ARSIP BULANAN : August 2017

PENGANTAR GEOMORFOLOGI

31 August 2017 16:43:17 Dibaca : 410

MATA KULIAH : GEOMORFOLOGI UMUM


DOSEN PENGAMPUH : INTAN NOVIANTARI MANYOE, S.si, MT


MATA KULIAH : PENGANTAR GEOMORFOLOGI


NAMA : MOHAMAD ARIEF BEU


KELAS : A

A. PENGERTIAN GEOMORFOLIGI
GEOMORFALOGI berasal dari bahasa Yunani, yaitu (geo) berarti bumi, (morphe) berarti bentuk, (logos) berarti uraian atau pembahsan. Geomorfologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi dan proses terbentuknya suatu permukaan bumi.

 


B. SEJARA GEOMORFOLOGI
Geomorfologi sejak awal abad 19 telah dikenal di negara-negara berkembang dan sebagai disiplin akademik kira-kira muncul sebelum abad ke 17. Perkembangan yang pesat dari geomorfologi terjadi pada awal abad ke 20 di negara-negara berkembang, sedangkan di Indonesia geomorfologi baru dikenal pada awal abad ke 20. Awal perkembangannya geomorfologi lebih bersifat akademik, sebagai ilmu pendukung geografi dan geologi, tetapi dalam dasawarsa terakhir ini geomorfologi mulai dirasakan arti pentingnya dalam pembangunan maupun dalam pengelolaan lingkungan hidup. Geomorfologi yang kita pelajari seperti saat sekarang ini telah melalui pengalaman panjang dalam membangun konsep dasar dan metodologinya. Ada 5 fase perkembangan geomorfologi yang dapat ditelusuri, yang masing-masing uraiannya adalah sebagai berikut:
1). Fase pertama (sebelum abad ke 17)
Fase ini merupakan fase peletak dasar pemikiran geologi dan geomorfologi yang telah dimulai lima abad sebelum Masehi (Thornbury, 1954). Pandangan kuno yang terkait dengan geologi dan geomorfologi seperti dikemukakan oleh Herodutus (485-425 SM), Aristotle (384-322 SM), Strabo (54 SM – 25 M) dan Senecca (- SM – 65 M). Herodutus, mengamati penimbunan geluh (loam) dan lempung (clay) oleh S. Nil, sehingga memberikan julukan “Mesir adalah pemberian S. Nil”. Pandangan Herodutus yang lain adalah perbukitan di Mesir yang mengandung kerang, pada masa lampau pernah di bawah permukaan laut.
2). Fase kedua (Abad 17 dan 18).
Pada fase ini ada dua konsep yang menonjol, yaitu konsep katastrofisme dan konsep uniformitarianisme (King, 1976). Konsep katastrofisme dikemukakan oleh Abraham Kitlob Wenner (1979-1817). Konsep tersebut muncul atas dasar pengamatan Wenner pada strata batuan yang ternyata setiap stratum (lapisan) memiliki sifat yang khas. Hasil pengamatan tersebut diformulasikan menjadi konsep lahirnya bumi yang berasal dari basin lautan yang besar. Wenner berpandangan bahwa setiap stratum batuan terjadi pads suatu dasar tubuh perairan yang luas kemudian mengendapkan sedimennya di atas stratum yang ada sebelumnya. Material yang lebih mampat terendapkan oleh larutan yang pekat/kental. Pada waktu material secara berangsur-angsur diendapkan, laut secara berangsur-angsur menyusut sehingga terbentuk daerah yang sekarang ini. Pandangan Wenner lain yang terkait dengan konsep dasar geomorfologi adalah:
1. batuan dasar yang berupa batuan granit tidak berfosil;
2. setiap gradien sungai akan mencapai tingkat keseimbangan, dan gradien sungai merupakan fungsi dari kecepatan, debit dan muatan sedimen;
3. seluruh sistem sungai merupakan suatu sistem yang terintegrasi.
3). Fase Ketiga (Awal abad 19).
Pada fase ke tiga dari perkembangan geomorfologi ada tiga tokoh yang terkenal yaitu: Sir Charles Lyell (1797-1875), Dean William Buckland (1784-18560 dan Louis Agassiz (1807-1873).
Lyell sebenarnya lebih antusias dalam geologi daripada ke geomorfologi, dengan bukti karyanya yang berjudul “Principle of Geology”. Sumbangan pemikirannya dalam geomorfologi adalah tentang perkembangan bentuklahan yang lambat bahkan melebihi waktu geologi. Meskipun Lyell banyak mengadakan pengamatan terhadap muatan suspensi, debit dan peubah-peubah lainnya, tetapi memberikan suatu konsep yang mendasar. Dalam pengamatannya terhadap gletser (es), Lyell tidak mempercayai kapasitas daya angkutnya dalam memindahkan bongkah dan endapan gletser. Buckland, sangat setuju dengan siklus hidrologi, akan tetapi tidak begitu mengerti mengapa sungai dapat membentuk lembahnya sendiri. Buah fikiran Buckland yang lain adalah:
1. relief merupakan basil dari struktur geologi dan bukan oleh proses erosi;
2. material yang terangkut dari hulu dan melalui lembah sungai akan terendapkan di laut;
3. pasang surut merupakan tenaga utama dalam transportasi material di bawah permukaan air laut.
4. Fase ke empat (Akhir abad 19).
Pada fase ke empat ini paling tidak ada lima tokoh yang terkenal, yaitu: Sir Andrew Ramsey; G.K. Gilbert; J.W. Powell; C.G. Greenwood dan J.B. Jukes. Sumbangan fikiran Ramsey (1814-1891) dalam geomorfologi terutama dalam proses glasial. Pendapat penting dari Ramsey, antara lain:
1. ada hubungan penting antara teori glasial dengan teori fluvial; terutama untuk mengetahui tenaga gletser untuk mengerosi;
2. kejadian danau di daerah bergletser tidak dapat dijelaskan dengan proses fluvial, tetapi dapat dijelaskan dengan proses glasial;
3. tenaga erosi dari gletser terutama terdapat pads bagian bawah;
4. ada hubungan antara retakan/lenturan dengan arah sungai.
5. Fase ke lima (Awal abad 20)
5. Dalam fase lima ini tokoh yang paling terkenal adalah William Moris Davis (1850-1934). Teori yang pertama dikemukakan adalah “Siklus Geomorfik” yang diterbitkan tahun 1889 dalam makalahnya yang berjudul “The rivers and valleys in Pennsylvania”. Dalam siklus geomorfik tersebut disebutkan bahwa semua bentuklahan akan berkembang menurut tiga stadium, yaitu : stadium muda, dewasa, dan tua. Konsep Davis lainnya yang terkenal adalah trilogi. Konsep trilogi tersebut menjelaskan bahwa bentukahan ditentukan oleh struktur, proses dan stadium.


C. ARTI PENTING GEOMORFOLIGI
Geomorfologi memiliki arti penting yaitu sebagai pendukung ilmu kebumian. Geomorfologi mempunyai peranan penting, sperti peranannya dalam geografi fisik dan terapannya dalam penelitian salain itu mulai dirasakan arti pentingnya dalam pembangunan.

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong