Artikel Ketuhanan
Nama/Nim : Siti Julaika Basis/452422025
Semester/kelas : 1(satu)
Dosen Pengampuh : Prof. Dr. Novianty Djafri,S.P.d, M.P.d.I
Mata Kuliah : Agama
Jurusan : Ilmu Dan Teknologi Kebumian
Program Studi : Teknik Geologi
Ketuhanan
Konsep tentang Tuhan bukanlah konsep baru dalam peradaban manusia. Sebelum Islam datang, nama Allah telah digunakan oleh orang-orang Arab sebagai nama Tuhan yang tertinggi di antara tuhan-tuhan lain yang mereka sembah. Tentu nama Allah tidak muncul begitu saja pada zaman mereka, melainkan telah dikenal dari agama-agama terduhulu terutama agama hanif nabi Ibrahim As. Tulisan ini mencoba menguraikan asal muasal nama Allah dari sisi kesejarahan, kemudian meletakkannya dalam konteks Al-Quran, sehingga menjadi jelas rangkaian nama Allah yang sejak awal sebagai nama tuhan lalu dipersepsikan dalam bentuk bermacam-macam dan kemudian dikembalikan lagi oleh Islafal Ilahi yang artinya Tuhan, menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan dan dipentingkan manusia, misahnya dalam surat Al-Furqon: 43 yang artinya: "Apakah engkau melihat orang yang menghilangkan keinginan-keinginan pribadinya?" Menurut Ibnu Miskawaih Tuhan adalah zat yang tidak berijisim, azali, dan pencipta. Tuhan Esa dalam segala aspek. Ia tidak terbagi-bagi dan tidak mengandung kejamakan dan tidak satupun yang setara dengan-Nya, Ia ada tanpa diadakan dan ada pada proporsi yang sebenarnya dan dibersihkan atau pun disucikan proporsional. Allah pada akhirnya merupakan Tuhan yang Esa yang tidak ada bandingannya dan di atas segala-galanya.Pendekatan yang dipakai oleh penulis dalam Analisa ini adalah Analisa sisi kesejarahan dan penafsiran teks Al-Quran.
Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut al-Qur'an terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim).
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang personal: Menurut al-Qur'an, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, "jalan yang di ridhoi-Nya."
Lafal Ilahi yang artinya Tuhan, menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan dan dipentingkan manusia, misahnya dalam surat Al-Furqon: 43 yang artinya: "Apakah engkau melihat orang yang menghilangkan keinginan-keinginan pribadinya?"
Menurut Ibnu Miskawaih Tuhan adalah zat yang tidak berijisim, azali, dan pencipta. Tuhan Esa dalam segala aspek. Ia tidak terbagi-bagi dan tidak mengandung kejamakan dan tidak satupun yang setara dengan-Nya, Ia ada tanpa diadakan dan ada-Nya tidak bergantung kepada yang lain sementara yang lain membutuhkan-Nya.
Orang menyediakan hawa nafsunya, yang dipuji dalam hidupnya, berarti telah berbuat syirik yang sebenarnya menurut Islam hawa nafsu harus tunduk kepada kehendak Allah Swt. Dalam surah Al-Qoshos: 38, lafal Ilah dipakai oleh Fir'aun untuk dirinya sendiri, yang artinya: "Dan Fir'aun berkata, wahai para pembesar aku tidak menyangka bahwa kalian mempunyai Ilah selain diriku" Bagi manusia, Tuhan itu bisa dalam bentuk konkret maupun abstrak/gaib. Al-Qur'an menegaskan Ilah bisa dalam bentuk mufrad maupun jama' (ilah, ilahian, ilahuna). Ilah ialah sesuatu yang dipentingkan, dipuja, diminintai, diagungkan diharapkan memberikan kemaslahatan dan termasuk yang ditakuti
karena mendatangkan bahaya. Di dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah: 163 menegaskan, "Dan Tuhanmu,Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang." Ilah yang dituju ayat di atas adalah Allah Swt, yang menurutUlama' Ilmu Kalam Ilah di sini bermakna al-Ma'bud, artinya satu-satunya yang diibadati/disembah. Sedang Al-Matbu', yang dicintai yang disenangi, diikuti. Inilah yang disebut Tauhid Uluhiyah, bahwa Allah Swt. satu-satunya Tuhan yang diibadahi, dicintai, disenangi, dan diikuti. Allah Swt memfirmankan dalam Al-Qur'an surat Thoha: 14, yang artinya: "Sesungguhnya Aku Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku (Allah), maka beribadahlah hanya kepada-Ku (Allah), dan dirikanlah sholat untuk mengingatku". Kalimat Tauhid keesaan secara konprehensif mempunyai pengertian sebagai berikut:
· La Kholiqo illa Allah: Tiada Pencipta selain Allah
· La Roziqo illa Allah: Tiada Pemberi rizqi selain Allah
· La Hafidha illa Allah: Tiada Pemelihara selain Allah
· La Malika illa Allah: Tiada Penguasa selain Allah
· La Waliya illa Allah: Tiada Pemimpin selain Allah
· La Hakima illa Allah: Tiada Hakim selain Allah
· La Ghoyata illa Allah: Tiada Yang Maha menjadi tujuan selain Allah
· La Ma'buda illa Allah: Tiada Yang Maha disembah selain Allah
Lafal Al-ilah pada kalimat tauhid menurut Ibnu Taimiyah memiliki pengertian yang dipuja dengan cinta sepenuh hati, tunduk kepada-Nya merendahkan diri di hadapan-Nya, takut dan mengharapkan kepadaNya, berserah hanya kepada-Nya ketika dalam kesulitan dan kesusahan, meminta perlindungan kepada-Nya, dan menimbulkan ketenangan jiwa dikala mengingat dan terpaut cinta denganNya. Ini yang disebut Tauhid Rububiyah. Lawan tauhid adalah syirik, artinya menyekutukan Allah Swt dengan yang lain, mengakui adanya Tuhan selain Allah, menjadikan tujuan hidupnya selain kepada Allah. Dalam ilmu tauhid, syirik digunakan dalam arti mempersekutukan Tuhan selain dengan Allah Swt, baik persekutuan itu mengenai dzatNya, sifatNya atau af alNya, maupun mengenai ketaatan yang seharusnya hanya ditujukan kepada-Nya saja.
Syirik merupakan dosa yang paling besar yang tidak dapat diampuni, syirik itu bertentangan dengan perintah Allah Swt, juga berakibat merusak akal manusia, menurunkan derajat dan martabat manusia, serta membuatnya tak pantas menempati kedudukan tinggi yang telah ditentukan Allah Swt. Dalam kaitannya dengan masalah ini, Allah Swt berfirman dalam surah Luqman : 13 yang artinya 'Dan (ingatlah ketika Luqman berkata kepada Anaknya.
Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedhaliman yang amat besar".
Dan didalam ayat lain, Allah Swt menjelaskan bahwa orang yang telah berbuat syirik kepadaNya, tergolong orang yang telah berbuat dosa besar, sebagaimana firmanNya, "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, bagi siapa berkehendak. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa besar". (QS. An-Nisa': 48).
Agama islam adalah agama yang sangat menekankan tentang keesaan Tuhan. Tuhan yang maha esa yang di maksudkan dalam agama islam ialah Allah Swt. Hal ini sudah terbukti dengan tertulis di dalam ayat alquran dan hadits. Banyak ayat alquran dan Hadits. Beberapa Di antaranya yaitu: (QS. An Nahl : 120).
Artinya : Sesungguhnya Ibrahim ialah seorang yang bisa dijadikan sebagai teladan yang patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk hamba yang menyekutukan (Allah)."
(QS. Al-Ikhlas : 1-4) Artinya:
1.Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.
2.Allah tempat meminta segala sesuatu.
3.(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
4.Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."