersedia material berukuran pasir halus hingga pasir kasar dengan jumlah yang banyak
2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas
3. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir tersebut
4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun objek yang lain.
Endapan oleh angin terbentuk oleh adanya pengikisan, pengangkutan dan pengendapan bahan-bahan tidak kompak oleh angin. Pada hakekatnya bentuklahan asal proses eolin dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Erosional, contohnya : lubang angin dan lubang ombak
2. Deposisional, contohnya : gumuk pasir (sandunes)
3. Residual , contohnya : lag deposit, deflation hollow , dan pans
Satuan bentuklahan ini antara lain: gumuk pasir barchan, parallel, parabolik, bintang, lidah, dan transversal.
Gerakan udara atau angin dapat membentuk medan yang khas dan berbeda dari bentukan proses lainnya. Endapan angin terbentuk oleh pengikisan, pengangkatan, dan pengendapan material lepas oleh angin. Endapan angin secara umum dibedakan menjadi gumuk pasir dan endapan debu. Bentuklahan asal eolin adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
a. Gumuk pasir
b. Gumuk pasik barkan
c. Gumuk pasir pararel
Bentuklahan asal aeolin: bentuklahan akibat proses erosi angin. contoh: gumuk pasir (sandune) dan barchan.
Gambar 1.12 Gumuk pasir
H. Bentuklahan Asal Solusional
Bentuklahan asal solusional merupakan bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut, seperti batu gamping dan dolomite, karst menara, karst kerucut, doline, uvala, polye, goa karst, dan logva, merupakan contoh-contoh bentuklahan ini.
Bentuklahan yang terjadi pada daerah karst dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu bentuklahan negative dan bentuklahan positif.
a. Bentuklahan Negatif
Bentuklahan negative dimaksudkan bentuklahan yang berada di bawah rata-rata permukaan setempat sebagai akibat proses pelarutan, runtuhan maupun terban. Bentuklahan-lahan tersebut antara lain terdiri atas doline, uvala, polye, cockpit, blind valley.
1. Doline
Doline merupakan bentuklahan yang paling banyak dijumpai di kawasan karst. Bahkan di daerah beriklim sedang, karstifikasi selalu diawali dengan terbentuknya doline tunggal akibat dari proses pelarutan yang terkonsentrasi. Tempat konsentrasi pelarutan merupakan tempat konsentrasi kekar, tempat konsentrasi mineral yang paling mudah larut, perpotongan kekar, dan bidang perlapisan batuan miring. Doline-doline tungal akan berkembang lebih luas dan akhirnya dapat saling menyatu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa karstifikasi (khususnya di daerah iklim sedang) merupakan proses pembentukan doline dan goa-goa bawah tanah, sedangkan bukit-bukit karst merupakan bentukan sisa/residual dari perkembangan doline.
2. Uvala
Uvala adalah cekungan tertutup yang luas yang terbentuk oleh gabungan dari beberapa danau doline. Uvala memiliki dasar yang tak teratur yang mencerminkan ketinggian sebelumnya dan karakteristik dari lereng doline yang telah mengalami degradasi serta lantai dasarnya tidak serata polje (Whittow, 1984)
3. Polje
Polje adalah ledokan tertutup yang luas dan memanjang yang terbentuk akibat runtuhnya dari beberapa goa, dan biasanya dasarnya tertutup oleh alluvium.
4. Blind Valley
Blind Valley adalah satu lembah yang mendadak berakhir/ buntu dan sungai yang terdapat pada lembah tersebut menjadi lenyap di bawah tanah.
b. Bentuklahan Positif
Pada prinsipnya ada 2 macam bentuklahan karst yang positif yaitu kygelkarst dan turmkarst
1. Kygelkarst
Kygelkarst merupakan satu bentuklahan karst tropic yang didirikan oleh sejumlah bukit berbentuk kerucut, yang kadang-kadang dipisahkan oleh cockpit. Cockpit-cockpit inisialing berhubungan satu sama lain dan terjadi pada suatu garis yang mengikuti pola kekar.
2. Turmkarst
Turmkarst merupakan istilah yang berpadanan dengan menara karst, mogotewill, pepinohill atau pinnacle karst. Turmkarst merupakan bentuka positif yang merupakan sisa proses solusional. Menara karst/ tumkarst terdiri atas perbukitan belerang curam atau vertical yang menjulang tersendiri diantara dataran alluvial.
3. Stalaktit dan Stalakmit
Stalaktit adalah bentukan meruncing yang menghadap ke bawah dan menempel pada langit-langit goa yang terbentuk akibat akumulasi batuan karbonat yang larut akibat adanya banjir. Stalakmit hampir mirip dengan stalaktit namun berada di bawah lantai dan menghadap ke atas.
Bentuklahan asal solusional: bentuklahan akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut. contoh: bentukan di daerah karst yaitu stalagnit, stalaktit, dolina.
Gambar 1.13 Stalaktit dan Stalagnit Gambar 1.14 Gua Harimau Sumatera
I. Bentuklahan Asal Organik
Merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme (flora dan fauna). Contoh satuan bentuklahan ini adalah mangrove dan terumbu karang.
Bentukan ini terjadi di dalam lingkungan laut oleh aktivitas organisme endapan batu gamping cangkang dengan struktur tegar yang tahan terhadap pengaruh gelombang laut pada ekosistem bahari. Bunaken, Sulawesi Utara yang berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi Pulau Bunaken, Spermonde(Sulawesi Selatan), dan hutan bakau di Pohuwato.
Gambar 1.15 Pulau Bunaken
J. Bentuklahan asal Antropogenik
Merupakan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas manusia contohnya kota, pelabuhan. Pelabuhan Paotere merupakan salah satu pelabuhan yang ada di kota Makassar. Bentuklahan ini merupakan bentuklahan asal antropogenik, karena merupakan aktivitas yang telah disengaja dan direncanakan untuk membuat bentuklahan yang baru dari bentuklahan yang telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja telah merubah bentuklahan yang telah ada.Contohnya kota, pelabuhan.
Gambar 1.16 Bentuklahan asal antropogenik (Pelabuhan Paotere)
Blogroll
- Masih Kosong