curahan hati
“Penyesalan”
Tak kunjung usai juga deritaku yang terus menghujam kehidupanku
akankah semua ini hanya diberikan kepadaku saja?
Oh Ya Allah Yang Maha Kuasa………
Hanya Kepadamu aku meminta Petunjuk..
Dan Kepada Engkau aku menyembah
Mudahkan jalan hambamu yang Nista dan pnuh Dosa ini Yaa Allah………….
pagi di kampoeng koe
Pagi ini memang matahari tidak bersinar cerah tapi pagi ini indah
ada kabut tipis yang menyelimuti dan kepulan asap dari dapur yang mewangi
dari kejauhan suara burung-burung terdengar bersahut-sahutan
berlomba dengan kokok ayam serta celoteh riang anak-anak
matahari tampaknya masih enggan membiaskan cahayanya
bersembunyi malu di balik awan-awan kelabu yang sedang berdiskusi
apakah hujan hendak diturunkan hari ini?
Pagi dikampungku selalu saja membuatku rindu
rindu akan susana sebuah kehidupan sederhana
disini tak ada hiruk pikuk manusia yang berlomba untuk dunia
mereka hanya tahu satu hal
pergi ke petak kebun serta sawah yang mereka punya
menanam apa yang mereka bisa
menunggu hasil yang akan mereka terima
dan bersyukur dengan apa yang mereka dapat
sungguh suatu pola hidup yang teramat sederhana
Pagi di kampungku sungguh indah walaupun biasa
karena waktu seolah merambati hari tua bukan berlari
disini kita bisa duduk tenang menunggu datangnya senja
lalu terdengarlah suara-suara merdu mengalunkan puja
dari lisan-lisan bocah yang belajar mengeja
setiap huruf dari kalam suciNYA
pagi aku suka ...
makalah praktikum metklim
praktikum Metklim
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam kasus yang sering terjadi di atmosfer ada istilah yang sering kita dengar tentang meteor. Sebelum kita ingin mengetahui apa itu meteorologi dan klimatologi, terlebih dahulu kita memahami apa itu meteor. Meteor berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata berdasarkan ilmu cuaca dan astronomis. Ilmu cuaca merupakan suatu fenomena yang terlihat atau fenommena optik yang terjadi di atmosfer. Sedangkan astronomis adalah benda-benda ruang angkasa yang masuk kebumi. Jadi Dalam meteorologi dan klimatologi juga membahas tentang meteor. Setelah kita mengerti tentang meteor itu sendiri, ada beberapa jenis meteor yang sering terjadi di atmosfer kita khususnya pada lapisan troposfer yaitu : hidrometeor, litometeor, fotometeor, dan elektrometeor. Untuk meteorologi dan klimatologi itu terbagi atas 2 kata yaitu meteorologi dan klimatologi. Meteorologi yang artinya lagi terdiri dari dua istilah yaitu meteoros dan logos, meteoros artinya ruang atas dan logos artinya ilmu.
Jadi meteorologi merupakan Ilmu pengetahuan yang membahas pembentukan dan gejala perubahan cuaca serta fisika yang berlangsung di atmosfer, dalam hal ini adalah sebagai ilmu cuaca. Sedangkan Klimatologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari 2 kata yaitu klima dan logos. Klima yang artinya lintang dan logos artinya ilmu. Jadi Klimatologi merupakan Cabang ilmu pengetahuan yang membahas statistik unsur-unsur cuaca hari demi hari dalam periode beberapa tahun di suatu tempat atau wilayah tertentu, yang termasuk di dalamnya yaitu membahas atau mempelajari tentang iklim. Jadi cuaca adalah Keadaan keseluruhan daripada kondisi-kondisi atmosfer seperti temperatur, tekanan udara, angin, kelembaban dan hujan, dalam waktu yang singkat. Sedangkan Iklim merupakan Kumpulan rata-rata dari kondisi-kondisi fisik (temperatur, tekanan udara, angin, kelembaban dan hujan) di atmosfer dalam waktu yang lama dan tempat yang lebih luas, yang mencakup keseluruhan wilayah.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan awan ?
2. Sebutkan beberapa sumber radiasi matahari ?
3. Jelaskan beberapa pengaruh lamanya penyinaran matahari terhadap bumi ?
4. Apa yang di maksud dengan suhu ?
5. Apa yang di maksud dengan kelembaban udara ?
6. Apa yang di maksud dengan curah hujan ?
7. Sebutkan alat-alat praktikum ?
1.3. Tujuan Pelaksana
Tujuan dari pelaksana praktikum ini, adalah untuk mengetahui dan cara :
1. Untuk Mengetahui apa sebenarnya awan tersebut
2. Dapat mengetahui radiasi matahari maksimum dan minimum
3. Dapat mengetahui cara pengukuran lamanya penyinaran matahari
4. Mengetahui apa pengertian suhu, dan kelembaban udara
5. Mengethui pengertian curah hujan
6. Untuk mengetahui cara menggunakan alat – alat praktikum
1.4. Manfaat
1. Agar mahasiswa mampu membaca jenis awan apa yang nampak di l;angit,
2. Agar mahasiswa mengethui cara pengukuran radiasi matahari
3. Agar mahasiswa mampu mengukur lamanya penyinaran matahari
4. Mahasiswa mengerti tentang pengukuran suhu udara, kelembaban udara,pengukuran curah hujan.
5. Agar mahasiswa mampu menggunakan alat-alat praktikm seperti GPS, actinograph, combell stokes, thermometer maximum-minimum, thermometer bola basah-bola kering, thermometer,psikometer asman, thermohygrograph, penakar curah hujan.
6. Mahasiswa dapat mngerti tentang iklim dan cuaca
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam ilmu meteorologi dan klimatologi kita mempelajari terlebih dahulu apa yang di maksud dari kata meteor. Meteor terdiri dari dua ilmu yaitu berdasarkan ilmu cuaca dan ilmu astronomi. Ilmu cuaca merupakan suatu fenomena yang terlihat atau fenomena optik di atmosfer. Sedangkan ilmu astronomi merupakan benda-benda ruang angkasa yang masuk ke atmosfer bumi. Dalam ilmu cuaca meteor yang di maksud di sini adalah hidrometeor, litometeor, fotometeor, dan elektrometeor.
Ø Hidrometeor merupakan suatu meteor yang terdiri dari partikel-partikel cair atau patikel-partikel padat yang jatuh melayang di dalam atmosfer dan tertiup angin dari permukaan bumi ke udara dan bisa mengendap pada benda-benda di tanah.
Ø Litometeor merupakan suatu partikel-partikel padat yang melayang di udara yang terangkat oleh angin dari permukaan tanah ke udara
Ø Fotometeor merupakan suatu fenomena bercahaya yang di akibatkan adanya pemantulan, atau pembiasan cahaya matahari
Ø Elektrometeor merupakan suatu fenomena yang dapat di dengar atau di lihat yang bermuatan listrik di atmosfer
Jadi meteorologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang pembentukan atau gejala cuaca di suatu wilayah, sedangkan klimatologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang keadaan iklim di suatu tempat.
Adapun beberapa hal yang sering kita jumpai dalam ilmu meteorologi dan klimatologi antara lain :
A. Awan
Awan merupakan sekumpulan titik-titik air atau es yang melayang-layang di udara, yang terbentuk dari hasil proses kondensasi. Kondensasi terjadi karena adanya proses panas atau penggabungan molekul-molekul air dalam jumlah cukup banyak sehingga membentuk butiran yang lebih besar. Terdapat berjuta-juta butiran awan di atmosfer dengan ukuran yang berbeda-beda. Masing-masing mempunyai gerakan yang arah dan kecepatannya tidak sama, sehingga antara butir yang satu dengan yang lain saling bertumbukan. Satu butir hasil kondensasi yang berukuran kecil ( 0,01 mm ) mempunyai kecepatan jatuh 1 cm per detik. Besarnya butiran awan dapat tumbuh menjadi 200 mikron atau lebih dan dapat jatuh sebagai hujan. Awan juga merupakan awal proses terjadinya hujan, sehingga banyak di gunakan sebagai indikator keadaan cuaca. Namun demikian, tidak semua jenis awan dapat menghasilkan hujan, oleh karena itu pengenalan jenis, bentuk dan sifat-sifat awan sangat di perlukan. Berikut ini di jelaskan klasifikasi awan berdasarkan morfologi, ketinggian, dan metode pembentukan.
Berdasarkan morfologi, awan di bedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
Ø Awan cumulus yaitu berbentuk bergumpal-gumpal ( bundar-bundar ) dengan dasar horizontal.
Ø Awan stratus yaitu awan yang berjenis tipis dan tersebar luas sehingga dapat menutupi langit secara merata.
Ø Awan cirus yaitu awan yang berdiri sendiri yang halus dan berserat, berbentuk seperti bulu burung.
B. Radiasi Matahari
Penyinaran matahari mempunyai peranan penting dalam bidang meteorologi. Dalam hal ini alat yang sering di gunakan oleh pengamat cuaca untuk mengukur intensitas radiasi matahari total adalah actinograph. Actinograph termasuk alat pengukur intensitas radiasi matahari yang di pancarkan. Pada alat actinograph menggunakan alat dua buah logam bimetal sebagai sensor. Logam ini akan bertambah panjang seiring dengan meningkatnya intensitas radiasi matahari. Radiasi matahari adalah energi yang di keluarkan, di pancarkan atau di terima berupa gelombang atau partikel-partikel elektromagnetik.
Berdasarkan asal sumbernya radiasi dapat di bedakan kedalam 3 klasifikasi yaitu:
· Radiasi solar langsung yaitu radiasi yang di keluarkan oleh matahari
· Radiasi Terrestrial adalah radiasi yang di keluarkan oleh pelanet bumi termasuk atmosfernya
· Radiasi total yaitu jumlah radiasi solar dan terrestrial
C. Lamanya Penyinaran Matahari
Energi matahari ialah penyebab utama semua kegiatan perubahan maupun pergerakan di atmosfer. Oleh karena itu energi matahari ialah sumber energi terbesar di permukaan bumi, yaitu sekitar 99,9% dari energy total dan hanya sebagian kecil di hasilkan oleh panas dari tanah, letusan gunung berapi dan proses penghancuran mineral-mineral radioaktif serta hasil pembakaran bahan organik. Di mana penyebaran energi radiasi matahari di permukaan bumi merupakan faktor pengendali cuaca dan iklim yang terpenting. Radiasi matahari yang sampai kepermukaan bumi mempunyai beberapa pengaruh, antara lain :
1. Pada tanaman hijau, berperan sebagai proses fotosintesa sehingga mempengaruhi kecepatan pertumbuhan tanaman.
2. Mempengaruhi kecepatan transpirasi tanaman
3. Pada keadaan kritis pertumbuhan tanaman, tingkat energi radiasi yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya pembakaran.
4. Mempengaruhi perubahan unsur cuaca lain seperti : suhu, kelembaban, angin.
D. Suhu
Panas dapat di nyatakan sebagai energi yang di transfer dari bendda satu ke benda yang lain dengan proses termal seperti radiasi konduksi atau konveksi. Energi ini akan pindah dari tempat dari benda yang panas ke benda yang lebih dingin dan jika sumber dari luar maupun dalam di anggap tidak ada sampai ke dua benda tersebut mempunyai suhu sama dalam arti sudah tidak terjadi penukaran suhu panas lagi. Suhu merupakan ukuran relatif dari kondisi termal yang di miliki oleh suatu benda jika panas yang di alirkan pada suatu benda maka suhu benda terus akan meningkat, sebaliknya suhu benda tersebut akan turun jika benda yang bersangkutan kehilangan panas. Fluktuasi suhu harian terjadi sebagai akibat adanya perbedaan antara radiasi yang di terima dengan radiasi yang di lepaskan oleh bumi. Pada saat pengukuran suhu ada menggunakan alat yang sering di kenal dengan nama thermometer. Thermometer merupakan pengukur suhu udara sesaat, zat cair yang di gunakan adalah air raksa. Ada beberapa macam thermometer yang di gunakan pada pengukuran suhu udara antara lain : thermometer bola basah, thermometer bola kering, thermometer maksimum, dan thermometer minimum.
E. Kelembapan Udara
Kelembapan udara dapat di nyatakan dengan adanya banyak uap air dalam udara. Jumlah uap air dalam sebetulnya hanya merupakan sebagian kecil saja dari seluruh atmosfer yaitu hanya kira-kira 2 % dari jumlah massa. Keterkaitan kelembapan udara dengan suhu udara berhubungan dengan proses kembang kerut udara. Kelembapan udara adalah banyaknya uap air yang di kandung oleh udara atau atmosfer (Marbun, 1990). Kelembapan udara juga mempengaruhi dalam keseimbangan energi, yang mana kelembapan merupakan ukuran dari banyaknya energi radiasi yang terbentuk bahang laten, yang berfungsi untuk menguapkan air yang terdapat di permukaan penerima radiasi (evapotranspirasi).
Kelembapan udara ini dapat di bedakan menjadi kelembapan relatif. Kelembapan relatif merupakan bilangan yang menunjukkan perbandingan antara banyaknya uap air yang di kandung oleh udara dengan jumlah maksimum, uap air yang dapat di kandung oleh udara dengan jumlah maksimum uap air yang dapat di kandung oleh udara dalam suhu yang sama.
F. Curah hujan
Curah hujan ialah jumlah air yang jatuh pada permukaan tanah selama periode tertentu bila tidak terjadi penghilangan oleh ;proses evaporasi, pengaliran, peresapan yang di ukur dalam satuan tinggi. Adapun unsur-unsur hujan yang harus di perhatikan dalam mempelajari curah hujan ialah : jumlah curah hujan, hari hujan, dan intensitas atau kekuatan tetesan angin. Air yang jatuh di atas permukaan tanah yang datar di anggap sama tinggi. Volume air hujan pada luas permukaan tertentu dengan dengan mudah dapat di hitung bila tingginya dapat di ketahui. WMO menganjurkan penggunaan satuan milimeter sampai ketelitian 0,2 mm. Berdasarkan pengertian klimatologi, satu hari hujan ialah periode selamaa 24 jam terkumpul curah hujan setinggi 0,5mm atau lebih jenis pengukuran ini merupakan yang pada umumnya di gunakan ialah tipe omborometer ( tipe observatorium ).
BAB III
METODELOGI
3.1. Aalat dan Bahan
1. Acara I : Awan
Ø Alat dan Bahan
1. Alat Tulis Menulis
2. Mistar
3. Kamera
2. Acara II : Radiasi Matahari
Ø Alat dan Bahan
1. Actinograph ( alat pengukur radiasi matahari )
2. Alat tulis menulis
3. Mistar
4. Kalkulator
3. Acara III : Lama Penyinaran Matahari
Ø Alat dan Bahan
1. Alat tulis menulis
2. Combell Stokes
3. GPS
4. Acara IV : Suhu
Ø Alat dan Bahan
1. Alat tulis menulis
2. Thermometer maksimum - minimum
3. Thermometer bola basah – bola kering
4. Thermometer
5. Acara V : Kelembapan Udara
Ø Alat dan Bahan
1. Alat tulis menulis
2. Psikometer Asman
3. Thermometer bola kering – bola basah
4. Thermohygrograph
6. Acara VI : Curah Hujan
Ø Alat dan Bahan
1. Alat tulis menulis
2. Penakar Curah Hujan Biasa ( OBS )
3. Gelas ukur
3.2. Prosedur Kerja
1. Acara I : Awan
Ø Prosedur Kerja
1. Pahamilah terlebih dahulu jenis – jenis awan berdasarkan bentuk dan ketinggiannya
2. Bagilah luas langit menjadi empat kuadran
3. Amatilah awan yang terjadi pada pukul 07.00, 12.00 dan pukul 16.00 wita
4. Ambilah gambar ( potret ) awan yang anda amati
5. Deskripsikan awan yang anda amati
6. Tentukanlah nilai oktanya
2. Acara II : Radiasi Matahari
Ø Prosedur Kerja
1. Setinglah alat pengukur radiasi matahari ( actinograph )
2. Pasanglah kertas pias dan letakkan pena penggarisnya dan sesuaikan dengan waktu setempat
3. Letakan pena penggaris pada kertas pias dengan menyerong plat yang ada di samping / bawah alat tersebut
4. Amatilah cara kerja alat pengukur radiasi matahari ( actinograph )
5. Hitunglah jumlah kotak yang yang di lalui pena penggaris tersebut pada kertas pias
6. Jumlahkan nilai kotak dari banyaknya kotak yang di lalui pena penggaris
7. Tentukanlah nilai radiasi maksimum dan radiasi minimumnya
3. Acara III : Lama Penyinaran Matahari
Ø Prosedur Kerja
1. Setinglah terlebih dahulu alat pengukur lamanya penyinaran matahari (combell stokes)
2. Tentukanlah letak lintang setempat, kemudian sesuaikan pada alat pengukur lamanya penyinaran matahari (cambell stokes)
3. Masukkanlah salah satu jenis kertas pias sesuai dengan bulan pengamatan
4. Tentukanlah jejak-jejak bakar pada kertas pias, dengan melihat lembar bantuan pengamatan
5. Hitunglah lamanya penyinaran matahari dengan menggunakan rumus
4. Acara IV : Suhu
Ø Prosedur Kerja
1. Setinglah terlebih dahulu alat pengukur suhu udara ( Thermometer maksimum-minimmum, Thermometer bola basah-bola kering dan thermohygrograph sebelum melakukan pengukuran
2. Letakanlah alat pengukur suhu pada suatu ruang yang berfentilasi, agar udara dapat keluar masuk. Janganlah meletakkan alat pada lapangan terbuka karena penyinaran matahari secara langsung, tetesan air hujan, dan tiupan angin yang kuat, dapat mempengaruhi kerja alat.
3. Lakukanlah pengamatan pada :
· Thermometer pada pukul 06.00, 12.00 dan 16.00 wita
· Thermometer minimum pada pukul 00.00 wita atau 07.00 wita
· Thermometer maksimum pada pukul 12.00 wita atau 19.0p0 wita
· Thermometer bola kering pada pukul 06.00, 12.00, dan 16.00
4. Hitunglah rata – rata suhu udara pada thermometer, maksimum-minimum, thermometer bola kering, dan thermometer
5. Hitunglah suhu rata – rata hariannya
5. Acara V : Kelembapan Udara
Ø Prosedur Kerja
1. Seperti acara di atas, hal yang pertama di lakukan yaitu setinglah terlebih dahulu alat- alat yang di gunakan dalam pengukuran kelembapan udara
2. Letakkanlah alat pengukur kelembapan udara pada ruang yang berfentilasi, atau yang biasa di sebut sangkar meteorologi atau sejenisnya
3. Lakukanlah pengamatan pada alat :
· Thermometer bola basah dan bola kering pada pukul 06.00, 12.00, dan 16.00 wita
· Psikkometer Asmann
· Thermohygrograph
4. Tentukanlah kelembapan maksimum dan minimum pada kertas pias hasil perekaman thermohygrograph
5. Hitunglah suhu rata-rata thermometer bola kering dan bola basah
6. Hitunglah selisih antara thermometer bola kering dan bola basah
7. Hitunglah nilai kelembapan dalam (%) pada thermometer bola kering dan basah dengan melihat tabel selisih
6. Acara VI : Curah hujan
Ø Prosedur Kerja
1. Setinglah terlebih dahulu alat pengukur curah hujan jenis OBS
2. Pasanglah alat pengukur curah hujan pada lapangan terbuka tanpa ada pohon yang menghalangi
3. Lakukanlah pengamatan setiap hari pada pukul 07.00 wita
4. Keluarkan air hujan yang ada pada penakar curah hujan, dengan membuka keran yang ada di bawah
5. Ukurlah air hujan dengan menggunakan gelas ukur
6. Hitunglah curah hujan pada luasan tertentu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
a. Actinograph b. Barograph
Gambar 1.1 Actinograph
Gambar 1.2 Barograph
Gambar 1.1 actinograph
c. Penakar curaj hujan biasanya d. Psikometer asmann
Gambar 1.3 Penakar Curah hujan biasa
Gambar 1.4 Psikometer asmann
e. Thermohygrograph f. Thermometer bola basah-bola kering
Gambar 1.5 Thermohygrograph
Gambar 1.6 Thermometer bola basah – bola kering
g. Gelas ukur h. Pan evaporimeter
Gambar 1.8 Pan evaporimeter
Gambar 1.7 Gelas ukur
i. Combell stokes j. Thermohygrograph
Gambar 2.0 Thermohygrograph
Gambar 1.9 Combell stokes
aphk. Thermometer
Gambar 2.1 Thermometer
4.1.1. Acara I : Awan
4.1.2. Acara II : Radiasi Matahari
Actinograph
4.1.3. Acara III : Lama Penyinaran Matahari
Combell stokes
4.1.4. Acara IV : Suhu
Thermohygrograph
4.1.5. Acara V : Kelembaban Udara
Psikometer asmann
4.1.6. Acara VI : Curah Hujan
Penakar curah hujan biasa
4.2. Pembahasan
4.2.1. Acara I : Awan
Pada hari pertama, hari sabtu :
Pengamatan pertama :
Tanggal : 2 juli 2011
Pukul : 07.00
Gambar :
· Arah timur laut
Jenis awan : Awan Altocumulus
Ketinggian : 4,5 – 6 km
Penutupan awan : 75 %
· Arah tenggara
Jenis awan : Awan cirrocumulus
Ketinggian : 7,5 – 9 km
Penutupan awan : 85 %
· Arah barat laut
Jenis awan : Awan Cirrostratus
Ketinggian : 6 – 7 km
Penutupan awan : 90 %
· Arah barat daya
Jenis awan : Awan cirrocumulus
Ketinggian : 7,5 – 9 km
Penutupan awan : 95 %
Hitungan :
· Jadi keadaan awannya 7/8 dari total langit tertutup
· Untuk oktanya : 7
§ Pengamatan kedua :
· Tanggal : 2 juli 2011
· Pukul : 12.00
· Gambar :
· Arah timur laut
Jenis awan : Awan stratocumulus
Ketinggian : di bawah 2000 m
Penutupan awan : 4
· Arah tenggara
Jenis awan : Awan Cumulo Nimbus
Ketinggian : 500 – 1500 m
Penutupan awan : 20 %
· Arah Barat laut
Jenis Awan : Awan Altocumulus
Ketinggian : 4,5 – 6 km
Penutupan awan : 80 %
· Arah barat daya
Jenis awan : Awan cirrostratus
Ketinggian : 6 – 7 km
Penutupan awan : 100 %
Hitungan :
Jadi keadaan awannya 5/8 dari total langit tertutup
Untuk oktanya : 5
Pengamatan ketiga :
Tanggal : 2 juli 2011
Pukul : 16.00
Gambar :
· Arah timur laut
Jenis awan : Awan stratocumulus
Ketinggian : di bawah 2000 m
Penutupan awan :40 %
· Arah tenggara
Jenis awan : Awan cirrus
Ketinggian : di atas 9 km
Penutupan awan : 75 %
· Arah barat laut
alat-alat metklim(meteorologi dan klimatologi)
Artikel Seputar Informasi Iklim dan Lainnya
Alat-alat Klimatologi Konvensional
1. ALAT PENGUKUR TEKANAN UDARA
Tekanan udara adalah gaya berat/ gaya tekan udara pada suatu luasan tertentu. Persamaan fisis untuk mengetahui tekanan udara adalah :
Perhitungan dilakukan dengan metode pipa U, dimana tekanan pada pipa A akan sama dengan tekanan di pipa B, sehingga bila kolom udara pada salah satu kolom difakumkan dan massa fluida (m) serta konstanta grafitasi (g) diketahui maka tekanan pada pipa terbuka (identik dengan tekanan udara lingkungan) akan diketahui.
(A) (B) (C)
Prinsip Bejana Pipa U Prinsip Barometer Air Raksa Bentuk Fisik Barometer Air Raksa
1.1. BAROMETER AIR RAKSA
Membandingkan perbedaan tinggi air raksa dalam tabung gelas dan di dalam bejana. Barometer air raksa berfungsi untuk mengukur tekanan udara. Terdiri dari tabung gelas berisi air raksa, bagian atasnya tertutup dan bagian bawahnya terbuka dimasukkan ke dalam bejana air raksa.
Syarat penempatan :
a. Ditempatkan pada ruangan yang mempunyai suhu tetap (Homogen)
b. Tidak boleh kena sinar matahari langsung
c. Tidak boleh kena angin langsung
d. Tidak boleh dekat lalu-lintas orang
e. Tidak boleh dekat meja kerja
f. Penerangan jangan terlalu besar, maximum 25 watts
Cara pemasangan :
a. Dipasang tegak lurus pada dinding yang kuat
b. Tinggi bejana + 1 m dari lantai
c. Sebaiknya dipasang di lemari kaca
d. Latar belakang yang putih untuk memudahkan pembacaan
Cara membaca :
a. Baca suhu yang menempel pada Barometer
b. Naikkan air raksa dalam bejana, sehingga menyinggung jarum taji
c. Skala Nonius (Vernier) sehingga menyinggung permukaan air raksa
d. Baca skala Barometer dan skala Nonius
e. Gunakan koreksi yang telah disediakan
Cara membawa (Transport) :
a. Barometer dibalik pelan-pelan sehingga bejana berada di atas.
b. Masukkan dalam kotak transport, dengan bejana tetap diatas
c. Membawanya bejana harus tetap berada diatas
Koreksi-koreksi :
Koreksi IndexKoreksi LintangKoreksi Tinggi : Untuk membandingkan tempat-tempat tertentu diperlukan tekanan udara diatas permukaan laut.Koreksi Suhu : Jika pembacaan lebih tinggi dari 0 0C, maka pembacaan Barometer dikurangi dengan koreksi suhu ini, jika lebih rendah dari 0 0C koreksi ditambah.
1.2. BAROMETER ANEROID
Barometer ini menggunakan prinsip perubahan bentuk tabung/ kapsul logam akibat adanya perubahan tekanan udara. Sedikitnya ada 2 jenis barometer aneroid, yaitu:
1. Jenis Bourdon : Terdiri dari sebuah pipa besi/ baja yang melengkung, berbentuk oval. Gaya pegas pipa ini sama dengan tekanan udara. Perubahan tekanan udara menyebabkan perubahan bentuk ke-oval-an dari pipa, sehingga jarum penunjuk akan bergerak. Pergerakan jarum tersebut kemudian dikonversi dalam skala tekanan udara.
2. Jenis Vidi : Bagian terpenting ialah kapsul/ cell dari besi/baja, isinya dikosongkan/ hampa udara, permukaan atas dan bawah bergelombang. Kapsul/ cell ini biasanya terdiri dari 7 atau 8 lapisan. Jika tekanan udara naik, maka kapsul/ cell ini tertekan dan menarik sebagian dari tuas (lever) ke bawah, bagian lainnya akan naik menggerakkan jarum penunjuk. Jika tekanan turun, akan terjadi sebaliknya. Pergerakan kapsul/ cell aneroid ini kemudian dihubungkan denga pena/ jarum yang akan menunjukan pergeseran/ simpangan. Besarnya simpangan yang terjadi selanjutnya dikonversi ke dalam skala tekanan udara (mb).
2.3. BAROGRAPH
Barograph adalah istilah lain untuk barometer yang dapat merekam sendiri hasil pengukurannya. Barograph umumnya menggunakan prinsip Barometer Aneroid, dengan menghubungkan beberapa kapsul/ cell aneroid dengan sebuah pena untuk membuat track pada kerta pias yang diletakkan pada tabung yang berputar 24 jam per rotasi. Pada pias terdapat garis-garis tegak menunjukkan waktu dan garis mendatar menunjukkan tekanan udara.Tingkat keakuratan dari barograph, salah satunya ditentukan oleh jumlah kapsul/ cell aneroid yang digunakan. Semakin banyak kapsul aneroid yang digunakan maka semakin peka barograph tersebut terhadap perubahan tekanan udara.
Contoh Fisik Barograph Tipe Aneroid Bagian Dasar Barograph
2.4. ALTIMETER
Altimeter adalah alat untuk mengetahui ketinggian suatu tempat terhadap MSL (mean sea level= 1013,25 mb = 0 mdpl). Altimeter sebenarnya adalah barometer aneroid yang skala penunjukkannya telah dikonversi terhadap ketinggian. Sebagaimana kita ketahui bahwa 1 mb sebanding dengan 30 feet (9 meter) atau dapat dicari dengan pendekatan rumus:
H = 221.15 Tm log (Po / P)
2.5. KALIBRATOR BAROMETER/ BAROGRAPH
Alat yang sering digunakan untuk mengkalibrasikan sebuah barometer/ barograph adalah Vacuum Chamber. Alat ini sebenarnya adalah sebuah tabung tertutup dengan tingkat hampa udara yang dapat diatur (udara didalam tabung dikeluarkan secara perlahan dengan pompa penghisap udara). Barometer standar dan barometer/ barograph yang dikalibrasi harus diletakan dalam tabung secara bersamaan, kemudian dibandingkan penunjukannya untuk mendapatkan nilai koreksi (seiring dengan pengaturan tekanan udara).
3. ALAT PENGUKUR SUHU UDARA
Suhu (temperatur) adalah suatu besaran panas yang dirasakan oleh manusia. Satuan suhu yang biasa digunakan di Indonesia adalah derajat celcius (0C). Mengingat pentingnya faktor suhu terhadap kehidupan dan aktifitas manusia menyebabkan pengamatan suhu udara yang dilakukan oleh stasiun meteorologi dan klimatologi memiliki beberapa kriteria diantaranya:
Suhu udara permukaan (suhu udara aktual, rata-rata, maksimum dan minimum).Suhu udara di beberapa ketinggian/ lapisan atmosfer (hingga ketinggian ± 35 Km).Suhu tanah di beberapa kedalaman tanah (hingga kedalaman 1 m).Suhu permukaan air dan suhu permukaan laut.
Alat ukur yang umum digunakan oleh BMG untuk mengamati suhu udara akan dijelaskan lebih rinci pada pokok bahasan selanjutnya.
3.1. THERMOMETER BOLA BASAH DAN BOLA KERING
Merupakan thermometer air raksa dalam bejana kaca untuk mengukur suhu udara aktual yang terjadi (thermometer bola kering). Adapun thermometer bola basah adalah thermometer yang pada bola air raksa (sensor) dibungkus dengan kain basah agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/ titik jenuh, yaitu suhu yang diperlukan agar uap air di udara dapat berkondensasi.
3.2. THERMOMETER MAXIMUM
Thermometer air raksa ini memiliki pipa kapiler kecil (pembuluh) didekat tempat/ tabung air raksanya, sehingga air raksa hanya bisa naik bila suhu udara meningkat, tapi tidak dapat turun kembali pada saat suhu udara mendingin. Untuk mengembalikan air raksa ketempat semula, thermometer ini harus dihentakan berkali-kali atau diarahkan dengan menggunakan magnet.
Dari gambar disamping dapat diilustrasikan bahwa apabila temperatur naik dan kolom air raksa tidak terputus, maka air raksa terdesak melalui bagian yang sempit. Ujung kolom menunjukkan temperatur udara. Apabila suhu turun, kolom air raksa terputus pada bagian yang sempit setelah air raksa dalam bola temperatur menyusut. Ujung lain dari kolom air raksa tetap pada tempatnya.
Untuk pengamatan suhu udara ujung kolom ini menunjukkan suhu udara karena penyusutan air raksa kecil sekali dan dapat diabaikan. Jadi Thermometer menunjukkan suhu udara tertinggi setelah terakhir dikembalikan. Thermometer dikembalikan setelah dibaca.
3.3. THERMOMETER MINIMUM
Thermometer minimum biasanya menggunakan alkohol untuk pendeteksi suhu udara yang terjadi. Hal ini dikarenakan alkohol memiliki titik beku lebih tinggi dibanding air raksa, sehingga cocok untuk pengukuran suhu minimum. Prinsip kerja thermometer minimum adalah dengan menggunakan sebuah penghalang (indeks) pada pipa alkohol, sehingga apabila suhu menurun akan menyebabkan indeks ikut tertarik kebawah, namun bila suhu meningkat maka indek akan tetap pada posisi dibawah. Selain itu peletakan thermometer harus miring sekitar 20-30 derajat, dengan posisi tabung alkohol berada di bawah. Hal ini juga dimaksudkan untuk mempertahankan agar indek tidak dapat naik kembali bila sudah berada diposisi bawah (suhu minimum).
Untuk mengembalikan posisi indeks ke posisi aktual dapat dilakukan dengan memiringkan/ membalikkan posisi thermometer hingga indek bergerak ke ujung dari alkohol (posisi suhu aktual).
3.4. THERMOGRAPH
Alat ini mencatat otomatis temperatur sebagai fungsi waktu. Thermograph ini adalah logam panjang yang terdiri dari 2 bagian, kuningan dan invar. Bentuk bimetal merupakan spiral. Terpasang pada sumbu horizontal dan diluar kotak Thermograph. Satu ujung bimetal dipasang pada kotak dengan sekrup penyetel halus, sehingga letak pena dapat diatur. Ujung lain dihubungkan ketangkai pena melalui sumbu horizontal sehingga dapat menimbulkan track/ rekaman pada kertas pias yang berputar 24 jam per rotasi. Jika temperatur naik, ujung bimetal menggerakkan tangkai pena keatas, dan sebaliknya. Sebelum dipakai, thermograph harus dikalibrasi terlebih dahulu. Alat ini harus ditempatkan dalam sangkar apabila dipakai untuk mengukur atmospher.
(A) (B)
Contoh Thermograph Contoh Thermohygrograph
3.5. THERMOMETER TANAH
Prinsipnya sama dengan thermometer air raksa yang lain, hanya aplikasinya digunakan untuk mengukur suhu tanah dari kedalaman 0, 2, 5, 10, 20, 50 dan 100 cm. Untuk kedalaman 50 dan 100 cm, harus tanam sebuah tabung silinder untuk menempatkan thermometer agar mudah untuk melakukan pembacaan. Untuk kedalaman 0-20 cm, cukup dengan membenamkan bola tempat air raksa sesuai dengan kedalaman yang diperlukan.
3.6. THERMOMETER APUNG
Thermometer ini merupakan bagian/ kelengkapan dari alat evaporasi panci terbuka. Berfungsi untuk mengetahui suhu permukaan air yang terjadi di permukaan bumi/ tanah. Terdiri dari thermometer maksimum (thermometer air raksa) dan thermometer minimum (thermometer alcohol). Suhu rata-rata air didapat dengan menambahkan suhu makimum dan minimum, kemudian dibagi dua. Letak thermometer harus terapung tepat di permukaan air, sehingga dilengkapi dengan pelampung dibagian depan dan melakang yang terbuat dari bahan yang tahan air/ karat (biasanya almunium). Setelah dilakukan pembacaan, posisi indek pada thermometer minimum harus dikembalikan ke suhu actual dengan memiringkannya. Sedangkan untuk thermometer maksimum, tinggi air raksa juga dikembalikan pada suhu actual dengan menggunakan magnet.
3.7. KALIBRATOR THERMOMETER
Alat ini ini berfungsi untuk menguji/ mengkalibrasi thermometer/ thermograph dengan kendali temperatur elektronik, lampu indikator dan satu set termometer standard. Temperature test cabinet biasanya terbuat dari baja tahan-karat dengan kamar uji yang dilengkapi dengan tameng kaca dibagian depan. Dapat digunakan untuk mengkalibrasi 4 termograph/ thermohygrographs secara bersamaan, atau instrumen serupa. Nilai temperatur ditentukan melalui papan tombol dan DPC [DIODE PEMANCAR CAHAYA]
4. ALAT PENGUKUR KELEMBABAN UDARA
Alat-alat untuk mengukur Relative Humidity dinamakan Psychrometer atau Hygrometer. Pada umumnya alat bola kering dan bola basah dinamakan Psychrometer. Dengan Hygrometer, Relative Humidity dapat langsung dibaca. Hygrometer ialah alat yang mencatat Relative Humidity.
4.1 PSYCHROMETER BOLA BASAH DAN BOLA KERING
Psychrometer ini terdiri dari dua buah thermometer air raksa, yaitu :
1. Thermometer Bola Kering : tabung air raksa dibiarkan kering sehingga akan mengukur suhu udara sebenarnya.
2. Thermometer Bola Basah : tabung air raksa dibasahi agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/ titik jenuh, yaitu; suhu yang diperlukan agar uap air dapat berkondensasi.
Suhu udara didapat dari suhu pada termometer bola kering, sedangkan RH (kelembaban udara) didapat dengan perhitungan:
Hal-hal yang sangat mempengaruhi ketelitian pengukuran kelembaban dengan mempergunakan Psychrometer ialah :
a. Sifat peka, teliti dan cara membaca thermometer-thermometer
b. Kecepatan udara melalui Thermometer bola basah
c. Ukuran, bentuk, bahan dan cara membasahi kain
d. Letak bola kering atau bola basah
e. Suhu dan murninya air yang dipakai untuk membasahi kain
4.2 PSYCHROMETER ASSMANN
Psychrometer assmann terdiri dari 2 buah thermometer air raksa dengan pelindung logam mengkilat. Kedua bola thermometer terpasang dalam tabung logam mengkilat. Kipas angin terletak diatas tabung pada tengah alat. Gunanya untuk mengalirkan (menghisap) udara dari bawah melalui kedua bola. Thermometer langsung menuju keatas. Alat dipasang menghadap angin dan sedemikian sehingga logam mengkilat mencegah sinar matahari langsung ke Thermometer, terutama pada angin lemah dan sinar matahari yang kuat.
4.3 PSYCHROMETER PUTAR (WHIRLING)
Disebut juga sebagai Psychrometer Sling/ Whirling. Alat ini terdiri dari 2 Thermometer yang dipasang pada kerangka yang dapat diputar melalui sumbu yang tegak lurus pada panjangnya. Sebelum pemutaran bola basah dibasahi dengan air murni. Psychrometer diputar cepat-cepat (3 putaran/ detik). Selama + 2 menit, dihentikan dan dibaca cepat-cepat. Kemudian diputar lagi, dihentikan dan dibaca seterusnya sampai diperoleh 3 data. Data yang diambil adalah suhu bola basah terendah. Jika ada 2 suhu bola basah terendah yang diambil suhu bola kering.
Keuntungan : bentuknya yang portable dan kemurahan harganya dibandingkan dengan Psychrometer Assmann.Kerugian :
a. Karena harus diputar diluar sangkar, kedua Thermometernya dipengaruhi radiasi dan dari badan si pengamat.
b. Waktu hujan tetesan air hujan bias melekat sehingga merendahkan pembacaan.
c. Kecepatan udara (ventilasi) mungkin terlalu kecil.
4.4 HYGROMETER RAMBUT
Rambut menunjukkan perubahan dimensi jika kelembaban udara berubah-ubah. Perubahan dimensi dapat dipakai sebagai indikasi kelembaban nisbi udara.
Hygrometer rambut ada yang bersifat non recording dan recording (Hygrograph).
5. ALAT PENGUKUR CURAH HUJAN
5.1 PENAKAR CURAH HUJAN BIASA
Penakar hujan ini termasuk jenis penakar hujan non-recording atau tidak dapat mencatat sendiri. Bentuknya sederhana, terdiri dari :
Sebuah corong yang dapat dilepas dari bagian badan alat.Bak tempat penampungan air hujan.Kaki yang berbentuk tabung silinder.Gelas penakar hujan.
5.2 PENAKAR HUJAN BIASA TANAH
Penakar hujan biasa biasa tanah dimaksudkan untuk mendapatkan jumlah curah hujan yang jatuh pada permukaan tanah. Pada bagian tanah reservoir, terdapat tangkai yang digunakan untuk mengangkat penakar hujan jika akan dilakukan pembacaan. Tepat disekitar corong penakar hujan terdapat lapisan ijuk yang disusun pada lapisan kayu yang berbentuk lingkaran yang dimaksudkan untuk mengurangi percikan air hujan. Selain itu terdapat jaringan kawat/ besi yang berbentuk bujur sangkar dan digunakan sebagai tempat berpijak ketika akan mengangkat lapisan ijuk dan penakar hujan. Pada kedua tepi/ lapisan ijuk terdapat dua kaitan/ pegangan untuk memudahkan mengangkatnya.
5.3 PENAKAR HUJAN DENGAN WIND-SHIELD
Pemasangan Wind-Shield pada penakar hujan dimaksudkan untuk meniadakan angin putar, sehingga angin yang bertiup melewati corong sedapat mungkin menjadi horizontal.
5.4 PENAKAR HUJAN JENIS HELLMAN
Penakar hujan jenis Hellman termasuk penakar hujan yang dapat mencatat sendiri. Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul dalam tabung tempat pelampung. Air ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat (naik keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung. Gerakkan pena dicatat pada pias yang ditakkan/ digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan bantuan tenaga per. Jika air dalam tabung hampir penuh, pena akan mencapai tempat teratas pada pias. Setelah air mencapai atau melewati puncak lengkungan selang gelas, air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam tabung dan tangki pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias merupakan garis lurus vertikal. Dengan demikian jumlah curah hujan dapat dhitung/ ditentukan dengan menghitung jumlah garis-garis vertikal yang terdapat pada pias.
5.5 PENAKAR HUJAN JENIS TIPPING BUCKET
Bertujuan untuk mendapatkan jumlah curah hujan yang jatuh pada periode dan tempat-tempat tertentu. Pada bagian muka terdapat sebuah pintu untuk mengeluarkan alat pencatat, silinder jam dan ember penampung air hujan. Jika dilihat dari atas, ditengah-tengah dasar corong terdapat saringan kawat untuk mencegah benda-benda memasuki ember (bucket).
Pada prinsipnya jika hujan turun, air masuk melalui corong besar dan corong kecil, kemudian terkumpul dalam ember (bucket) bagian atas (kanan). Jika air yang tertampung cukup banyak menyebabkan ember bertambah berat, sehingga dapat menggulingkan ember kekanan atau kekiri, tergantung dari letak ember tersebut. Pada waktu ember terguling, penahan ember ikut bergerak turun naik. Penahan ember mempunyai dua buah tangkai yang berhubungan dengan roda bergigi. Gerakan turun naik penahan ember menyebabkan kedua tangkainya bergerak pula dan bentuknya yang khusus dapat memutar roda bergigi berlawanan dengan arah perputaran jarum jam. Perputaran roda bergigi diteruskan ke roda berbentuk jantung. Roda yang berbentuk jantung mempunyai sebuah per yang menghubungkan kedua pengatur kedudukan pena yang letak ujungnya selalu bersinggungan dengan tepi roda. Perputaran roda berbentuk jantung akan menyebabkan kedudukan pena bergerak sepanjang tepi roda.
5.6 RAINGAUGE TEST EQUIPMENT
Raingauge test equipment adalah alat yang ini digunakan untuk menguji/mengkalibrasi peralatan penakar hujan, terutama dari jenis tipping bucket. Alat ini menggunakan prinsip putaran pompa yang alirannya diukur dengan presisi flow meter. Air yang mengalir melalui flow meter ini kemudian dialiri ketipping bucket (sebagai simulasi dari air hujan yang jatuh ke dalam raingauge yang sedang dikalibrasi). Jumlah air yang tercatat di flow meter harus sama dengan jumlah air yang keluar dari raingauge (harus seimbang antara tabung penampungan sebelah kiri dan kanan). Selain itu jumlah tipping pada raingauge juga harus menunjukan nilai yang sama dengan flow meter (tergantung tingkat keakurasian raingauge).
6. ALAT PENGUKUR PENGUAPAN
Penguapan ialah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini dapat terjadi pada setiap permukaan benda pada temperatur diatas 0 0K. Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan ialah temperatur benda dan udara, kecepatan angin, kelembaban udara, intensitas radiasi matahari dan tekanan udara, jenis permukaan benda serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya.
Dalam meteorologi dikenal dua istilah untuk penguapan yaitu evaporasi dan evapotranspirasi.
6.1 EVAPORIMETER PANCI TERBUKA
Evaporimeter panci terbuka digunakan untuk mengukur evaporasi. Makin luas permukaan panci, makin representatif atau makin mendekati penguapan yang sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk, sungai dan lain-lainnya. Pengukuran evaporasi dengan menggunakan evaporimeter memerlukan perlengkapan sebagai berikut :
Panci Bundar BesarHook Gauge yaitu suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci. Hook Gauge mempunyai bermacam-macam bentuk, sehingga cara pembacaannya berlainan.Still Well ialah bejana terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder dan mempunyai 3 buah kaki.Thermometer air dan thermometer maximum/ minimumCup Counter AnemometerPondasi/ AlasPenakar hujan biasa
Alat Pengukur Penguapan
6.2 EVAPORIMETER JENIS PICHE
Piche
Seperti panci penguapan terbuka, alat ini digunakan sebagai pengukur penguapan secara relatif. Maksudnya, alat ini tidak dapat mengukur secara langsung evaporasi ataupun evapotranspirasi yang sesungguhnya terjadi.
Hasil pembacaannya sangat tergantung terhadap angin, iklim dan debu. Pada prinsipnya Piche evaporimeter terdiri dari:
Pipa gelas yang panjangnya + 20 Cm dan garis tengahnya + 1,5 Cm. Pada pipa gelas terdapat skala, yang menyatakan volume air dalam Cm3 atau persepuluhnya. Ujung bawah pipa gelas terbuka dan ujung atasnya tertutup dan dilenghkapi dengan tempat menggantungkan alat tersebut.Piringan kertas filter berbentuk bulat. Kertas ini berpori-pori banyak sehingga mudah menyerap air. Kertas filter dipasang pada mulut pipa terbuka.Penjepit logam, yang berbentuk lengkungan seperti lembaran per. Per ujung yang melekat disekeliling pipa dan ujung lainnya berbentuk sama dengan diameter pipa.
6.3 EVAPORASI JENIS KESHNER
Evaporasi jenis Keshner termasuk alat pengukur penguapan yang mencatat sendiri yang disebut sebagai Evaporigraph. Alat ini dapat mencatat terus menerus penguapan yang terjadi pada setiap saat.
6.4 EVAPORIMETER JENIS WILD
Evaporimeter jenis Wild termasuk alat pengukur penguapan (Evaporasi) yang tidak dapat mencatat sendiri (Non Recording).
7. ALAT PENGUKUR RADIASI MATAHARI
Pengukuran lamanya sinar matahari bersinar dimaksudkan untuk mengetahui intensitas dan berapa lama/ jam matahari bersinar mulai terbit hingga terbenam. Matahari dihitung bersinar terang jika sinarnya dapat membakar pias Campble stokes. Lamanya matahari bersinar dapat dinyatakan dalam presentase atau jam. Untuk keperluan pemasangan dan pengamatan perlu diketahui hal-hal yang menyangkut waktu smeu lokal dan waktu rata-rata lokal. True Solar Day yaitu waktu antara dua gerakan matahari melintasi meridian. Waktu yang didasarkan panjang hari ini disebut apparent solartime atau waktu semu lokal. Waktu ini dapat ditunjukkan oleh sunshine recorder. Waktu semu lokal ialah waktu yang ditentukan oleh gerakan relatif matahari terhadap horizon. Sepanjang tahun lamanya (panjangnya) True Solar Day berbeda-beda. Untuk memudahkan perhitungan dibayangkan adanya matahari fiktif yang beredar mengelilingi bumi dengan kecepatan tetap selama setahun.
7.1 PENGUKUR SINAR MATAHARI JENIS CAMPBLE STOKES
Campbell Stokes
Lamanya penyinaran sinar matahari dicatat dengan jalan memusatkan (memfokuskan) sinar matahari melalui bola gelas hingga fokus sinar matahari tersebut tepat mengenai pias yang khusus dibuat untuk alat ini dan meninggalkan pada jejak pias. Dipergunakannya bola gelas dimaksudkan agar alat tersebut dapat dipergunakan untuk memfokuskan sinar matahari secara terus menerus tanpa terpengaruh oleh posisi matahari. Pias ditempatkan pada kerangka cekung yang konsentrik dengan bola gelas dan sinar yang difokuskan tepat mengenai pias. Jika matahari bersinar sepanjang hari dan mengenai alat ini, maka akan diperoleh jejak pias terbakar yang tak terputus. Tetapi jika matahari bersinar terputus-putus, maka jejak dipiaspun akan terputus-putus. Dengan menjumlahkan waktu dari bagian-bagian terbakar yang terputus-putus akan diperoleh lamanya penyinaran matahari.
7.2 PENGUKUR SINAR MATAHARI JENIS JORDAN
Alat ini mencatat sendiri lamanya matahari bersinar dalam sehari yang terdiri dari dua kotak berbentuk setengah silinder dan tertutup. Di bagian dalam dipasang kertas yang sangat peka terhadap sinar matahari langsung.
Apabila seberkas matahari langsung mengenai kertas ini akan meninggalkan bekas yang gelap. Alat ini diatur sedemikian sehingga satu pias dipakai untuk pagi dan pias lainnya untuk siang hari.
7.3 PENGUKURAN INTENSITAS RADIASI MATAHARI
Untuk mengetahui intensitas radiasi yang jatuh pada permukaan bumi baik yang langsung maupun yang dibaurkan oleh atmosfer. Intensitas radiasi matahari ialah jumlah energi yang jatuh pada suatu bidang persatuan luas dalam satu satuan waktu. Dalam atmosfer bumi terdapat bermacam-macam radiasi seperti :
a. Direct Solar Radiation (S) yaitu radiasi langsung dari matahari yang sampai ke permukaan bumi.
b. Radiation Difus (D) yang berasal dari pantulan-pantulan oleh awan dan pembauran-pembauran oleh partikel-partikel atmosfer.
c. Surface Raflectivity (r) yaitu radiasi yang berasal dari pantulan-pantulan oleh permukaan bumi.
d. Out Going Terrestial radiation (O), yaitu radiasi yang berasal dari bumi yang berupa gelombang panjang.
e. Back Radiation (B) yaitu radiasi yang berasal dari awan-awan dan butir-butir uap air dan CO2 yang terdapat dalam atmosfer.
f. Global (total) Radiation (Q)
g. Net Radiation (R)
Dengan banyaknya jenis radiasi yang terdapat didalam atmosfer berarti banyak pula alat-alat yang diperlukan untuk mengukur radiasi langsung (S). Misalnya :
Pyrheliometer untuk mengukur radiasi langsung (S)Solarimeter dan Pyranometer untuk radiasi total (Q)Pyrgeometer untuk mengukur radiasi bumi (O)Net Pyrradiometer untuk mengukur radiasi total (R)
Pada prinsipnya sensor alat pengukur intensitas radiasi matahari dibagi 2 jenis :
Sensor yang dibuat dari bimetal yaitu 2 jenis logam yang mempunyai koefisien muai panjang yang berbeda dan diletakkan satu sama lainnya. Alat yang memakai sensor jenis ini ialah Actinograph.Sensor yang dibuat dari Thermopile seperti yang terdapat pada Solarimeter, Pyranometer dll
7.4 AMSTRONG PYRHELIOMETER
Pyrheliometer dipakai untuk mengukur intensitas radiasi matahari langsung (S). Pyrheliometer terdiri dari 2 bagian pokok, yaitu sensor yang menghasilkan gaya gerak listrik dan recorder yang berisi battery, galvanometer dan amperemeter. Sensor berada didalam sebuah tabung/silinder logam yang dapat diputar horizontal dan vertikal. Tabung diputar mengikuti gerakan matahari sehingga sinar selalu jatuh tegak lurus ke permukaan sensor. Pada bagian ujung/ muka tabung terdapat tutup yang dapat diputar terhadap permukaan silinder. Penutup ini berfungsi sebagai pelindung sensor terhadap matahari dan juga sebagai pemutus dan penghubung kontak listrik.
7.5 SOLARIMETER DAN PYRANOMETER
Digunakan untuk mengukur radaiasi matahari total. Untuk memperoleh data intensitas matahari secara kontinue, Solarimeter dihubungkan ke sebuah alat pencatat yang dinamakan Chart Recorder yang mempunyai sifat Self Balancing Potentiometric yaitu suatu recorder yang bekerjanya berdasarkan keseimbangan antara signal (tenaga listrik yang masuk berasal dari Solarimeter dengan tenaga listrik dari power supply. Gerakan dan kedudukan pena ditentukan oleh keseimbangan kedua unsur tersebut. Dengan demikian recorder ini memerlukan tenaga listrik yang diperlukan selain untuk keseimbangan juga untuk menggerakkan pias (Chart) dan jam. Recorder ini sangat peka terutama ketika sedang beroperasi, sedapat mungkin dihindarkan terhadap getaran-getaran yang dapat mengganggu keseimbangan.
8. ALAT PENGUKUR ARAH DAN KECEPATAN ANGIN
Angin merupakan pergerakan udara yang disebabkan karena adanya perbedaan tekanan udara di suatu tempat dengan tempat lain. Dengan adanya pergerakan udara di atmosfer ini maka terjadilah distribusi partikel-partikel di udara, baik partikel kering (debu, asap, dsb) maupun partikel basah seperti uap air. Pengukuran angin permukaan merupakan pengukuran arah dan kecepatan angin yang terjadi dipermukaan bumi dengan ketinggian antara 0.5 sampai 10 meter.
Alat-alat yang paling baik untuk mengukur angin (permukaan) ahíla Wind Vane dan Anemometer. Alat-alat pengukur kecepatan angin di bagi dalam 3 bagian :
1. Anemometer Cup dan Vane, alat ini mengukur banyaknya udara yang melalui alat per satuan waktu.
2. Pressure Tube Anemometer, alat ini bekerja disebabkan oleh tekanan dari aliran udara yang melalui pipa-pipanya.
3. Pressure Plate Anemometer, lembaran logam tertentu, ditempatkan tegak lupus angin. Lembaran logam ini akan berputar pada salah satu sisinya sebagai sumbu. Besar penyimpangan (sudut) menjadi kecepatan angin.
8.1 CUP COUNTER DAN WIND VANE ANEMOMETER
Anemometer
Pergerakan udara atau angin umumnya diukur dengan alat cup counter anemometer, yang didalamnya terdapat dua sensor, yaitu: cup – propeller sensor untuk kecepatan angin dan vane/ weather cock sensor untuk arah angin. Untuk pengamatan angin permukaan, Anemometer dipasang dengan ketinggian 10 meter dan berada di tempat terbuka yang memiliki jarak dari penghalang sejauh 10 kali dari tinggi penghalang (pohon, gedung atau sesuatu yang menjulang tinggi). Tiang anemometer dipasang menggunakan 3 buah labrang/ kawat penahan tiang, dimana salah satu kawat/labrang berada pada arah utara dari tiang anemometer dan antar labrang membentuk sudut 1200. Pemasangan penangkal petir pada tiang anemometer merupakan faktor terpenting terutama untuk daerah rawan petir. Hal ini mengingat tiang anemometer memiliki ketinggian 10 meter dengan ujung-ujung runcing yang membuatnya rawan terhadap sambaran petir.
Tags: Alat-alat Klimatologi, Konvensional
RSS feed | Trackback URI
64 comments
vanthey said:
Januari 23rd, 2009 on 20:47 bagus..
informatif banget..
ak4037 said:
Januari 23rd, 2009 on 20:58 Terima kasih atas kunjungannya…
Muji said:
Januari 25th, 2009 on 16:51 maz aku minta tolong kirimkan materi tentang evaporator film aduk, gambar alatnya, cara kerja, digunakan untuk larutan apa dan selengkapnya.
Terimakasih maz
ak4037 said:
Januari 25th, 2009 on 23:16 @Muji
Kirimnya ke mana ya..? Maksudnya gmana..?
arian said:
Januari 26th, 2009 on 08:05 good pisan euy
ak4037 said:
Januari 27th, 2009 on 08:10 Nuhun kang…!
sadeli ilyas said:
Maret 10th, 2009 on 13:32 good good; bagus; alus pisan euy; kreatif
ak4037 said:
Maret 10th, 2009 on 15:38 Nuhun kang mudahn bermanfaatlah buat pengetahuan…
nugroho said:
Maret 11th, 2009 on 16:26 Pak mohon diinformasikan harga untuk alat2 penakar hujan untuk kategori yang ada di artikel ini. Saya sangat butuh informasi ini dan apakah alat ini indent atau ready stock kalau pesan kira2 berapa lama dan cara pembayarannya bagaimana. Tolong balas ke email saya ya, atas bantuannya saya ucapkan terimakasih
Wassallam,
Nugroho
KlimatPress said:
Maret 11th, 2009 on 22:07 Mas nugroho bisa tanya langsung ke distributornya langsung di alamat http://www.alphamas.co.id, mudahan bisa membantu.
Handoko said:
April 2nd, 2009 on 21:20 Mas, boleh minta dimana kita bisa dapat atau beli alat penakar curah hujan biasa
KlimatPress said:
April 3rd, 2009 on 14:43 Langsung aja ke tkp mas handoko http://www.alphamas.co.id, thank’s
sovhy said:
April 23rd, 2009 on 10:23 wah.. bguss bnget m’bntu sy krja tgs geografi
mksih iyeik~
Kadir said:
Mei 16th, 2009 on 01:38 Terimakasih info jadul nya he.he. ini penting banget buat pemahaman dasar.
makalah praktikum hidrologi
Praktikum Hidrologi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara alami, air di Bumi selalu bergerak hingga terbentuk daur atau siklus hidrologi. Selama dalam perjalanan siklus tersebut, air tidak pernah berhenti, hanya akan tertahan sementara dalam berbagai bentuk dan tempat sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sebelum kita mengetahui tentang HIDROLOGI terlebih dahulu kita harus mengetahui apa arti dari air itu sendiri. Air adalah sesuatu yang sangat di butuhkan oleh makhluk hidup di bumi. Secara umum banyaknya air yang ada di pelanet ini adalah sama walaupun manusia, binatang, dan tumbuhan banyak menggunakan air untuk kebutuhan hidupnya. Jumlah air di bumi sangat banyak baik dalam bentuk cair, gas, uap, maupun padat/es. Hal ini di karenakan air senantiasa bergerak dalam suatu lingkungan peredaran yang di namakan siklus (daur). Jadi hidrologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang air di permukaan bumi, baik dari segi siklusnya maupun pergerakan air tanah. Di bumi mengalami proses siklus hidrologi, di mana siklus hidrologi merupakan siklus air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer kebumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi,presipitasi,evaporasi, dan transpirasi.
Dengan demikian Hidrologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari air mulai saat jatuh di daratan sampai masuk kelautan dan kembali ke atmosfer. Hidrologi melibatkan air permukaan dan air bawah permukaan. Pada proses pemanasan air samudra oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus tersebut dapat berjalan secara kontinu.
1.2. Tujuan
Ø Untuk mengetahui jumlah curah hujan ( CH) rata-rata, penguapan (evaporasi ), debit puncak ( air larian), air permukaan, air yang masuk dan keluar pada permukaan, kedalaman air tanah, dan debit sungai.
Ø Untuk mengetahui dan dapat menggunakan alat-alat praktikum seperti GPS, tali berskala, komputer.
1.3. Manfaat
Ø Agar mahasiswa menghitung jumlah curah hujan (CH) rata-rata, jumlah penguapan, debit puncak, air permukaan, air yang masuk dan keluar pada permukaan, kedalaman air tanah, dan debit sungai.
Ø Agar mahasiswa mampu menggunakan alat-alat praktikum seperti GPS, serta teliti dalam menghitung dengan menggunakan tali berskala dan penggunaan komputer.
BAB II
MENGHITUNG DEBIT PUNCAK (Q) DAN KOEFISIEN RUN OFF(C)
2.1. Dasar Teori
Debit air limpasan adalah volume air hujan per satuan waktu yang tidak mengalami infiltrasi sehingga harus dialirkan melalui saluran drainase. Debit air limpasan terdiri dari tiga komponen yaitu Koefisien Run Off ( C ), Data Intensitas Curah Hujan (I), dan Catchment Area (Aca). Semakin padat penduduknya maka koefisien Run-Offnya akan semakin besar sehingga debit air yang harus dialirkan oleh saluran drainase tersebut akan semakin besar pula.
Air permukaan ( run Off) adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju ke sungai, danau, dan lautan. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah ada yang langsung masuk kedalam tanah atau di sebut air infiltrasi. Sebagian lagi tidak sempat masuk kedalam tanah dan oleh karenanya air mengalir di atas permukaan tanah ke tempat ke tempat yang lebih rendah. Ada juga bagian dari air hujan yang telah masuk ke dalam tanah, terutama pada tanah yang hampir atau telah jenuh, air tersebut keluar ke permukaan tanah lagi dan lalu mengalir ke bagian yang lebih rendah. Aliran air permukaan di sebut juga air larian atau limpasan.
Bagian penting dari air larian dalam kaitannya dengan rancangan membangun pengendali air larian adalah besarnya debit puncak (Q) atau debit air air yang tertinggi dan waktu tercapainya debit puncak, volume dan penyebaran air larian. Curah hujan yang jatuh terlebih dahulu memenuhi air untuk evaporasi, intersepsi, infiltrasi, dan mengisi cekungan tanah baru, kemudian air larian berlangsung ketika curah hujan melampaui laju infiltrasi ke dalam tanah.
Semakin lama dan semakin tinggi intensitas hujan akan menghasilkan air larian semakin besar. Pada intensitas hujan yang terlalu tinggi dapat menghancurkan agregat tanah sehingga akan menutupi pori-pori tanah akibatnya menurunkan kapasitas infiltrasi. Volume air larian akan lebih besar pada hujan yang intensif dan tersebar merata di seluruh wilayah permukaan DAS. Di samping itu, ada faktor yang mempengaruhi volume air larian adalah bentuk dan ukuran DAS, topografi, geologi, dan tataguna lahan
Kerapatan daerah aliran (drainase) mempengaruhi kerapatan air larian, di mana kerapatan daerah aliran adalah jumlah dari semua saluran air / sungai (km) di bagi luas DAS(km2). Makin tinggi kerapatan daerah aliran makin besar kecepatan air larian sehingga debit puncak tercapai dalam waktu yang cepat. Vegetasi dapat menghalangi jalannya air larian dan memperbesar jumlah air infiltrasi dan masuk ke dalam tanah.
a. Perhitungan koefisien runoff
Koefisien air larian
Koefisien air larian (c) adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara besarnya air larian terhadap besarnya curah hujan.
Rumus :
Atau :
Di mana :
di = jumlah hari dalam bulan ke-i
Q = debit rata-rata bulanan ( m3/detik) dan 86400=jumlah detik dalam 24 jam.
P= Curah hujan rata-rata setrahun (m/tahun)
A= Luas DAS (m2)
b. Perhitungan debit puncak aliran permukaan
Metode rasional
Metode rasional adalah metode yang di gunakan untuk memperkirakan besarnya air larian puncak. Metode ini relatif mudah di gunakan karena di peruntukkan pemakaian pada DAS berukuran kecil, kurang dari 300 ha (goldman et al, 1986). Persamaan matematik metode rasional :
Rumus :
Di mana :
Qp = air larian ( debit ) puncak ( m3/dt)
C = koefisien air larian
ip = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas wilayah DAS (ha)
2.2. Media yang di gunakan
Ø Komputer dengan program MS Excel
Ø Atau kalkulator
2.3. Hasil perhitungan
1. Perhitungan debit puncak (Qp)
Tabel 3.1 Data C, ip, dan A
DAERAH
C
ip (mm/jam)
A (Ha)
Qp (m/dt)
A
0.3
0.55
200
0.0924
B
0.3
0.75
200
0.126
C
0.45
0.75
200
0.189
D
0.65
1
200
0.364
Kesimpulan :
Jadi dari table di atas dapat di lihat jika nilai C dan ip besar maka nilai debit puncaknya semakin besar pula, karena koefisien air larian dan intensitas hujannya sangat berpengaruh terhadap ke tinggian nilai QP atau debit puncaknya.
2. Perhitungan P,Q dan C
Tabel 3.2. Perhitungan Jumlah air yang mengalir melalui outlet dengan ukuran DAS ( 250ha)
Bulan
Debit Rata-Rata
Jumlah Hari
Total Debit d x
Curah Hujan
(Q (m3/dt)
(d)
86400 x Q (m3)
(mm)
Januari
0.1
31
267840
350
Februari
0.09
28
217728
300
Maret
0.07
31
187488
275
April
0.05
30
129600
255
Mei
0.04
31
107136
188
Juni
0.03
30
77760
132
Juli
0.02
31
53568
100
Agustus
0.01
31
26784
67
September
0.05
30
129600
78
Oktober
0.07
31
187488
145
November
0.08
30
207360
226
Desember
0.18
31
482112
400
Total Setahun =
2.074.464
2.516
Penyelesaian :
a. Volume hujan setahun seluas 250 ha, P = CH/1000 x A
dimana, CH = curah hujan (mm/tahun)
A = luas DAS (m2) (1 ha = 10000 m2)
P = (2.516/1000) x 250 x 10000 m3
= 2.516 x 2500000
= 6.290.000 m3
b. Total Q setahun
Q = = 2.074.464 m3
Q = 2.074.464 m3
c. Koefisien Air Larian (C) kemudian dapat dihitung, yaitu :
C = / ( CH/1000) (A)
C = 2.074.464 m3/ 6.290.000 m3
C = 0.329 m3
2.4 Interprestasi
Dari hasil perhitungan debit puncak pada tabel di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa bahwa nilai C dan ip sangat berpengaruh terhadap nilai dari debit puncak, karena semakin tinggi nilai C dan ip, maka semakin tinggi pula nilai debit puncaknya. Sedangkan Perhitungan jumlah air yang mengalir melalui outlet dengan ukuran DAS 250 ha, juga sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya jumah debit rata-rata atau nilai dari Q itu sendiri, hal ini ditunjukan pada saat nilai Q pada bulan januari yang memiliki nilai 0,1 maka nilai dari total debit x pun mulai cukup kecil. Sedangkan pada saat nilai Q naik seperti halnya pada bulan desember yang mana nilai Q adalah 0,18 maka nilai dari total debit x nya pun akan spontan naik mengikuti n ilai Q.
Pada perhitungan tersebut untuk jumlah debit puncak tiap daerah berbeda karena di pengaruhi oleh tingginya koefisien dan intensitas hujan sehingga debit puncaknya pun tinggi. Sedangkan volume curah hujan setahun sebesar 6.290.000m3, jumlah debitnya dalam setahun sebesar 2.074.464 m3dan koefisienya air lariannya sebesar 0,329m3, hal ini untuk tiap daerah sangat berbeda untuk daerah A,B,C dan D. Sangat terpengaruhi dengan koefisien air larian dan tingkat tingginya intensitas curah hujan di tiap daerahnya. Ini yang menyebabkan adanya daerah yang rawan akan banjir tiap tahunnya.
BAB III
MENGHITUNG NERACA AIR LAHAN BULANAN
3.1. Dasar Teori
Neraca air merupakan perimbangan antara masukan (input) dan keluaran (output) air di suatu tempat pada suatu periode tertentu. Sebagai keluaran dari analisis neraca air akan diperoleh informasi tingkat ketersediaan air tanah atau kurang sesuai dengan informasi fisika tanahnya. Tingkat ketersediaan air tanah diperoleh dengan menganalisa data kandungan air tanah (KAT) terhadap nilai kapasitas lapang (KL) dan titik layu permanen (TLP) di masing-masing wilayah.
Dalam konsep siklus hidrologi bahwa jumlah air di suatu luasaan tertentu di permukaan bumi di pengaruhi oleh besarnya air yang masuk (input) dan keluar (output) pada jangka tertentu. Neraca masukkan dan keluaran air di suatu tempat di kenal sebagai neraca air. Karena bersifat di namis maka nilai neraca air selalu berubah dari waktu ke waktu sehingga di suatu tempat kemungkinan bisa terjadi kelebihan air ataupun kekurangan. Apabila kelebihan dan kekurangan air ini dalam keadaan ekstrim tentu dapat menimbulkan bencana, seperti banjir ataupun kekeringan. Bencana tersebut dapat di cegah atau di tanggulangi bila di lakukan pengelolaan yang baik terhadap lahan dan lingkungannya.
Neraca air lahan merupakan neraca air untuk penggunaan lahan pertanian secara umum. Neraca ini bermanfaat dalam mempertimbangkan kesesuaian lahan pertanian,mengatur jadwal panen, mengatur pemberian air irigasi dalam jumlah dan waktu yang tepat.
Dalam perhitungan neraca air lahan bulanan di perlukan data masukkan yaitu curah hujan bulanan (CH), evapotranspirasi bulanan (ETP), kapasitas lapangan (KL), dan titik layu permanen (TLP). Nilai-nilai yang di peroleh dari analisis neraca air lahan ini adalah harga-harga dengan asumsi-asumsi :
1. Lahan datar tertutup vegatsi rumput
2. Lahan berupa tanah di mana air yang masuk pada tanah tersebut hanya berasal dari curah hujan saja dan
3. Keadaan profil tanah homogen sehingga KL dan TLP mewakili seluruh lapisan dan hamparan tanah.
Prosedur perhitungan neraca air menurut Thornthwaite and Mather (1957) menggunakan sistem tata buku yaitu dengan membuat sebuah tabel dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mengisi curah hujan (CH)
2. Mengisi kolom evapotranspirasi potensial (ETP)
3. APML (Accumulation of Potensial Water Loss).
Nilai APWL merupakan akumulasi CH-ETP dari waktu ke waktu. Akumulasi air yang hilang secara potensial ini akan menentukan kandungan air tanah pada saat curah hujan lebih kecil dari evapotranspirasi potensial.
4. Kadar air tanah.
Kandungan air tanah dapat maksimum pada suatu periode dimana CH-ETP bernilai positif. Sedangkan apabila CH-ETP bernilai negatif maka kandungan air tanah akan ditentukan:
AT= KL- TLP
5. dKAT (Perubahan Kandungan Air Tanah)
Perubahan kandungan air tanah merupakan selisih kandungan air tanah antara satu periode dengan periode sebelumnya secara berurutan. Nilai dKAT yang positif menunjukkan terjadinya penambahan kandungan air tanah. Penambahan ini akan terhenti setelah kapasitas lapang terpenuhi.
6. ETA (Evapotranspirasi aktual)
Bila curah hujan lebih besar dari nilai evapotranspirasi maka nilai ETA sama dengan nilai ETP. Namun bila curah hujan jauh lebih kecil dari nilai ETP maka tanah akan mulai mengering dan ETA menjadi lebih rendah dari nilai potensialnya. Pada kondisi ini maka nilai ETA akan sama dengan nilai CH+dKAT.
7. Defisit
Defisit berarti berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial sehingga defisit air adalah perbedaan atau selisih antara nilai ETP dan ETA. Nilai defisit merupakan jumlah air yang perlu ditambahkan untuk memenuhi keperluan ETP tanaman.
8. Surplus
Setelah simpan air mencapai kapasitas lapang maka kelebihan curah hujan akan dihitung sebagai surplus. Air ini merupakan kelebihan setelah air tanah terisi kembali. Dengan demikian surplus dihitung sebagai nilai curah hujan dikurangi dengan nilai ETP dan perubahan kadar air tanah (CH-ETP-dKAT)
3.2. Media yang di gunakan
1. Kalkulator atau
2. Komputer dengan program MS Excel
3.3. Hasil Perhitungan
1. Hitung CH rata-rata dengan metode regresi, statistic dan peluang (P>75%) pada Tabel 4.1 berikut :
Bulan Juli
Urutan besar- kecil
Rangking
Peluang
Tahun
CH
1980
150
260
1
0
1981
96
244
2
5,3
1982
100
228
3
10,5
1983
244
220
4
15,8
1984
120
199
5
21,1
1985
86
199
6
26,3
1986
162
165
7
31,6
1987
78
162
8
36,8
1988
69
150
9
42,1
1989
199
120
10
47,4
1990
94
120
11
52,6
1991
35
111
12
57,9
1992
220
100
13
63,2
1993
120
96
14
68,4
1994
199
94
15
73,7
1995
165
87
16
78,9
1996
228
86
17
84,2
1997
111
78
18
89,5
1998
87
69
19
94,7
1999
260
35
20
100,0
CH Rata-rata
141,15
SD
65,06375
a. Metode Regresi
CH (P>75%) = 0,82 CH rata-rata – 30
b. Metode Statistika
CH (P>75%) = CH rata- rata – 0,9 SD
SD = Standar Deviasi
CH (P>75%)
c. Metode Peluang
CH (P>75%)
2. Hitung neraca air lahan bulan metode Thoriwaite dan gambarkan grafik yang mencantumkan bulanan surplus dan deficit, dengan data pada Tabel 4.2 berikut :
Di ketahui : KL : 225, TLP : 75 dan AT=KL-TLP ; 150
Bulan
CH
ETP
CH-ETP
APWL
KAT
dKAT
ETA
Defisit
Surplus
Run Off
Jan
450
150
300
225
0
150
0
150
69
Feb
300
132
168
225
0
132
0
36
-16,5
Mar
275
130
145
225
0
130
0
15
7,5
Apr
200
125
75
225
0
125
0
50
25
Mei
155
135
20
225
0
135
0
115
57,5
Jun
112
140
-28
-28
199,0929
-25,9071
137,9071
2,092871
0
0
Jul
30
145
-115
-143
131,9569
-67,1359
97,13595
47,86405
0
0
Agus
50
150
-100
-243
103,9374
-28,0195
78,01954
71,98046
0
0
Sept
76
138
-62
-305
94,01626
-9,92112
85,92112
52,07888
0
0
Okt
137
140
-3
-308
93,63385
-0,38241
137,3824
2,617585
0
0
Nov
250
142
108
225
131,3662
142
0
34
17
Des
326
175
151
225
0
175
0
24
12
Total
2361
1702
1663,273
178,7267
424
1663,3
3. Untuk melihat secara jelas bulan surplus dan deficit dari neraca air maka buatlah grafik analisis neraca air dari tabel 4.2 di atas, di mana sumbu –x adalah bulan dan sumbu-y adalah curah hujan,ETP dan ETA.
3.4. Interpretasi
Berdasarkan tujuan penggunaannya, neraca air dapat dibedakan atas neraca air umum, neraca air lahan dan neraca air tanaman. Manfaat analisis neraca air lahan ini terutama untuk penggunaan pertanian secara umum dengan tujuan sebagai berikut :
· Untuk mengetahuai tingkat tingginya air permukaan tanah atau air tanah
· Untuk membuat para petani memahami air tanah untuk kesuburan tanamannya.
Dari perhitungan di atas juga dapat di lihat pada bulan januari untuk tingkat curah hujannya lebih tinggi di bandingkan pada bulan juli, di daerah tersebut, hal ini, di karenakan pada bulan januari terjadi musim hujan, dan pada bulan juli terjadi musin kemarau yang mana tingkat curah hujannya sangat kecil. Sedangkan untuk proses evaopotranspirasi potensialnya pada bulan desember lebih tinggi di bandingkan bulan sebelumnya dan untuk evapotranspirasi aktualnya pada bulan agustus sangat rendah. Di bandingkan pada bulan yang lain.
BAB IV
MENGHITUNG CURAH HUJAN (CH) RATA-RATA
4.1 Dasar Teori
Data jumlah curah hujan ( CH) rata-rata untuk suatu daerah tangkapan air atau daerah aliran sungai (DAS) merupakan informasi yang sangat di perlukan oleh pakar bidang hidrologi. Dalam bidang pertanian data CH sangat berguna, misalnya untuk pengaturan air irigasi, mengetahui neraca air lahan, mengetahui besarnya aliran permukaan. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dianggap sebagai wilayah dari suatu titik tertentu pada suatu sungai dan dipisahkan dari DAS-DAS di sebelahnya oleh suatu pembagi (divide), atau punggung bukit/gunung yang dapat ditelusuri pada peta topografi. Semua air yang berasal dari daerah yang dikelilingi oleh pembagi tersebut dialirkan melalui titik terendah pembagi, yaitu tepat yang dilalui oleh sungai utama pada DAS yang bersangkutan.
Untuk dapat mewakili besarnya CH di suatu wilayah/daerah di perlukan penakar CH dalam jumlah yang cukup. Semakin banyak penakar di pasang di lapangan di harapkan dapat di ketahui besarnya rata-rata CH,yang menunjukkan besarnya CH yang terjadi di daerah tersebut. Di samping itu juga di ketahui variasi CH di suatu titik pengamatan.
Menurut ( Hutchinson, 1970; Browning, 1987 dalam Asdak C.1995) Ketelitian hasil pengukuran CH tergantung pada variabilitas spasial CH, maksudnya di perlukan semakin banyak lagi penakar CH bila kita mengukur CH di suatu daerah yang variasi curah hujannya besar. Ketelitian akan semakin akan semakin meningkat dengan semakin banyak penakar yang di pasang, tetapi memerlukan biaya mahal dan juga memerlukan banyak waktu dan tenaga dalam pencatatannya di lapangan.
1. Cara rata-rata aritmatik
Cara rata-rata aritmatik adalah cara yang paling mudah di antara cara lainnya ( polygon dan isohet ). Di gunakan khususnya untuk daerah seragam dengan variasi CH kecil. Cara ini di lakukan dengan mengukur serempak untuk lama waktu tertentu dari semua alat penakar hujan maka akan di hasilkan rata-rata curah hujan di daerah tersebut. Dengan rumus :
Di mana: Ri = besarnya CH pada stasiun ke-I, dan n= jumlah penakar (stasiun)
2. Cara poligon
Cara ini untuk daerah yang tidak seragam dan variasi CH besar. Menurut Shaw (1985) cara ini tidak cocok untuk daerah bergunung dengan intensitas CH tinggi. Di lakukan dengan membagi suatu wilayah (luasnya A ) kedalam beberapa daerah-daerah membentuk poligon ( luas masing-masing daerah ),
Gambar 1.1 daerah-daerah polygon (a1,a2,a3,a4) yang di batasi oleh garis-garis putus pada wilayah A.
3. Cara isohet
Cara ini di pandang paling baik, tetapi bersifat subyektif dan tergantung pada keahlian, pengalaman, pengetahuan pemakai terhadap sifat curah hujan pada daerah setempat. Isohet adalah garis pada peta yang menunjukan tempat-tempat dengan curah hujan yang sama.
Gambar 1.2 garis-garis besarnya curah hujan pada masing-masing isohet.
4.2 Media yang di gunakan
Ø Kalkulator atau
Ø Komputer dengan program Excel
4.3 Hasil Perhitungan
1. Hitung Curah hujan dengan metode Rata-rata aritmatik pada Tabel 1.1
Tabel 1.1. Data curah hujan bulanan Lokasi X (mm)
LOKASI
STASIUN PENAKAR
CH RATA-RATA
1
2
3
4
5
6
7
8
A
80
75
89
105
75
95
125
-
92
B
150
160
200
-
100
-
140
120
145
C
158
187
250
264
300
230
178
190
219,625
2. Hitung Curah Hujan rata-rata dengan Teknik poligon ( thiessen polygon ) pada table 1.2. Data CH tahunan suatu wilayah A
Daerah
Luas Daerah A (ha)
CH (mm)
A1
25000
1500
A2
45000
2500
A3
15000
800
A4
75000
1250
JUMLAH
160000
1512,5
Maka jumlah rata-rata untuk curah hujan dengan mengguanakan cara poligon thisen adalah:
R= 1598,44 mm
a. Hitung curah hujan dengan teknik Isohet pada tabel 1.3
Tabel 1.3. Data CH bulanan suatu wilayah A
Daerah antara Dua Isohyet
Luas antara dua Isohyet (km2)
Tetapan thiesen
CH Rata-rata
CH Isohyet (mm)
Persentase Luas
Volume CH
I1-I2
1200
0,144578313
125
250
2,5
3,125
I2-I3
2000
0,240963855
62,5
125
1,25
0,78125
I3-I4
500
0,060240964
100
200
2
2
I4-I5
4500
0,542168675
87,5
175
1,75
1,53125
I5-I6
100
0,012048193
112,5
225
2,25
2,53125
∑ L
8300
CURAH HUJAN RATA-RATA WILAYAHBA=
4.4 Interpretasi
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, pada tabel cara aritmatik hanya dapat digunakan khususnya untuk yang memeiliki variasi CH kecil, karena metode ini hanya bersifat merata-ratakan saja, sehingga apabila jumlah variasi CH nya besar maka tingkat ketelitianya akan berkurang.
Sedangakan perhitungan CH dengan menggunakan cara poligon thisen, sudah memeilki ketelitian yang cukup mendetail dibandingkan dengan cara rata-rata aritmatik tadi, karena cara ini bersifat membagi-bagi wilayah sperti memebuat poligon, sehingga dari pembagian wilyah tersebut dapat dilhat jumlah CH dari masing-masing luas daerah yang ada. Namaun cara ini juga memiliki kelemahan yakni tidak dapat menghitung CH dengan intensistas tinggi.
Perhitungan CH dengan cara isohet merupakan perhitungan yang lebih teliti tetapi bersifat subyektif dan tergantung pada keahlian, pengalaman, pengetahuan pemakai terhadap sifat curah hujan pada daerah setempat.
Seperti di atas dapat juga di lihat untuk tingginya tingkat curah hujan pada data X terdapat pada wilayah C di mana rata-rata curah hujannya lebih besar dari pada tempat yang lain, mengapa demikian hal ini di ppengaruhi juga akan luas daerah atau tempat tersebut. Yang mana jika luas wiyah itu besar secara otomatis curah hujan di daerrah tersebut juga besar dan volumenya juga besar. Begitu pula sebaliknya jika luas daerah yang kecil, tingkat rata-rata curah hujannya kecil pula dan juga di ikuti untuk tingkat volumenya.
BAB V
PENDUGAAN EVAPOTRANSPIRASI (ETP) METODE THORNTHWAITE
5.1 Dasar Teori
Pengukuran evapotransipirasi (ETP) secara langsung di lapangan di ukur dengan menggunakan lysimmeter. Data dari lysimeter ini merupakan nilai sebenarnya evapotranspirasi lapangan. Karena Lysimeter di pasang dengan peralatan dan instalasi khusus serta bersifat permanen maka penggunaannnya kurang praktis dan memerlukan biaya. Untuk itu maka para ahli berusaha menduga ETP tersebut dengan persamaan empiris dengan menggunakan data-data iklim.
Ø Evaporimeter Panci kelas A
Rumus :
Di mana Eo adalah evaporasi dari panic kelas A pada stasiun (mm), sedangkan konstanta panci untuk indonesia berkisar 0,7-0,8 atau rata-rata 0,75. Konstanta panci dapat dii peroleh dengan percobaan di lapangan, misalnya evaporasi pada panci kelas A pada stasiun menunjukkan 4,0 mm/hari, maka .
1. Metode Thornthwaite
Pendugaan ETP metode Thornthwaite ini hanya menggunakan data suhu rata-rata bulanan saja, sedangkan metode Blaney-Criddle, penman, makkink dan priestly-taylor menghendaki data yang cukup banyak seperti : suhu, radiasi, kecepatan angin, kelembaban udara sehingga meskipun hasilnya lebih akurat, namun sulit di terapkan pada wilayah yang tidak memiliki data iklim yang lengkap.
Untuk memperoleh ETP dengan metode ini bisa di lakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Nomogram
Nomogram adalah hubungan suhu udara bulanan rata-rata (t°C). Untuk mengguynakan ini harus di hitung dulu indeks Bahang yaitu akumulasi indeks panas/ bahang dalam setahun, di peroleh dengan rumus
:
b. Rumus empiris
untuk menduga ETP metode Thornthwaite bisa menggunakan rumus. Rumus ini berlaku untuk suhu udara rata-rata bulanan (t<26,5°C), yaitu ;
ETP = 1,6 ( 10 t/I)° di mana,
ETP = evaporasi potensial bulanan ( Cm/ bulanan )
t = suhu rata-rata bulanan (°C)
I = akumulasi indeks panas dalam setahun, di peroleh dengan rumus :
a = 0,000000675 I3 – 0,0000771 I2+ 0,017921+ 0,49239
f = faktor koreksi terhadap panjang hari dari letak lintang
5.2 Media yang di gunakan
1. Kalkulator atau
2. Komputer dengan program MS Excel
5.3 Hasil perhitungan
1. Hitung ETP bulan februari bila di ketahui data evaporasi harian (mm) pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Evaporasi (Eo) harian pada panci Klas A (konstanta panci =0.75)
Tgl
Eo
tgl
Eo
tgl
Eo
tgl
Eo
tgl
Eo
1
2,5
7
3,6
13
4,3
19
3,3
25
3,5
2
3,2
8
6,0
14
5,2
20
6,6
26
3,2
3
5,3
9
2,4
15
6,5
21
2,4
27
5,3
4
4,3
10
1,5
16
2,4
22
2,5
28
4,3
5
5,1
11
2,9
17
1,0
23
2,9
6
5,2
12
3,0
18
3,6
24
3,0
Blogroll
- Masih Kosong