Percobaan Difusi Dan Osmosis Berdasarkan Pada Solanum Tuberosum. Sifat Zat Dan Konsentrasi Larutan Berbeda

27 September 2024 22:13:23 Dibaca : 38

A. Judul

Percobaan Difusi Dan Osmosis  Berdasarkan Pada Solanum Tuberosum. Sifat Zat Dan Konsentrasi Larutan Berbeda

B. Tujuan

Mengamati proses terjadinya difusi dan osmosis

C. Alat Dan Bahan

  1. Gelas Beaker
  2. Pipet Tetes
  3. Pengaduk
  4. Stopwatch
  5. Larutan NaCl 50%
  6. Kristal CuSO4
  7. Larutan Eosin
  8. Aquadest
  9. Tuber Solanum tuberosum

D. Prosedur Kerja

 

E. Hasil Pengamatan

  • DIFUSI

               Pengamatan difusi menggunakan pewarna dan nutrisi (misalnya dalam medium agar atau air) dapat memberikan hasil yang menarik terkait pola penyebaran molekul pewarna dan nutrisi melalui medium tersebut. Berikut ini adalah beberapa hasil umum yang bisa diamati dari eksperimen tersebut:

1. Pewarna dalam Air atau Medium Cair

Penyebaran Awal: Ketika tetesan pewarna ditambahkan ke dalam air atau medium cair, awalnya terlihat konsentrasi tinggi pada lokasi penambahan.

Pergerakan Pewarna: Secara bertahap, pewarna akan mulai menyebar dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi lebih rendah, seiring dengan difusi molekul pewarna ke seluruh medium.

Gradien Warna: Pada awalnya, gradien warna yang terlihat jelas mungkin tampak di mana warna lebih pekat di pusat dan semakin memudar ke tepi.

Kesetimbangan: Setelah beberapa waktu, pewarna akan terdistribusi merata di seluruh cairan, dan tidak ada lagi gradien konsentrasi warna yang terlihat. Proses ini dapat dipercepat dengan pengadukan atau peningkatan suhu.

2. Difusi Nutrisi dalam Medium Agar

Penyerapan dan Penyebaran: Dalam medium agar yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba atau sel, nutrisi akan menyebar dari titik awal ke seluruh medium secara perlahan. Pengamatan ini sering dilakukan untuk mengetahui kecepatan difusi nutrisi dalam agar.

Zona Konsentrasi Nutrisi: Pada awalnya, nutrisi akan lebih terkonsentrasi di sekitar titik awal penambahan. Namun, seiring waktu, nutrisi akan mulai menyebar ke daerah lain melalui difusi.

Efek Mikroba: Jika medium agar digunakan untuk menumbuhkan mikroba, mikroba dapat memanfaatkan nutrisi yang berdifusi tersebut. Pertumbuhan mikroba sering terjadi lebih cepat di daerah yang memiliki konsentrasi nutrisi lebih tinggi, sehingga pola pertumbuhan dapat memberikan gambaran tentang pola difusi nutrisi.

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Pengamatan

Suhu: Suhu yang lebih tinggi akan meningkatkan laju difusi, sehingga pewarna atau nutrisi akan menyebar lebih cepat.

Ukuran Molekul: Molekul pewarna atau nutrisi yang lebih kecil biasanya akan berdifusi lebih cepat daripada molekul yang lebih besar.

Viskositas Medium: Difusi di medium dengan viskositas tinggi (seperti agar) akan lebih lambat dibandingkan difusi dalam air.

Hasil eksperimen ini seringkali menghasilkan data visual yang jelas, seperti perubahan pola warna pada pewarna, atau pola pertumbuhan mikroba di sekitar sumber nutrisi.

HASIL PENGAMATAN BERAPA LAMA ANTARA NUTRISARI DAN PEWARNA YANG DIADUK DAN TIDAK DIADUK

NUTRISARI: DIADUK 2 DETIK.

      TIDAK DI ADUK 55 MENIT.

PEWARNA : DIADUK 2 DETIK

      TIDAK DIADUK 32 MENIT.

 

  • OSMOSIS

              Pengamatan osmosis pada Solanum tuberosum (kentang) biasanya dilakukan dengan memotong kentang menjadi potongan-potongan kecil dan merendamnya dalam larutan dengan berbagai konsentrasi, seperti air murni dan larutan garam (NaCl). Berikut adalah hasil pengamatan umum yang bisa diperoleh dari eksperimen osmosis pada kentang:

1. Kentang dalam Air Murni (Larutan Hipotonik)

Pengamatan Fisik: Kentang yang direndam dalam air murni (larutan hipotonik) biasanya akan membesar dan menjadi lebih keras. Ini karena air dari larutan (yang memiliki konsentrasi zat terlarut lebih rendah) akan masuk ke dalam sel-sel kentang melalui proses osmosis.

Penjelasan: Karena konsentrasi air di luar sel lebih tinggi dibandingkan dengan di dalam sel, air akan bergerak masuk ke dalam sel kentang melalui membran semi-permeabel untuk mencapai keseimbangan. Hal ini menyebabkan sel-sel kentang membengkak dan turgid (tegang).

2. Kentang dalam Larutan Garam (Larutan Hipertonik)

Pengamatan Fisik: Kentang yang direndam dalam larutan garam dengan konsentrasi tinggi akan menyusut dan menjadi lebih lembek. Ini karena air dalam sel-sel kentang keluar ke larutan garam yang memiliki konsentrasi zat terlarut lebih tinggi.

Penjelasan: Dalam kondisi hipertonik, konsentrasi air di dalam sel lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di luar, sehingga air akan keluar dari sel menuju ke larutan luar. Ini menyebabkan sel-sel kehilangan air dan mengalami plasmolisis, di mana membran sel terlepas dari dinding sel karena kehilangan turgor.

3. Kentang dalam Larutan dengan Konsentrasi Sama (Isotonik)

Pengamatan Fisik: Jika kentang direndam dalam larutan isotonik (larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang sama dengan cairan di dalam sel kentang), tidak ada perubahan signifikan yang terlihat. Potongan kentang tetap pada ukuran dan kekerasan aslinya.

Penjelasan: Dalam larutan isotonik, tidak ada perbedaan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel, sehingga tidak ada pergerakan air yang signifikan ke dalam atau keluar dari sel kentang.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil:

Waktu Perendaman: Lama waktu perendaman akan memengaruhi tingkat perubahan osmosis pada kentang.

Konsentrasi Larutan: Konsentrasi larutan garam yang lebih tinggi akan menyebabkan osmosis yang lebih cepat dan lebih dramatis.

Ukuran Potongan Kentang: Potongan yang lebih kecil memiliki luas permukaan yang lebih besar, sehingga proses osmosis dapat terjadi lebih cepat.

Hasil ini menunjukkan bahwa osmosis mempengaruhi sel-sel kentang secara berbeda tergantung pada lingkungan larutan yang digunakan, dengan air yang bergerak masuk atau keluar dari sel untuk menyeimbangkan konsentrasi zat terlarut.

 

HASIL PENGAMATAN KENTANG YANG DIRENDAM DENGAN AQUADEST DAN NaCl SELAMA 60 MENIT.

 

F. Dokumentasi

 

 

 

SEKIAN TERIMA KASIH.....

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong